Tampilkan postingan dengan label Kita RENUNGI sadah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kita RENUNGI sadah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 September 2012

Kau dan Doa-ku, Diaminkan Malaikat


Hadiah paling berharga adalah doa yang dipanjatkan kepada kita, tanpa sepengetahuan kita

Kadang kita tidak sadar, bahwa dibalik kesuksesan kita ada doa orang-orang di sekeliling kita. Bisa orang tua kita, suami atau istri, saudara, guru, teman, bahkan saudara se-iman yang tidak kita kenal. Parahnya, kita dengan bangganya merasa jika setiap inci dari kesuksesan yang kita raih adalah hasil kerja keras kita semata.. sombong, angkuh, merasa paling pintar, dan sikap arogan lainnya. 

Buntutnya sering kali berwujud sikap merendahkan orang lain. Padahal, bukan tidak mungkin.. orang yang kita rendahkan itu adalah salah satu dari orang yang selalu mendoakan kita..

Sob, kadang seorang teman dalam kondisi tertentu meminta kita untuk mendo’akannya; “Do’akan aku ya..”, “Do’anya donk..”, “Do’ain lah..” Sayangnya, bagi sebagian orang.. permintaan seperti ini terkesan dan dianggap seperti basa-basi saja. Padahal, ini adalah tradisi para sahabat Rasulullah yang patut kita pelihara eksistensi dan esensinya, mereka senantiasa saling mendoakan satu sama lain, bahkan dengan menyebut nama sahabatnya dalam doa khusus untuk-nya. 

Dan satu hal yang belum banyak diketahui, berdasarkan sabda Rasulullah Saw.. doa seperti ini akan diaminkan oleh Para Malaikat! Bayangkan, makhluk Allah yang suci, tidak memiliki hawa nafsu dan senantiasa selalu bertasbih memuji Allah ini akan mendoakan kita disetiap penghujung doa kita untuk orang lain, dengan mengatakan; 

آمين... وإياك!
(Aamiin, dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan)


Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata `aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’” (Shahih Muslim no. 2733)


Doaku malam ini.. Untukmu Ayah Bundaku, Kakek-Nenekku, Kakak Adikku, karib kerabatku, guru-guruku, sahabat-sahabatku, dan seluruh kaum muslimin, terutama ‘kau’ yang telah mengisi hatiku… 

“Ya Allah, terimalah taubat kami, ampunilah dosa-dosa kami yang lalu, sekarang maupun yang akan datang..  Anugrahkan kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak… Aaamiin ya rabbal ‘aalamiin..”


Syahdu,

Rabu, 05 September 2012

Ke-Acehan Perempuan Aceh

Di sebuah warung bakso, daerah Banda Aceh. Seorang pramusaji menghampiri saya dan bertanya, “Mau pesan apa Mas?” 

Sekali lagi saya pandang wajah itu lekat. Lalu, pandangan berpindah ke seluruh ruangan. Kemana perginya perempuan Aceh yang selalu saya kagumi sepuluh tahun silam. Perempuan Aceh yang tangguh, cerdas dan teguh imannya. Lembut, santun, namun tetap berkarakter bahasanya. Sopan dan sederhana penampilannya namun tetap elok di pandang mata.

Kali ini mata saya tertuju pada sekelompok anak muda, sekitar tujuh remaja tanggung. Sekelompok muda-mudi. Perilaku ‘cuek’ mereka tunjukkan lewat cara berpakaian, cara berbicara dan bertatap-tatapan, sesekali cekikikan dan serunduk-serundukan. Hati ini miris melihat anak sekolahan seperti mereka masih berkeliaran malam-malam begini. 

Casio digital di pergelangan tangan menunjukkan Pukul 22.16. Saya melenguh sambil mengusap wajah dengan kedua belah tangan. Si pramusaji ikut mengusap wajah dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegang daftar menu.

Jika kita menoleh ke belakang, sekitar tiga-empat abad silam. Saat itu peran perempuan dalam pemerintahan di kerajaan Aceh sangat besar. Hal ini pernah diakui oleh P.J. Veth, seorang profesor di bidang etnologi dan geografi Universitas Leiden, Belanda. Pada tahun 1870 Veth menulis sebuah artikel yang berjudul, “Vrouwen Regeringen in den Indesche Archipel” (Pemerintahan Perempuan di Kepulauan Nusantara), artikelnya dimuat dalam majalah Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie (TNI)

Veth mengakui bahwa tidaklah mudah untuk menemukan figur perempuan yang memerintah di Nusantara. Yang harus digaris bawahi adalah ungkapan Veth selanjutnya, “Yang paling mengagumkan dari semua contoh pemerintahan perempuan di Nusantara adalah Kerajaan Aceh Sumatera, suatu kerajaan yang mempunyai tempat yang sangat penting dalam sejarah!” 

Sangat kontras dengan putri-putri Aceh yang ada di hadapan saya saat ini. Saya melirik pramusaji itu sebentar, ia mungkin kesal dengan sikap saya. Kedua alis matanya bertaut. Pikiran saya kembali berkelana.

Bukan sebuah ‘romantisme sejarah’. Tapi, kita berharap warisan keagungan peradaban Aceh terdahulu bisa memberikan kontribusi pemikiran dan penyadaran terhadap generasi kini. Sehingga seatu saat, mungkin tidak lama lagi, akan terjadi ‘kelahiran kembali’, sebagaimana peradaban barat lahir dari puing-puing kehancuran peradaban Yunani – Romawi. “With disintegratio, kata Tonybee, comes rebirth”.

Bagaimana dengan Aceh? Apakah ‘tengkorak-tengkorak’ dari peradaban Aceh yang gemilang sudah lebur dengan tanah atau menjadi debu yang diterbangkan angin, hingga begitu ringkih dan tidak mampu untuk ‘lahir kembali’? Di mana perempuan Aceh yang seharusnya menjelma menjadi Ibu yang melahirkan peradaban baru itu? Berbagai pertanyaan berkecamuk di benak saya, kening ini berkerut. Dan kening pramusaji itupun ikut berkerut.

Dalam hati saya berharap, di luar sana. Di beranda rumah, di meunasah, di ruang kelas, di aula kampus, di kantor pererintahan, di balai desa, di rumah sakit, di pasar hingga di sawah, semoga masih banyak srikandi Aceh setangguh Malahayati dan seteguh Iman Cut Nyak Dhin. 

Teringat sikap Cut Nyak Dhien, ketika jari Letnan Van Vuuren menyentuhnya dalam perebutan senjata. Cut Nyak Dhien berseru, “Jangan kau menyinggung kulitku, kafir! Jangan kau nodai tubuhku!” Sayapun manggut-manggut takjub dalam hati, Sang Pramusaji malah geleng-geleng kepala.

Kata-kata Ibu sebelum saya berangkat menuntut ilmu ke Jakarta kembali terngiang, “Nyan bek ka mita peurumoh hideh! Di Aceh get that jai dara mameh yang jroh keu peurumoh!”Sayapun tersenyum, akankah ibu-ibu Aceh saat ini masih berpesan seperti itu pada anaknya yang akan merantau? 

“Mas, ditanya kok bengong sih, senyum-senyum sendiri lagi! Capek deh...” Si pramusaji menegur saya dengan bahasa yang ‘dipaksakan’ gaul itu. Saya kaget campur geli dengar dialegnya. 

“Bang!! Peu ilee neu peusan?!” Serunya lantang. Kali ini saya tertawa kecil,  karakter Acehnya keluar juga, hehe.

Si pramusaji menggigit bibir atasnya pertanda memohon jawaban segera. 

“Bakso tok, tampa ngen teh dingin beh!

Laksamana Malahayati


Banda Aceh, -

Senin, 28 Mei 2012

Tanya Hatimu ..


Setiap kita diciptakan dengan memiliki hati yang fitrah, hati yang suci dan bersih. Dengan hati ini, pada dasarnya kita mampu mendeteksi mana yang baik dan mana yang buruk. Agama membentengi dan menjaga hati kita dari dalam, agar tidak terkontaminasi udara buruk yang sering menyerang. 


Dr. Aidh Al-Qarni (Pengarang La Tahzan), mengatakan “Berbahagialah kamu, siapasaja yang memiliki kebun di hatinya, yang berhias iman dan zikir, dan memiliki taman di akalnya, yang berhias ilmu dan pengalaman-pengalaman hidup”.

Sob, ada segelintir yang hatinya sudah mati karena virus dosa. Bergelimang dalam perbuatan dosa dapat membinasakan hati, karena dosa-dosa itu layaknya parasit yang terus akan mengisap sari pati kebaikan hati. Kalau sudah begini, jangankan menyesal ataupun merasa gelisah! Ia bahkan bangga dengan perbuatan dosa yang telah dilakukan..

Tapi, bila masih ada gelisah itu kala kita berbuat dosa.. bila masih ada gundah dan persasaan menyesal itu saat berbuat salah.. bila masih ada perasaan malu itu, ketika perbuatan buruk kita diketahui orang lain.. Maka, bersyukurlah.. hati kita masih berfungsi dengan baik! 

عن وابصة بن معبد رضي الله عنه قال : قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: " اسْتَفْتِ قَلْبَكَ! الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَـيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَـيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِـي النَّفْسِ، وَتَرَدَّدَ فِـي الصَّدْرِ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْك"
)
أخرجه الإمام أحمد(

Wabisoh bin ma’bad berkata; Rasulullah bersabda ketika aku bertanya tentang kebaikan dan kejahatan ; “Tanya hatimu..! Kebaikan adalah suatu perbuatan yang menentramkan jiwa dan hati, sedangkan kejahatan adalah suatu perbuatan yang meng-galaukan jiwa, dan meninggalakan rasa gelisah di dada meskipun banyak yang mendukung perbuatanmu
(HR. Ahmad)


Regards,-

Kamis, 10 Mei 2012

7 Golongan Manusia yang Bebas dari Virus Galau



Galau? Ungkapan ini makin sering muncul di fesbuk maupun twit, ini menunjukkan makin banyaknya penderita galau (pegalau). Perasaan yang tidak menentu, hati yang tidak tenang, pikiran kacau, bimbang, resah, gelisah, merasa bersalah, murung, mudah cemas, gampang panik, cepat marah dan tersinggung, suka mengeluh adalah beberapa gejala penyakit galau.

Ketika mentadabburi Al-Qur’an Surah Al-Ma’arij ayat 19 - 35, aku seketika tertegun! Wow, unbelievable! Ternyata fenomena galausudah termaktub dalam Al-Qur’an sejak belasan abad lalu.. 

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً ...


Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah (Galau) 

Eiiits! Ayat ini tidak berhenti di situ saja! Jadi jangan diartikan galau itu adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Pada ayat setelahnya, disebutkan ada tujuh golongan manusia yang akan terbebas dari virus galau ini. Mau tau siapa saja? Mari kita baca sama-sama kelanjutan ayat di atas …

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah (Galau), apabila ditimpa kesusahan ia akan berkeluh kesah, apabila diberi kemudahan ia bersifat kikir, kecuali ...

1.  Orang-orang yang menjaga shalatnya dan khusyuk dalam shalatnya (QS. Al-Ma’arij :22-23)

Shalat dan zikir memang terbukti ampuh untuk menenangkan hati. Mangkanya, saat marah kita dianjurkan shalat dua raka’at agar emosi kita reda. Jadi tidaklah aneh, bila mereka yang selalu menjaga shalatnya akan terbebas dari penyakit galau.

2.  Orang-orang yang suka bersedekah (QS. Al-ma’arij: 24-25)

Pada surah al-ma’arij ayat 21, dijelaskan bahwa galau paling mudah menjangkit orang-orang kikir. Ketika kita telah diperbudak oleh harta, maka kita akan cepat galau bila kehilangannya. Obatnya apa? Ya, rajin-rajinlah bersedekah, karena bersedekah adalah kiat untuk membebaskan hati kita dari kungkungan nafsu akan harta benda duniawi.

3.  Orang-orang yang benar-benar yakin akan datangnya hari kiamat (QS. Al-Ma’arij :26)

Kalau kita selalu ingat, bahwa tidak ada yang kekal di atas bumi ini, bahwa hari kiamat akan datang suatu saat nanti. Maka, insyaallah segala tindak perilaku kita akan menjauhkan diri kita dari penyakit galau.

4.  Orang-orang yang takut pada siksa Allah (QS. Al-Ma’arij : 27-28)

Orang yang sering melakukan dosa, tentu hidupnya akan terus diliputi perasaan galau. Dosa-dosa itu akan terus menghantui, lalu menimbulkan rasa menyesal dan takut yang mendalam. Beruntunglah bagi siapa saja yang mau bertaubat, karena ia tahu bahwa azab Allah sangatlah pedih. Orang yang ingat akan azab Allah, saat ditimpa cobaan maupun musibah tidak akan mudah mengeluh, ia senantiasa beristighfar, mohon ampun kepada Allah, karena ia merasa cobaan dan musibah itu datang karena dosa-dosa yang telah ia perbuat.

5.  Orang-orang yang menjaga kemaluaannya dari dosa (QS. Al-Ma’arij : 29-31)

Sepertinya kasus galau yang paling banyak adalah galau cinta, hehe. Karenanya, kita mesti hati-hati dengan cinta terhadap makhluk. Lain halnya dengan cinta kepada Allah, tentunya tidak akan galau. Salah satu bentuk cinta kepada Allah adalah selalu menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
 
Dosa anak manusia paling banyak disebabkan oleh lisan dan kemaluannya. Coba saja tanyakan pada para penganut freeseks, apa yang mereka rasakan? Kesenangan itu hanya sebentar saja, pada saat ‘melakukan’, namun setelah itu perasaan bersalah akan menghantui mereka, bersalah pada Allah, pada orang tua, pada pasangan, dan pada diri sendiri… galau!

6.  Orang-orang yang menjaga amanah dan menepati janji (QS. Al-Ma’arij: 32 )

Kadangkala godaan itu datang dalam situasi yang tidak terduga, amanah yang kita emban juga sangat potensial mendapat godaan, bila amanah ini kita selewengkan demi kepantingan pribadi, maka siap-siaplah terkena galau seperti para koruptor yang memutuskan untuk bunuh diri! Serem..

7.  Orang-orang yang bersaksi dengan sebenar-benarnya (Qs. Al-Ma’arij : 33)

Demikian halnya kesaksian, dosa besar bila kita memberikan kesaksian palsu di pengadilan. Walau dengan iming-iming apapun, kita harus tetap kukuh memberikan kesaksian yang benar, jangan sampai mendholimi orang lain, nanti bisa galau..

Sobats, satuhal yang harus kita yakini seyakin-yakin-nya, sebesar apapun dosa yang telah kita lakukan, pintu taubat tetap terbuka selebar-lebarnya, karena Allah maha pengampun dosa.. 

Semoga kita bisa terbebas dari perasaan GALAU..


Salam,-

Kamis, 03 Mei 2012

Mesjid Seluas Hamparan Bumi

Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab di hari perhitungan nanti.. Rasulullah Saw bersabda;


 (رواه أبو داود) إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ
Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat... (HR. Abu Daud)

Shalat juga merupakan wasiat terakhir yang diucapkan Baginda Rasulullah di detik-detik kepergian Beliau..Lihat kembali artikel; 7 Hari Menjelang Wafat Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda;


الصلاة.. الصلاة.. الصلاة.. وما ملكت أيمانكم
(Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!)

Persoalan yang sering kita alami, bila sedang di luar rumah, apakah itu di tempat perbelanjaan, di perkantoran atau pusat kota dan berniat menunaikan shalat, akan terlontar pertanyaan seperti ini, “Mesjid jauh gak ya dari sini?” atau begini, “Di mall ini ada mushallanya gak ya?” 

Dan sering pula, lebih terkesan sebagai sebuah keluhan, “Waduh, mesjidnya jauh! Harus putar balik nih kalau mau ke mesjid..” Atau begini, “Ya.. mushallanya ada di tingkat paling atas! Mana gak ada lift lagi..”

Yang paling parah, dalam situasi ini banyak yang akhirnya tidak mengindahkan shalat.. “Duh ribet.. ntar di rumah ajalah dirapel” atau begini, “Bisa terjebak macet nih kalau shalat dulu..”

Sudah menjadi persepsi umum, bahwa shalat itu hanya dilakukan di mesjid (yang berbentuk bangunan khusus), di mushalla atau tempat-tempat yang memang khusus di sediakan untuk shalat. Hal ini menjadikan shalat seakan hanyalah seremonial atau upacara yang harus dilakukan di ruang tertentu saja, dan memanglah terlihat.. masyarakat kita masih banyak yang kurang meresapi shalat itu sendiri, selain sebagai kewajiban semata..

Padahal, mesjid itu seluas hamparan bumi, asalkan kita yakin akan kesucian tempat itu, maka kita bisa shalat dimana saja di atas bumi ini. Di lantai kantor, di lobby, di parkiran, bahkan di taman-taman kota. Why not? Ulama telah sepakat akan hal ini, shalat boleh di mana saja kecuali di kuburan (Dimakruhkan shalat wajib) atau di tempat-tempat kotor seperti kamat mandi, kandang ternak dan tempat pembuangan sampah.

Rasulullah Saw bersabda;

وجعلت لنا الأرض كلها مسجدا ( رواه مسلم،1 / 371  ، رقم 522)

“Dan telah dijadikan bumi ini seluruhnya sebagai mesjid” 
(HR. Muslim, jld 1, hal 371, no. 522)

الأرض كلها مسجد إلا المقبرة والحمام  (سنن الترمذي ، 2 / 260 )

“Bumi ini seluruhnya (bisa) sebagai mesjid kecuali kuburan dan kamar mandi” 
(HR. Tirmizi, jld 2, hal 260)

Jadi, jangan ragu untuk shalat di mana saja, ini juga bisa jadi syi’ar, dakwah dan ajakan bagi orang lain yang melihatnya..

Di sudut taman kota
Di depan sebuah restoran

Di halaman sebuah pasar hewan

Di pekarangan kantor

Di tengah-tengah padang tandus

Di perkebunan

Di sebelah kios kecil pinggir jalan

Di halaman terbuka pinggir jalan

Kapan pemandangan seperti ini terlihat di Indonesia?? Yang kononnya, bangsa yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia..

Tabek,