Kamis, 26 Januari 2012

SAH ?!



 FollowTwitSadah@FahrieSadah








Sah?” Seru Pak Penghulu.

Saaaah..!!” Jawab para saksi dan semua hadirin.

Sambil mengusap wajah masing-masing, kami mengucap, “Alhamdulillah..!”  

Rasanya begitu nyata, detik ini statusku berubah. Aku bukan lagi Dodi si bujang lapuk! Tidak ada lagi yang akan menghinaku, mengataiku tak laku-laku. Dan siapa sangka? Dina, gadis idaman pemuda se-Jagarosa. Mulai dari mahasiswa hingga eksekutif muda menggilainya, toh akhirnya jatuh ke pelukan-ku, si pengembala kerbau dari kubangan Jagarosa!

Mana mungkin Dina menolak arjuna yang datang menunggang kerbau!” Kataku sambil menepuk dada. 

Dina tersenyum menyeringai medengar ocehan orang-orang. Sambil menggandeng lengan legamku, ia mengedipkan mata, siapapun pasti mengerti akan isyarat itu.

Selamat ya.. semoga lenggeng
Wah, beruntung banget si Dodi!
Iya, tapi musibah buat Dina..

Para jejaka melirik sinis lewat ujung mata, mata-mata itu gengsi takut ketahuan sedang sirik, namun kepalan tangan mereka tidak bisa bohong. Aku serasa seperti pahlawan, senyumku menyaingi matahari, pikatku mengalahkan Messi, langkahku elegan seperti mersi. 

Dan yang paling bahagia adalah Ibu. Hari ini ibu kelihatan sangat..klasik, mungkin lebih tepatnya lagi kuno. Tapi ibu punya alibi, kebaya 30 tahun lalu itu tidak pernah ibu pakai lagi semenjak bapak meninggal. Dan hari ini, ibu merasa lebih hidup dengan kebaya itu! Seperti ter-rewind ke masa silam, saat ijab Kabul dengan almarhum bapak. Ibu berlari kecil kesana kemari sambil terus membagikan kueh ‘rom-rom’ buatannya ke semua orang. Persis seperti seorang gadis yang sedang merayakan hari ulang tahunnya. Ibu ingin berbagi bahagia, satu bebannya telah hilang.

Tapi rupanya alam tidak merestui, tiba-tiba angin bertiup kencang. Tenda-tenda pesta rubuh seketika. Orang-orang-pun panik, berlari tak tentu arah. Kueh ‘rom-rom’ ibu beterbangan ke angkasa, dan yang paling parah..Dina lepas dari genggamanku! “Dina.. Dina! Dimana kamu??” Teriakku sambil celingukan kiri kanan.

Aku sangat kebingungan, berputar-putar seperti gasing, dan Dina tidak kunjung ketemu. Akhirnya hujan turun, semakin deras, dan sepertinya akan banjir. Air sangat cepat meninggi, aku kelelep sambil terus menyebut nama Dina.
Dina, kita sudah sah! Sah, sah, sah, sah! Saaaaaah! Saaaaabblebblebblebbleb…” 

Aku tenggelam, dan sebuah kapal menabrakku hingga aku tersentak dan terlempar ke sebuah jurang.

Buuuk!

Hah..hah.., kok aku belum mati? Dina..Dina mana?! Oh, pinggangku..” 

Aku ngos-ngos-an. Butuh sekian detik untuk sadar, bahwa aku sedang tergeletak di lantai, bahwa aku baru saja jatuh dari ranjang, bahwa kasurku basah semua, bahwa Ibu sedang melotot ke arahku sambil memegang bantal guling dan bersiap-siap memukulku dengan bantal itu.

Sah..sah..sah! Apanya yang sah? Dari tadi ibu siram pake air ngak bangun-bangun! Ditimpuk pakai bantal guling sampai jatuh baru bangun! Noh, si kebo dah kelaparan, kasih makan sana! Jangan tidur mulu! Dasar pemalas! Gimana mau dapat jodoh!” Rentet ibu panjang kaya pengunguman diskon pasar kaget.

Rupanya hanya mimpi..” Gumanku pelan.

Itu  di atas meja ada kueh ‘rom-rom’ untuk sarapan, ibu mau ke pasar” Teriak ibu sebelum menutup pintu depan. 

Aku bangkit dari kasur dengan memikul berton-ton rasa malas, “Minimal kue ‘rom-rom’ buatan ibu sudah jadi kenyataan!!” Sahutku dan langsung dibalas oleh dentuman pintu, ‘Buummm!”.

Note: 476 kata (Nyumbang FF di hari terakhir Kontes FF Mbak Wangi, hehe..)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar