Rabu, 29 Februari 2012

Peka Pada Rasa Kecewa Si Kecil











  

Peka Pada Rasa Kecewa Si Kecil

Coba perhatikan wajah bayi anda saat kita melepaskannya dari gendongan lalu tiba- tiba menaruhnya di boks. Bayi anda akan dipenuhi rasa kecewa. Rasa kecewa bisa juga muncul pada bayi anda akibat lingkungan tidak cepat memberi respons untuk memenuhi kebutuhannya, seperti saat lapar, haus, dingin, kepanasan, atau kebutuhan psikis seperti ingin disayang, dibelai, dipeluk, ditimang, dan dicium.

Sebetulnya, sejak lahir bayi sudah memiliki emosi. Namun di usia 3 bulan ke atas, barulah bayi bisa menampilkan emosinya dan lingkungan bisa menangkapnya. Respons emosi pada bulan-bulan pertamanya lebih terkait dengan kondisi internalnya seperti ketidaknyamanan fisik dan rasa sakit.

Pada usia 1-6 bulan, bayi mulai tersenyum pada orang di sekitarnya, tertarik dengan stimulus baru, marah ketika terganggu, dan lainnya.
Sedang pada usia 6-12 bulan emosinya terkait dengan kemampuan mengingat apa yang telah terjadi dan membandingkannya dengan peristiwa yang sudah terjadi.

Emosi di usia ini juga merefleksikan kemampuannya melatih kontrol terhadap lingkungan di sekitarnya dan frustrasi ketika tujuannya tidak tercapai. Emosi dasar inilah yang akan dirasakannya ketika keinginannya tak tercapai.

Sebaiknya jangan sampai orangtua membiarkan kekecewaan tersebut berlarut-larut dirasakan si kecil. Lewat pengamatan, sebetulnya bisa terlihat tanda kekecewaan pada bayi. Terutama dari komunikasi awal yang paling sederhana yang dapat dilakukannya, yakni menangis.

Orangtua biasanya sudah tahu dan dapat mengidentifikasikan dengan sendirinya tangisan seperti apa yang merupakan ekspresi kekecewaan si kecil. Sayangnya, tanpa disadari orangtua lebih sering terfokus pada kebutuhan fisik bayi ketim-bang kebutuhan psikisnya. Contohnya, bila menangis, umumnya orangtua menganggap bayi hanya lapar atau haus. Padahal, sangat mungkin ia hanya ingin digendong dan dibelai. Contoh lain, ketika orang tua "memaksa" menggeletakkan bayi di boks selagi ia masih ingin terus digendong, orangtua tidak memberi mainan pengalih perhatian seperti mainan yang mengeluarkan suara-suara atau musik tertentu.

Mestinya orangtua dapat lebih meningkatkan kepekaannya untuk segera memberikan respons ketika bayi mengalami kekecewaan. Ini penting agar emosi negatif pada bayi tidak terakumulasi hingga membentuk perasaan tidak aman atau tidak percaya terhadap lingkungan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua:

1. Perhatikan kebutuhan apa yang sedang diinginkannya saat ini. Jika orangtua memang tidak bisa memenuhi keinginannya, antara lain minta digendong terus, maka segera alihkan perhatiannya saat ia ditaruh dalam boks. Jangan biarkan ia merasa sendirian.

2.Ungkapkan kasih sayang lewat sentuhan maupun kata-kata bernada lemah lembut. Meski bayi belum mengerti sepenuhnya, namun ia pasti dapat menangkap kasih sayang tersebut sambil mengembangkan kemampuan berbahasanya. Kata-kata lembut dari orangtua akan menghibur perasaannya yang kecewa. Ia pun merasakan bahwa orangtuanya tetap mengerti dan memahami kebutuhannya.

3. Jangan membiarkan bayi merasa marah dan kesal dalam waktu lama akibat perubahan tiba-tiba yang mengagetkannya. contohnya,langsung menurunkannya dari gendongan. Ini bisa berakibat bahwa bayi jadi tak punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi dadakan tersebut.

Jika anda tidak sesegera mungkin mengatasi kekecewaannya, dampaknya memang mungkin belum begitu tampak di usia bayi, namun biasanya akan muncul di tahapan usia-usia berikutnya, bahkan hingga dewasa. Bayi yang sering mengalami rasa kecewa, maka perkembangan emosinya bisa terganggu. Ia pun tidak mampu mengelola emosinya dengan baik karena memang tidak dibiasakan untuk mengekspresikan perasaan secara sesuai dan tak diajarkan cara mengatasinya. Ia tidak tahu mengungkapkan kekecewaan secara tepat. Kalaupun marah, sering kali dalam porsi yang tidak proporsional. Emosi yang sering dirasakan juga cenderung negatif.

Hal ini selanjutnya akan menumbuhkan ketidakpercayaan terhadap lingkungan. Lebih lanjut ketidakpercayaan ini akan menempanya menjadi individu yang tidak percaya pada dirinya sendiri selain lingkungan. Ia cenderung menganggap apa saja yang dilakukannya selalu tak membuahkan hasil memuaskan. Tak heran kalau nantinya yang bersangkutan akan tumbuh menjadi individu yang pesimis.

Rasa tersebut akan membuat anak selalu takut untuk melangkah. Ia sulit membina hubungan dengan orang lain. Interaksi atau kemampuan dirinya bersosialisasi jadi terhambat. Di lingkungan pekerjaan pun kelak ia tak akan berkembang optimal. Dengan demikian, dampak kekecewaan semasa bayi bisa luas dan mengenai seluruh aspek kepribadiannya.

Dan yang terakhir, jika bayi sering kecewa pada sikap orangtua, otomatis kelekatannya dengan orangtua jadi terganggu. Itu karena anak merasa diabaikan kebutuhannya. Akhirnya, ia menyikapinya dengan dua kemungkinan. Pertama dengan bersikap resisten dan kedua dengan bersikap tidak peduli alias acuh tak acuh.

Si sosok resisten akan gampang menangis atau rewel setiap kali kebutuhan dan keinginannya tidak terpenuhi. Kala orangtua berangkat bekerja, ia mengantar kepergian mereka dengan menangis sejadi-jadinya. Kemudian ketika ibu dan ayah kembali, dia akan bersikap agresif, seperti memukul-mukul. Sedangkan anak yang tak peduli akan benar-benar acuh tak acuh di saat orangtuanya ada ataupun tidak ada. Jadi mulai sekarang, jangan anggap remeh kekecewaan yang terjadi pada diri bayi anda.

(sydh/tn) - http://www.voa-islam.com

She and Him


Go as far as the wind takes you
Challenge yourself a bit more
Outside is the world you need to conquer
My best prayers are always there with you

SEPI [SEN]DIRI



Akhir-akhir ini pagi selalu datang dengan membawa sepi
Menjamu awan-awan resah, pun embun-embun kepedulian yang membeku
Seperti kemarin, hari ini, dan mungkin hari-hari setelah ini
Matahari selalu disambut dengan seringaian kabut
Hingga terang terlalu cepat menghilang berganti kelam

Setiap sisi yang kutemui adalah jurang yang dalam
Setiap sudut kupijaki adalah hutan-hutan belantara
Setiap mata angin adalah padang-padang es yang bisu 
Hendak lari kemana?
Semuanya sepi, sunyi, [sen]diri

Seperti hidup di tengah-tengah kawanan pipit yang riuh, bernyanyi, tertawa
Tapi sayangnya, tak satupun dari mereka yang bernyanyi dan tertawa untukku


Selasa, 28 Februari 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary2

DIARY #2



Menjadi ibu yang baik adalah harapan setiap perempuan yang mengerti akan kodratnya sebagai seorang ibu dan mimpi setiap perempuan yang menyadari jika di hari yang setiap urusan hanya menjadi milik Allah, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajibannya, dalam hal ini adalah anak-anaknya. Setiap perempuan yang memahami tugasnya sebagai seorang ibu, akan mengerahkan segala upaya agar dia bisa menjadi teladan dan madrasah untuk anak-anaknya. Tak peduli sesulit apa pun dan seberat apa pun cobaan yang mesti dilaluinya. Dalam perjalanannya, kita bisa lihat banyak perempuan yang gagal menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Entah karena dia tak memahami perannya, entah karena dia tak memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik anak-anaknya, atau karena tuntutan keadaan yang mengharuskan mereka meninggalkan anak-anaknya dengan bekerja di luar rumah. Hmmm.


Sudah bukan menjadi rahasia umum jika pergaulan di masa sekarang sangat rentan dan ditumbuhi dengan bunga-bunga kemaksiatan. Mudah saja bagi orang yang tidak memiliki iman yang kuat untuk terjerumus pada arus pergaulan yang tidak baik. Menyadari akan hal ini, di masa-masa awal menjadi calon Bunda, aku di hantui dengan pertanyaan. MAMPUKAH AKU MENJADI IBU YANG BAIK? MAMPUKAH AKU MENDIDIK ANAK-ANAKKU KELAK MENJADI SEORANG MUSLIM DENGAN AQIDAH YANG KUAT? Mampukah? Mampukah? Pertanyaan ini muncul setiap kali aku melihat dunia luar yang dari ke hari kian menakutkan. Aku takut jika di hari penghisaban nanti, Allah akan murka kepadaku karena aku tak bisa mendidik anak-anakku untuk mencintaiNya.




Tapi, ada salah satu firmanNya yang membuatku kembali bangkit. Dan membuat keyakinanku tumbuh. “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya ” (AlBaqarah 286)


Nah, bukankah Allah sudah berjanji akan memampukan kita? Alhamdulillah berkat janjiNya, dukungan dari suami, keluarga dan sahabat, kini aku bisa tenang dan menepiskan setiap rasa khawatir.


Terlepas dari sebagian perempuan yang menelantarkan anak-anaknya atau yang memilih bekerja di luar rumah, aku yakin setiap perempuan sebenarnya bisa menjadi ibu yang baik. Bukankah hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan? Dan setiap pilihan pasti akan ada resikonya masing-masing. Secara pribadi, aku memang sudah berniat untuk tidak bekerja di luar rumah setelah punya anak nanti. Begitu pun suami. Menurutku, melihat tumbuh kembang anak-anak setiap detiknya, adalah sebuah momen yang lebih berharga dibandingkan dengan saat kita naik jabatan di tempat kita bekerja. Karena itulah aku berusaha keras bagaimana caranya agar aku tetap bisa berkarya meskipun berada di rumah. Ya, salah satunya dengan belajar menjadi seorang penulis.


Terakhir, tak ada yang perlu kita khawatirkan, Sahabat. Karena Allah selalu berada di sisi kita ^^ Tugas kita sekarang hanya mempersiapkan diri kita, ilmu, dan tentunya keimanan. Agar di hari akhir nanti, anak kita akan berkata:

"Ummi! Abi! masuk surga lewat sini sama Dede."



#Ayoooo bersiap menjadi ibu yang baik. Hwaitiiing.!!!

PELUKAN MENTARI


mentari pagi

♥♥ Betapa beningnya butiran embun di pagi ini....
Terasa sejuk hingga ke sumsum tulang belulang....
Dan mentari,,,
begitu hangat menyentuh kulit.....

Ohh Tuhan.....
Begitu indah hidup ini.....

Qu lihat langit biru membisikkan rindu dengan syahdu.....
Dan awan gemawan,,,,
tersenyum lirih penuh kasih.......

Duhai sayangqu,,,,,
qu ingin kaupun pahami satu rasa bahwasanya.....
Hanya engkaulah sandaran hati.....

Lantas apa yang membuatmu
tak lagi melantunkan syair-syair
indah kecintaan,,,
apa yang membuatmu berhenti melukis indah senyuman di cakrawala.......

Sementara aq disini,,, menari bersama bunga-bunga ilalang....
Berlari mengejar kupu-kupu terbang.....
Dan mencintaimu......
Dan tetap mencintaimu......
Sampai waktu tak menemukan hari........

** PELUKAN MENTARI **
        By. Yunie Teddy

Senin, 27 Februari 2012

Current picts, current song, current feeling

London (still) 

moving on

new chapter
literally :'(

but I wont give up, I will add a lot of efforts (again) into it
and a plenty of love potion

inner and kaffah scarf - saturday market, forever 21 top, Gaudi bag, TLTSN flats, Lil' Moo ring
no more standing in a blurred situation
(insha Allah)

mam, dunno why this song really suits you well I guess :'(
or that I'm just a fool
waiting for nothing, in vain
too much expectation
but that wont stop me trying
this time, I only rely on you ya Rabb

Ajari dengan Kasih Sayang


FollowTwitSadah@FahrieSadah

Rasulullah Saw. sangat menyayangi anak kecil. Pada suatu hari dalam sebuah majlis, duduk di sebelah kiri Rasulullah, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khatab dan sahabat senior lainnya. Sedang di sebelah kanan Rasulullah duduk seorang anak kecil

Suguhan minumpun tiba, dan diletakkan tepat dihadapan Rasulullah untuk menghormati Beliau. Menurut adat dan kebiasaan saat itu, suguhan itu akan digilir untuk yang di sebelah kanan Rasul dan seterusnya. Namun, karena Rasul melihat di sebelah kanannya anak kecil, sedang di sebelah kirinya Abu Bakar, Rasulullah menoleh kepada anak kecil tersebut, “Nak, apa boleh kita berikan air ini kepada yang tua-tua dulu?”
 
Si anak menggelengkan kepalanya dengan sikap khas anak kecil, “Saya mau bagian saya dulu!” Dan Rasulullah sambil tersenyum, menuangkan air untuk si anak. Lihatlah bagaimana Rasulullah tetap menghargai yang duduk di sebelah kanannya meskipun seorang anak kecil. Ini salah satu bentuk perhatian Beliau terhadap anak kecil. Karena di hari mendatang, anak-anak kecil inilah yang akan mengukir peradaban baru.

Ummu Khalid menceritakan kisahnya bersama Rasulullah saat ia masih kanak-kanak; “Suatu hari aku dibawa ayahku ke rumah Rasulullah, saat itu aku mengenakan baju warna kuning. Dan Rasulullah, memujiku dan mengatakan aku sangat cantik dengan baju itu. Betapa senangnya aku , dan aku-pun bermanja-manja di sisi Rasul. Saat itu aku tertarik dengan tanda kenabian di tengguk Rasul, dan aku memegang bagian belakang dari kepala Rasulullah untuk melihat tanda itu lebih dekat. Seketika ayahkupun marah-marah.”

 “Ummu! Kesini, jangan ganggu Rasulullah!!” Bentak ayahku dengan isyarat tangan seperti ingin menukulku. Lalu Rasulullah berkata pada ayahku; “Ajarkan dia dengan kasih sayang dan kelembutan..”

Banyak sekali kisah mu’amalah Rasulullah dengan anak kecil. Bahkan ketika sedang beribadah sekalipun, Rasulullah tidak luntur kasih sayangnya terhadap anak kecil. Rasulullah pernah shalat sambil menggendong Umamah bin Zainab, cucu Beliau. Ketika sujud, Rasul meletakkan Umamah di sisinya, dan ketika berdiri Rasul kembali menggendong Umamah, dan melanjutkan shalat sambil menggendong Umamah. 

Pada waktu yang lain, Hasan dan Husain cucu Rasulullah bermain kuda-kudaan di punggung Rasulullah, dan saat itu Rasulullah sedang sujud dalam shalat. Apa yang beliau lakukan? Rasulullah memanjangkan sujudnya hingga Hasan dan Husain puas bermain dan turun, baru Beliau melanjutkan salatnya. 

Pada kisah yang lain, saat Rasul sedang mengimami shalat di masjid. Rasulullah mendengar anak kecil menangis, dan Beliau-pun memperpendek bacaan shalat, agar ibu si anak bisa segera menemui anaknya.

Dr. Ali Umar membahasakan sikap Rasul kepada anak-anak dengan ungkapan, “Bila Rasulullah melihat anak kecil, bagi Beliau, seakan-akan dunia berhenti seketika”. Suatu ketika, Rasulullah berdiri di hadapan jamaah shalat jum’at hendak memulai khutbah. Tiba-tiba beliau melihat Hasan, cucu Beliau. Dan Rasul turun dari mimbar dan menggendong Hasan, lalu membawa Hasan ke mimbar dan melanjutkan khutbah.

Begitulah contoh sikap kasih sayang Rasulullah kepada anak-anak yang bisa kita baca dalam sirah Beliau. Mungkin hari ini kita jarang melihat seorang ayah shalat sambil menggendong anaknya. Atau seorang khatib jum’at turun dari mimbar demi melihat seorang balita, lalu membawa bersamanya ke atas mimbar. Barangkali, kalaupun kejadian, khatib itu akan di cerca oleh jama’ah karena dianggap tidak serius membawakan khutbah.

Jika Rasulullah ada bersama kita hari ini, apakah beliau akan meridhai perlakuan kita terhadap anak-anak seperti ini ..??

Baca beritanya di sini

Kasus Mutilasi BABE: Fenomena Anak Jalanan

Kekerasan Terhadap Anak Timbulkan Gangguan Mental, Klik aja!

Kekerasan pada anak-anak [jangan ditiru] ;)), Klik aja!

23 Anak Bunuh Diri, 120 Diculik, Klik aja

Beraninya Serang Anak-anak Palestina, klik di sini


Tabek,- 


 Terinspirasi dari Realiti Show Saudi, Lau Kana Bainana al-habib.

Minggu, 26 Februari 2012

Tujuan Penciptaan Manusia Dan Cara Meraihnya

jalan menuju surga
Manusia pada umumnya karena kecupatan pandangan atau kurangnya keberanian, menjadikan berbagai hal berupa niat dan hasrat keduniawian sebagai tujuan hidup mereka, padahal Allah yang Maha Agung telah menetapkan tujuan mereka dalam Kalam Ilahi bahwa:


Tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (Q.S Adz-Dzariyat:56).
Sejalan dengan ayat ini maka tujuan hakiki hidup manusia adalah menyembah dan memahami Allah yang Maha Kuasa serta mengabdi kepada-Nya.

Tuhan dan tujuan hidup

Jelas bahwa tidak mungkin bagi manusia untuk menetapkan sendiri apa yang akan menjadi tujuan hidupnya karena manusia muncul di dunia ini bukan atas kuasanya sendiri, begitu juga meninggalkannya di luar kehendaknya. Ia adalah mahluk yang diciptakan, dimana Wujud yang telah menciptakan dirinya serta memberkatinya dengan fitrat yang lebih baik dari mahluk hidup lainnya, telah menentukan apa yang sepatutnya menjadi tujuan hidupnya.

Apakah seseorang memahami tujuan tersebut atau tidak, tidak dragukan lagi bahwa yang jelas tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah dan memahami Allah s.w.t. serta melarutkan diri di dalam Wujud-Nya.

Tiga obyek tujuan dalam hidup

Tujuan hakiki dari semua anggota tubuh eksternal dan internal serta segala fitrat yang telah dikaruniakan kepada manusia adalah pemahaman, ibadah  dan kasih kepada Allah s.w.t.  Itulah sebabnya meski memiliki seribu jabatan di dunia, manusia tetap saja belum menemukan jati-dirinya yang hakiki kecuali dalam Tuhan-nya. Meski telah menghimpun kekayaan besar, menduduki jabatan yang tinggi, menjadi saudagar akbar, memiliki kekuasaan memerintah atau pun menjadi seorang filosof terkenal, pada akhirnya tetap saja akan merasa frustrasi ketika meninggalkan dunia. Kalbunya mengingatkan terus menerus tentang perhatiannya yang berlebihan terhadap dunia, sedangkan kesadarannya tidak membenarkan segala penipuan, kecurangan dan laku lajak yang telah dikerjakannya.

Masalah ini bisa juga ditinjau dari sudut lain. Tujuan daripada penciptaan ditentukan oleh pencapaian tertinggi yang di atasnya tidak mungkin lagi dapat digapai oleh kemampuan diri. Sebagai contoh, kemampuan utama seekor sapi jantan adalah membajak tanah atau menarik alat transport, karena itu hal inilah yang menjadi tujuan hidupnya dan sapi itu tidak bisa lebih tinggi dari kondisinya tersebut. Tetapi jika kita perhatikan kemampuan tertinggi dari fitrat dan kekuasaan manusia, kita akan melihat bahwa ia dibekali dengan fitrat mencari Tuhan sedemikian rupa hingga ia mengharapkan bahwa ia menjadi demikian mengabdi pada kasih Ilahi sehingga dirinya sepenuhnya menjadi milik-Nya.

Kebutuhan naluri alamiahnya seperti makan, minum dan istirahat, sama saja dengan mahluk hidup lainnya. Bahkan dalam banyak bidang ada hewan yang lebih terampil dibanding dirinya, seperti lebah mampu mengolah madu dari berbagai macam bunga yang belum mungkin ditandingi manusia. Dengan demikian jelas bahwa kapasitas manusia yang tertinggi adalah bertemu dengan Allah s.w.t. sehingga yang menjadi tujuan hakiki dalam hidupnya adalah membuka jendela hatinya kepada Tuhan.

Mencapai tujuan hidup

Pertanyaannya adalah bagaimana dan dengan sarana apa manusia dapat mencapai tujuan tersebut?

Sarana pertama. Yang harus dicamkan betul ialah sarana utama untuk mencapai tujuan tersebut adalah mengenali dan beriman kepada Tuhan yang benar. Jika langkah pertama ini sudah salah, lalu manusia mengangkat burung, hewan, unsur alam atau pun manusia lainnya sebagai sembahan, maka tidak mungkin diharapkan kalau langkah berikutnya akan berada di jalan yang lurus. Tuhan yang benar akan menolong mereka yang mencari-Nya sedangkan tuhan yang mati tidak mungkin menolong yang mati.
Allah s.w.t. telah menggambarkan hal ini secara indah dalam ayat:
Hanya bagi Dia-lah doa yang benar. Dan mereka yang diseru oleh orang-orang itu selain Dia, tidaklah menjawab mereka sedikit jua pun. Keadaan mereka tak ubahnya seperti orang yang mengulurkan kedua tangannya ke air supaya sampai ke mulutnya, tetapi itu tidak akan sampai kepadanya. Dan doa orang-orang kafir itu akan sia-sia belaka. (Q.S Ar-Rad:14).
Sarana kedua. Sarana berikutnya guna mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah kesadaran akan keindahan sempurna dari Allah yang Maha Perkasa karena keindahan adalah sesuatu yang secara naluriah akan menarik hati dan menghasilkan kecintaan. Keindahan Allah s.w.t. dengan Ketauhidan, Keagungan dan fitrat kebesaran lainnya sebagaimana yang diutarakan Kitab Suci Al-Quran dalam ayat:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa, Allah yang tidak bergantung pada sesuatu dan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak memperanakkan dan tidak pula Dia diperanakkan, dan tiada seorang pun menyamai Dia (Q.S. Al-Ikhlas:1-4).
Al-Quran berulangkali menarik perhatian manusia kepada kesempurnaan dan keagungan Allah s.w.t. serta mengungkapkan bahwa Tuhan demikian itulah yang menjadi dambaan setiap hati, bukannya tuhan yang mati atau lemah atau pun tidak memiliki rasa welas asih dan kekuasaan.

Sarana ketiga. Cara ketiga mencapai tujuan hidup adalah menyadari sifat pengasih dari Allah s.w.t. karena kecintaan akan muncul sebagai akibat dari keindahan dan sifat pengasih. Fitrat pengasih dari Allah yang Maha Agung dikemukakan secara singkat dalam Surah Fatihah yaitu:
Dia adalah Tuhan sekalian alam, Maha Pemurah, Maha Penyayang, yang mempunyai Hari Pembalasan (Q.S Al-Fatihah:1-3).
Jelas kiranya bahwa kesempurnaan fitrat pengasih Allah s.w.t. meliputi juga pengertian bahwa Dia telah menciptakan hamba-Nya dari ketiadaan dan setelah itu karunia pemeliharaan-Nya dilimpahkan atas diri mereka dan Dia menjadi penopang dari segala hal dimana berbagai macam rahmat-Nya telah dimanifestasikan bagi para hamba-Nya. Fitrat penyayang-Nya tidak mengenal batas dan di luar kemampuan manusia menghitungnya sebagaimana seringkali diungkapkan dalam Al-Quran seperti:
Dia berikan segala sesuatu kepadamu yang kamu minta kepada-Nya dan sekiranya kamu mencoba menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu tidak akan dapat menjumlahkannya. (Q.S. Ibrahim:34).
Sarana keempat. Sarana keempat untuk mencapai tujuan hidup yang hakiki adalah doa, sebagaimana dinyatakan:
Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkan doamu. (SQ.S. al-Mumin:60).
Ajakan berdoa dikemukakan secara berulangkali agar manusia menyadari bahwa ia bisa mencapai tujuan itu berkat kekuasaan Allah s.w.t. dan bukan karena tenaga sendiri.

Sarana kelima. Sarana lain untuk mencapai tujuan hidup adalah berjuang di jalan Allah dengan harta milik, kemampuan dan nyawanya seperti yang diungkapkan dalam:
Berjihadlah dengan harta bendamu dan jiwa ragamu di jalan Allah.  (Q.S. At-Taubah:41)
Menafkahkan segala sesuatu dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (Q.S. Al-Baqarah:3)
Tentang orang-orang yang berjuang untuk bertemu dengan Kami, sesungguhnya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan Kami. (Q.S. Al-Ankabut:69).
Sarana keenam. Sarana keenam guna mencapai tujuan hidup ialah keteguhan hati atau istiqomah, dengan pengertian bahwa seorang pencari kebenaran jangan sampai merasa lelah atau mundur oleh segala rintangan seperti yang diungkapkan Allah s.w.t. dalam ayat:
Adapun orang-orang yang berkata: ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka bersiteguh, malaikat-malaikat turun kepada mereka sambil meyakinkan mereka: AJanganlah kamu takut dan jangan pula berduka cita, dan bergembiralah atas khabar suka tentang surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kami adalah teman-temanmu di dalam kehidupan di dunia dan juga di akhirat. Dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang diri kamu dambakan dan di dalamnya kamu akan mendapati segala yang kamu minta. (Q.S. Ha Mim As-Sajdah:30-31).
Ayat ini mengindikasikan kalau keridhoan Allah s.w.t. bisa dimenangkan karena keteguhan hati. Memang benar bahwa istiqomah itu lebih dari mukjizat. Yang dimaksud dengan istiqomah yang hakiki adalah keadaan dimana meski ditingkar oleh musibah di segala penjuru, bahaya mengancam nyawa dan kehormatan, tidak terlihat adanya titik-titik terang yang meringankan, namun ia tetap tidak takut dan tidak akan mundur atau luntur kepercayaannya.

Keteguhan hati dan kesetiaannya tidak goyah, menerima dengan senang hati semua penghinaan, siap menghadapi kematian, tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan kawan, tidak menunggu-nunggu kabar gembira dari Tuhan, tetap berdiri tegak meski merasa tak berdaya dan lemah serta kekurangan segala keselesaan. Ia akan menjulurkan batang lehernya sambil mengatakan: ‘Terjadilah apa yang harus terjadi’ dan menghadapi dengan berani apa pun yang ditakdirkan baginya serta tidak mengeluh dan menjadi tidak sabar sampai cobaan tersebut selesai.

Inilah yang disebut keteguhan hati atau istiqomah yang ganjarannya adalah Tuhan sendiri. Inilah sifat kesalehan yang telah menjadikan debu dari para Nabi, Rasul, Siddiqi dan suhada masih saja tetap beraroma harum. Hal ini diindikasikan dalam doa:
Tuntunlah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:5-6).
Begitu juga dikemukakan dalam ayat lain:
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan menyerahkan diri kepada Engkau. (Q.S. Al-Araf:126).
Pada saat diterpa cobaan dan kesulitan, Allah yang Maha Agung akan menurunkan nur cahaya ke kalbu mereka yang Dia kasihi sehingga mereka itu tenang menghadapi segala musibah, bahkan karena kelezatan keimanan, mereka itu malah menciumi rantai yang membelenggu kakinya akibat melakukan sesuatu di jalan Allah. Ketika musibah mendatangi seorang hamba Allah dan muncul tanda-tanda kematian yang telah mendekat, ia tidak akan menuntut Tuhan-nya agar ia diselamatkan karena memaksa memohon keselamatan pada saat demikian sama dengan melawan Tuhan dan jadinya bertentangan dengan hakikat penyerahan diri yang sempurna. Seorang pecinta hakiki akan maju terus di kala musibah dan menganggap nyawanya sama sekali tidak berarti serta menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah s.w.t. dan hanya memohon keridhoan-Nya semata.

