Jumat, 06 Januari 2012

Belajar dari Kaum Minoritas


Sobat sadah, pagi tadi aku mendengar penjelasan sebuah hadist menarik yang disiarkan di sebuah stasiun telivisi Saudi. Hadist itu berbunyi; 

قال رسول الله : يوشك الأمم ان تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها فقال قائل : ومن قلة نحن يومئذ؟ قال : بل أنتم يومئذ كثير، ولكنكم غثاء كغثاء السيل 
Rasulululullah Saw bersabda: “Suatu saat nanti kalian akan dikeroyoki oleh berbagai suku bangsa seperti mereka mengeroyoki makanan”. Salah seorang sahabat bertanya: “Apakah karena kami saat itu minoritas ya Rasululullah?” “Tidak”, jawab Rasulullah, “Bahkan kalian saat itu mayoritas, tetapi kalian ibarat buih air yang mengalir”.
(Riwayat Sunan Abi Daud: 3745)


Sepertinya, kekhawatiran Rasulullah di atas sudah terbukti, Sob! Sensus terakhir yang dilakukan oleh Pew Research Center tahun 2010 dan dirilis pada January 2011, menunjukkan, jumlah warga Muslim dunia mencapai 1,6 milyar. Adapun Yahudi hanya berjumlah 14 juta atau (0,2 persen) Artinya, 1 Yahudi berbanding 100 Muslim. Pertumbuhan muslim sedunia bisa dilihat di sini.

Dan kenyataannya hari ini, dengan jumlah sekecil itu mereka (yahudi) mampu berpengaruh di segala bidang di dunia; perekonomian, persenjataan, pemikiran, penemuan-penemuan, jumlah buku yang di terbitkan, dsb. Padahal secara nalar, kitalah kaum muslim yang ‘notabene’ berjumlah besar yang seharusnya menguasai itu semua, karena kita mayoritas! Atau seperti analogi Rasulullah Saw., jumlah kita yang banyak ini ibarat buih di lautan, gampang terombang-ambing ke mana saja..

Sobat, tulisanku ini jangan diartikan aku melecehkan Islam, atau mengagungkan Yahudi. Kita sangat dianjurkan untuk tidak mengikuti yahudi (مخالفة اليهود). Tapi yang aku lihat, kita terlalu berpanjang-panjang kata dan buang-buang waktu berdebat soal ‘penyakit’, sehingga kita tidak punya waktu lagi untuk membahas ‘obat’ dari penyakit itu sendiri. Hasilnya, pasien keburu meninggal..^^

Panjang sekali perdebatan tentang hukum mengenakan celana ‘jins’ bagi laki-laki karena pakaian itu berasal dari budaya Yahudi.  Kenapa kita tidak merancang model pakaian Islami yang mampu mengalahkan pamor ‘jins’ ?

Kita selalu mengeluh tentang pengaruh buruk di media televisi, kenapa kita tidak berpikir saja bagaimana caranya merebut pengaruh media massa dari tangan mereka?

Kita selalu berdebat tentang hukum merayakan hari Ibu atau tahun baru masehi, karena itu budaya Yahudi. Padahal, masih banyak dari kita yang tidak tahu kapan Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah.. Kenapa kita tidak meniru China yang hari raya imlek-nya diperingati di seluruh Negara di dunia tanpa mempersoalkan Tahun Baru Masehi? 

Yang lebih lucu lagi, kita berdebat untuk tidak mengikuti budaya Yahudi di jejaring social fesybuk. Padahal fesybuk yang jadi media debat itu sendiri buatan seorang Yahudi..^^

Sob, tulisan ini hanya bermaksud sebagai bahan renungan kita bersama, agar kita melek dan tumbuh semangat perubahan. Khususnya pada diri saya, pada sobat-sobat sadah dan seluruh kaum muslim juga. Al-Qur’an banyak menceritakan tentang kisah Yahudi (Bani Israil), kenapa? Agar kita bisa mengambil hikmah dari kisah mereka. Maka hari ini kita juga harus berlapang dada untuk ‘belajar’ dari mereka, tentunya dalam hal-hal yang positif.  Bagaimana kaum Yahudi mendidik generasinya?  Silakan klik di sini.

Kajian tentang ini sering diadakan di Timur Tengah, bertema seputar; “Kenapa kaum muslim semakin terbelakang, dan yang lain semakin maju?” Salah satu jawaban yang sempat mengernyitkan hatiku, “Karena kaum muslim sekarang, banyak yang membaca Al-Quran hanya untuk orang meninggal saja. Sedangkan Yahudi, mereka membaca Al-Quran untuk orang hidup (demi kehidupan mereka ke depan)”

Apa yang mestinya kita lakukan? Mari berkarya semaksimal mungkin dan memberikan sumbangsih sebaik mungkin di bidang kita masing-masing, Sob. Hingga nantinya, kita menjelma ibarat sesendok kecil sirup merah yang bisa memerahi segelas besar air putih. Sedikit namun mampu mewarnai kehidupan orang banyak di sekeliling kita..

Tabek,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar