Selasa, 31 Januari 2012

Siapa yang Ingin Kaya ?


Sob, siapa orang di dunia ini yang tidak ingin jadi orang kaya?
Kekayaan memang bisa melenakan kita, Rasulullah Saw. bersabda;

«إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةٌ، وَفِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ»
Sesungguhnya pada setiap umat (kaum) ada fitnah (yang merusak/menyesatkan mereka) dan fitnah (pada) umatku adalah harta”.( HR. Tirmidzi no. 2336, shahih.)

Ini memang harus kita waspadai, namun jangan kita jadikan alasan untuk mensyukuri kemiskinan. Mencari rejeki sudah menjadi kewajiban kita di hamparan bumi Allah ini. 

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:لَوْ اَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ, تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا.

Dari Umar Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang”. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah, no. 4164]

Tawakkal bukanlah pasrah! Tawakkal adalah usaha dan hasilnya kita serahkan sepenuhnya kepada sang pemberi rejeki. Seperti halnya burung yang keluar pagi hari untuk mencari rejeki. Dan bila kekayaan kita diberengi dengan keimanan yang besar, sungguh kekayaan itu bisa menjadi aset ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah. 

Untuk menjadi kaya, kita harus mencari rejeki, Sob! Allah swt telah meletakkan undang-undang tetap tentang rejeki sejak di lauhul mahfudh. Ada beberapa hal yang kudu kita ketahui tentang hakikat rejeki;

1.      Rejeki itu bukan sebatas materi berupa harta. Rejeki mengandung makna luas seperti memiliki anak, kesehatan, kekuatan, kepintaran, bebas dari beban pikiran. Jadi, bila ada orang yang memiliki harta berlimpah tetapi mengidap penyakit berat misalnya, atau mempunyai beban pikiran yang pelik karena banyak masalah, maka orang itu belum disebut sebagai orang kaya. Karena dengan penyakit atau beban pikiran itu, ia tidak dapat menikmati hartanya.

2.      Rejeki kita masing-masing sudah tertulis di lauhul mahfudh

Meskipun sudah tercatat, bukan berarti rejeki itu akan turun dengan sendirinya dari langit! Kuncinya adalah usaha. Kalau menurut Syekh Sya’rawi, perkara rejeki ini sudah jelas, dan kita diberi dua pilihan, apakah kita ingin memperoleh rejeki dengan jalan yang halal atau sebaliknya, melalui cara-cara yang haram. Dan setiap pilihan akan kita pertanggungjawabkan kelak di hari perhitungan.

Dan kita harus ingat, Sob! Malas-malasan, hanya berdo’a saja tanpa ada usaha tidak termasuk dalam kedua pilihan di atas! He..he..

3.      Ada beberapa rahasia untuk menjadi kaya;
               
               Pertama, sering-sering bersyukur.
               Kedua, perbanyak istighfar.
               Ketiga, sering-sering silaturrahmi.
               Keempat, sungguh-sungguh dalam usaha.

Kalau kita lihat sejarah para sahabat Rasulullah dahulu, banyak di antara mereka merupakan orang kaya. Tidak tanggung-tanggung, kalau diibaratkan zaman sekarang ini kekayaan mereka setara dengan kekayaan seorang Bill Gates. Sebagai contoh sebut saja Ustman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam. Tetapi, harta kekayaan itu tidak mendekap di dalam hati mereka! Mereka tidak takut kehilangan harta demi perjuangan di jalan Allah.

Masih ingat kan, Sob? Kisah Abdurrahman bin Auf yang merelakan kehilangan seluruh hartanya di Mekah ketika ia berhijrah di jalan Allah ke Madinah bersama Rasulullah. Ia tidak sampai bunuh diri karena bangkrut, itu karena harta kekayaannya tidak mendekap di dalam hati. Namun apa yang terjadi di Madinah, karena keuletannya dalam berdagang, meskipun dengan modal yang sangat minim Abdurrahman bin Auf mampu bangkit kembali dan menjadi salah satu saudagar terkaya di Madinah.

Sob, postingan kali ini bukan bermaksud agar kita terus mengejar kekayaan dan melupakan ibadah. Muslim yang kuat lebih baik daripada muslim yang lemah. Dan kenyataannya hari ini, kekayaan merupakan salah satu aspek kekuatan.

Hal terpenting di sini, aku hanya ingin memotivasi diri sendiri dan kita semua; 

“Kaya itu harus, karena simbol kekuatan zaman sekarang. Kekayaan harus berada dalam genggaman. Namun, kekayaan jangan sampai mendekap dalam hati”




Saleum,- 

Posted by: http://jabanahsadah.blogspot.com/      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar