Minggu, 30 Oktober 2011

Hujan sampaikan salamku padanya


Malam ini terasa lebih hening, hanya suara kipas pendingin laptop yang terdengar. Entah karena hawa dingin bekas hujan tadi sore yang menyelinap ke kamar ini dari sela sela lubang ventilasi. Aku selalu tertarik dengan aroma tanah yang tersiram air hujan. Terlalu banyak memori yang tersimpan di dalamnya. Entah sudah berapa puluh kali umur ini ku habiskan melewati musim hujan. Dan aroma tanah basah malam ini semuanya begitu jelas. Tiap tetesan nya mengirimkan potongan potongan kecil ingatan masa lalu. Terlintas dalam pikiran ini sosok aku kecil berlari bersama teman teman kecilku dalam hujan, kita masih amatlah muda, berlari dalam balutan tanah lumpur mengejar perginya air hujan.

Perlahan ku perhatikan teman kecil ku satu persatu dalam lari kecil mereka. Canda tawa dalam kepolosan. Entah kemana mereka sekarang. Wajah mereka memudar. Kehidupan hanya menjadikan mereka pelengkap tawa masa kecilku.Ya Tuhan, Aku merindukan wajah wajah itu dan kampung halamanku, Dan aku merasa kehilangan mereka sekarang,

 Kini, aroma basah hujan hadir begitu jelas, sejelas lintasan bayang wajah bapak dan ibuku dalam kegelapan kamarku dan dalam alunan musik ini (alunan musik dari Ebied G a.d). Sejenak aku alihkan pandanganku dari layar laptop. Aku melihat nya, ya aku melihat foto itu. Aku merindukan wajah itu. Wajah yang sering aku kecewakan. Dan aku merasa kehilangan sekarang
Aku tahu aku akan selalu menangis membayangkan ke2nya, ku alihkan pandangan ini ke tempat tidurku. Hal ini sering aku lakukan mencoba mengingat2 kembali masa2 kecilku dgn ke2 org tuaku di kampung halamanku hanya karena ingin meredam hatiku sekarang yg lagi merasa hampa apakah ini sebuah keegoisan di dalam diriku,entahlah.

Wajah2 lelah itu pula yang dulu menyembuhkan aku akan rasa sakit yang berkepanjangan, dan wajah yang mengingatkanku bahwa aku seharusnya bersyukur dihadirkan makna baru sebuah ketulusan, sebuah rasa yang lama aku tak pernah temukan. Maafkan aku Bapak,Ibu. Dan aku tak ingin merasa kehilangan sekarang.Dari bau tanah terkena basah hujan ini pula aku tahu rasanya sebuah kehilangan.

Hmmmmh.. segarnya tanah hujan kembali memasuki kamar ini, aroma yang dulu sering membuat ku berlari keluar rumah bersama teman teman kecilku mengejar hujan, aroma yang dulu sering membuatku menangis melihat Ibu dan Bapakku. Dan kini, aroma ini, lagu ini, mengingatkanku akan seseorang yang sangat aku sayangi, tapi oleh hal yang di luar batas kemampuanku, kami tak mungkin bersama, ntahlah..hanya aku dan bulan lah yang tau,,

Ya Tuhan, terimakasih kau telah mengingatkanku dalam cara yang sederhana. Sebuah pelajaran tentang kehilangan. Waktu adalah sebuah buku dimana aku menempelkan sebuah kisah. Dan tempelan itu amatlah mudah lepas dan isinya memudar. Dan Engkau hanya menghadirkan setitik rasa, aroma tanah yang terkena hujan dan semua tempelan itu kembali terbaca.

nb:nie tulisan sy lupa ntah nemu dimana, tapi sdh ada di laptop sejak lama yang selalu saya baca kalo lagi hujan. ntahlah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar