Kamis, 22 Maret 2012

TOMCAT VS BBM 6000


Akhir-akhir ini rakyat indonesia, khususnya di daerah jawa bagian timur digembarkan oleh serangan salah satu jenis serangga, Tomcat. Tomcat yang bernama latin Paederus littoralisini adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthopoda) yang termasuk dalam keluarga besar Kumbang (Staphylinidae), terutama dibedakan oleh panjang pendeknya penutup pelindung sayap ("sayap berlapis") yang meninggalkan lebih dari setengah dari perut mereka terbuka. Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secaraotomatis bila bersentuhan atau bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, ataupun benda-benda lainnya. Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra. Jika kulit terkena racun Tomcat, maka kulit akan terasa gatal dan melepuh. 


Berbagai cara telah dilakukan warga sebagai bentuk antisipasi atas serangan Tomcat ini. Dimulai dari menyemprotkan pembasmi serangga, menangkapnya hidup-hidup, serta menyalakan lampu setelah menutup semua jendela rumah. Diketahui, Tomcat adalah serangga yang senang dengan cahaya.

Meskipun bentuk dan warna tubuhnyaunyu-unyu gimana, tapi jelas Tomcat ini berbahaya dan mengharuskan warga untuk tetap berhati-hati. Sama halnya dengan paradigma yang diciptakan pemerintah tentang rencananya menaikkan BBM. Kelihatannya sangat manis yaitu untuk MENYELAMATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA DAN MENGALOKASIKAN SUBSIDI SECARA TEPAT SASARAN, tapi faktanya itu semua omong kosong. Rencara kenaikan BBM yang tinggal menghitung hari ini, pada dasarnya adalah sebuah pengukuhan pemerintah Indonesia untuk menjalankan Liberalisasi ekonomi di Indonesia khususnya dalam sektor Migas.

Menyelamatkan ekonomi Indonesia? Wah, saya saja yang tak kuliah di jurusan ekonomi sedikit banyak mengerti, bahwa ekonomi Indonesia tidak akan hancur jika BBM tidak dinaikkan, justru sebaliknya.

Subsidi BBM dinilai sebagai pemborosan APBN, tapi nyatanya APBN 2012 untuk Subsidi energi tidak lebih banyak dari anggaran pembayaran utang (Subsidi energi 168,6 T dan hutang 170,4 T) Ironisnya Pemerintah terus menambah utang dalam bentuk Surat Utang Negara dan utang luar negeri yang cicilan dan bunganya SANGAT besar. Padahal yang menikmati itu hanya para kapitalis (pemilik modal) dan orang-orang kaya.

Penggunaan APBN sangat boros bukan karena subsidi, tapi karena
  1. Anggaran untuk kunjungan dan studi banding yang lebih bernuansa pelesiran
  2. Anggaran gaji pegawai yang tinggi dengan tidak diikuti kinerjanya yang bagus
  3. Gaji pejabat tinggi yang besar dan semakin bertambah dengan adanya wakil menteri
  4. Diindikasi banyak terjadi kebocoran anggaran.
    Jadi, sebenarnya apa yang menyebabkan pemborosan?

Lucunya, kita semua tahu bahwa penerimaan sebagian besar APBN adalah dari pajak yang DIBAYAR RAKYAT hingga rakyat kecil sekali pun. Maka siapakah yang lebih berhak untuk diprioritaskan?

Tulisan ini hanya bentuk kekesalan saya sebagai rakyat yang harus selalu legowo atas keputusan pemerintah yang tidak memihak pada rakyat. Apalagi ketika kini saya telah menjadi IRT, saya merasakan sekali dampak dari kenaikan BBM ini. Harga angkutan umum naik dan harga kebutuhan pokok pun ikut naik. Bagiamana tak pusing coba? Pendapatan tak naik tapi pengeluaran melonjak drastis!

Masih ingat dengan kejayaan kaum muslim dalam masa pemerintahan Khalifah Abdul Aziz? Dalam masa pemerintahanya, semua rakyat hidup sejahtera sampai tak ada seorang pun yang layak menerima zakat. Subhanallah... bagaimana ini bisa terjadi? Jawabannya jelas karena pada masa itu yang dipakai hanya aturan Allah SWT yang Mahasempurna dan tahu apa yang terbaik untuk setiap makhluknya. Bukan memakai aturan yang dibuat manusia.

Kaum muslim berserikat atas dalam tiga hal : padang rumpu, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat(UUD 1945 Pasal 33 ayat 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar