Sabtu, 17 Maret 2012

Filosofi Semut (2); “Jembatan Cinta”


FollowTwitSadah@FahrieSadah

Sob, kita sambung tentang filosofi semut ya..

Kali ini tidak hanya bicara tentang kepintaran, namun lebih dari sekedar pintar, semut juga memiliki cinta kasih. Untuk mencapai tujuan bersama, semut rela berkorban untuk sesama..

Sebuah koloni semut mempunyai norma-norma yang mengatur kepentingan koloni, kepentingan bersama, kepentingan berjama’ah! Umat semut telah terbukti memiliki peradaban tinggi, arsitek handal yang telah berhasil membangun ‘istana’ dan ‘gedung pencakar langit’ sejak jutaan tahun yang lalu. Dan sungguh, mereka telah sukses menerapkan fiqih sosial dalam kehidupan ber-koloni-nya. Salah satu-nya tampak pada jembatan yang mereka bangun, aku menyebutnya.. ‘jembatan cinta’.

Bila perjalanan mereka terhalang oleh sebuah ‘jurang’ misalkan, atau inginkan sebuah ‘jalan pintas’ dan mereka merasa perlu sebuah jembatan sebagai penghubung, maka jadilah jembatan ini..

Gambaran sebuah toleransi..

Dari gambar di atas, kita bisa melihat bagaimana usaha keras mereka, saling berbegangan erat agar terbentuk jembatan yang kokoh.

Bentuk sebuah pengorbanan..

Renungkanlah bersamaku, bagaimana ‘jembatan hidup’ ini dibangun dengan pengorbanan sebagian semut terhadap semut yang lain… Apakah semut-semut yang berperan sebagai jembatan itu tidak merasa kesakitan saat semut-semut lain melintasi mereka?

Lukisan sebuah kesabaran..

Silakan lihat videonya di sini:

Melihat jembatan ini, kita akan menemukan toleransi, pengorbanan dan kesabaran. 
Jembatan ini, jembatan cinta..


Sampai di sini izinkan aku berhenti sejenak, untuk sekedar menarik nafas panjang.. Aku teringat sebuah Hadist Rasulullah Saw, yang berbunyi;

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
“Tidak sempurna iman seseorang, hingga ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”


Semut telah mengamalkan Hadist Rasulullah di atas, 
bagaimana dengan kita?


Tabek,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar