Selasa, 06 Maret 2012

Seseorang yang Selalu Mencintai



Waktu dhuha, 14 Rabiul Akhir 1433 H
Teruntuk adik perempuanku yang manis,
Hanifah Yulfah Qona'ah

Teriring rasa rindu yang sedang bersemi
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga rahmat dan kasih sayang Allah senantiasa memayungi setiap langkahmu


Kali ini, seperti kebiasaanmu dulu, Teteh juga ingin merumuskan perasaan Teteh lewat baris-baris kata. Teteh mohon jangan balas menertawai Teteh karena dulu entah berapa lama Teteh menertawai tulisanmu yang berbunyi,Teteh, I Love You Full. Ya, Teteh tahu, dulu kau sering mendengar kata-kata itu. Entah itu dari televisi, dari teman-temanmu, atau dari pasangan muda-mudi yang sedang kasmaran. Jika dipikir lagi, bukankah menertawai ungkapan cintamu yang tulus itu sangat keterlaluan? Setiap kali teringat hal itu, ingin sekali Teteh menangis sambil memelukmu.

Dulu, yah dulu. Sebelum kau tumbuh menjadi bocah kecil yang mulai mengerti tentang hidup, kau memang sangat menjengkelkan. Ada saja ulahmu yang sukses mengundang si marah. Teteh memarahimu, memakimu, dan menghadiahimu wajah cemberut hanya karena kau pernah menghias buku teman Teteh dengan bola kusutmu. Kau menangis dan berlari kepangkuan Mamah. Perkataan Mamah waktu itu benar-benar membuat Teteh menyesal telah memarahimu. Mamah bilang, kau masih kecil. Mamah bilang kau belum mengerti. Mamah bilang kau belum tahu mana buku Teteh dan mana yang bukan buku Teteh. Dan Mamah juga bilang jika dulu Teteh pun sama sepertimu. Yah, dan itu benar. Bukankah kau hanya gadis kecil yang belum mengerti apa-apa?

Terkadang, Teteh juga sering membedakanmu dengan adik-adik Teteh yang lain. Entahlah, dulu tingkahmu Teteh rasa sangat berlebihan. Tapi sekarang Teteh tahu, dulu kau hanya ingin diperhatikan, namun kau tak tahu caranya seperti apa. Semua perlakukan Teteh padamu tak membuatmu menunjukan sikap benci. Bahkan kau malah membanggakan Teteh di depan teman-temanmu. Kau selalu bertingkah seolah Tetehmulah yang paling pintar, paling solehah, paling baik, dan paling cantik. Hingga suatu hari, dengan gaya bicaramu yang polos, kau bilang jika kau ingin seperti Teteh.

Sekarang, ketika bentangan jarak telah memisahkan raga kita. Ada kuncup rindu yang tiba-tiba bersemi. Teteh rindu suaramu yang cempreng, Teteh rindu rengekanmu, dan Teteh juga rindu kau perlakukan sebagai seorang kakak. Teteh juga ingin menghadiahimu sebungkus kata maaf atas bentangan waktumu yang di sana tak kau temukan seorang kakak perempuan yang baik.


Jika kau menanyakan mana cintaku
Maka akan kuajak kau ke tepi sungai
Mencari serpih-serpih emas pada hamparan pasir lalu membawanya pulang
Kau tahu, cintaku pun seperti itu.
Ada meski kau tak melihatnya


De, Cinta Teteh tak pandai berkata-kata


 Tulisan ini diikutkan pada Giveaway : Aku Sayang Saudaraku
yang diselenggarakan oleh Susindra



Tidak ada komentar:

Posting Komentar