Allah yang Maha Agung menyatakan:
Di antara manusia ada pula orang yang menjual dirinya untuk mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya. (Q.S. Al-Baqarah:207).
Singkat kata, hal inilah yang menjadi ruh dari keteguhan hati sebagaimana dijelaskan di atas dan sarana yang menuntun kita kepada Tuhan. Perhatikan¬lah hal ini bagi mereka yang mau memperhatikan.
Sarana ketujuh. Sarana ketujuh guna mencapai tujuan hidup adalah memelihara silaturrahmi dengan orang-orang muttaqi dan mengikuti teladan mereka. Salah satu hal yang menyebabkan perlunya diturunkan para Nabi adalah agar manusia secara naluriah mencari teladan yang sempurna karena hal itu akan mengembangkan hasrat dan niat kebaikan seseorang. Ia yang tidak mengambil suri teladan yang baik, sesungguhnya malas dan tersesat. Hal ini dinyatakan Allah s.w.t. dalam ayat:
Hendaklah kamu termasuk orang-orang yang benar. (Q.S. At-Taubah:118).
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. (Q.S. Al-Fatihah:6).
Itulah beberapa sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia yang dikemukakan di dalam alquran.


              http://agama-islam.org/tujuan-penciptaan-manusia-dan-cara-meraihnya/

Sabtu, 25 Februari 2012

Aceh Lon Sayang

 followtwitsadah@fahriesadah
Desain Batik Aceh Lon Sayang, ambil dari sini ^^

Homesick..? 

Kadang aku juga merasakan begitu asing di tempat yang aneh. Aku bingung, tersesat dan ingin segera pulang. Meringkung di balik selimut tebal-ku, di kamarku sendiri, ranjangku sendiri. Hingga tak lama kemudian.. tangan penuh kasih itu mengelus rambutku, "Kenapa Nak, kamu sakit?"

***

Dulu, Ibu sering senandungkan lagu ini,
So, kalau kangen rumah .. Aceh lon sayang,
I hear this song ^^



Lirik

Daerah Aceh, tanoh lon sayang
Nibak tempat nyan, lon udep matee

Tanoh keuneubah, indatu moyang
Lampoh dengon blang, luah bukon lee
(2 kali )

Keureja udep, na soe peutimang
Na soe peuseunang, keureja matee

Hatee lon susah, lon rasa seunang
Aceh lon sayang, sampo on mate
(3 kali)


Lagu Aceh lon sayang  ini juga pernah jadi hymne pemersatu aktivis Aceh di Jakarta pada masa konflik silam, dan mungkin masih sampai sekarang. Saat damai sudah diteken, tetaplah berpegangan tangan...Kawan (Dedicate to : kawan-kawan Imapa Jakarta, Saman UI, Kompajaya, Foba, dll)


Saleum,-
http://jabanahsadah.blogspot.com/

Pinkish Cherry

my internet connection always getting trouble again and again. -,-"
these photos just my quick shoots becos I'm really busy all the time. :P
 


this one is too light. -,-"




WANTED!!
PHOTOGRAPHER WHO LIVES IN EAST JAVA (BLITAR CITY FOR ESPECIALLY)!!


this is my pinky shoes. actually I don't really like shoes without heels. but, when I attend my course, it's better I use flat shoes than wedges. :P


My pinky goose ring. :)

too darker right? but the troublemakerinternetconnection make it a bit wonderful effect :P

T-shirt: bought from Manado, Skort: Nevada, Shoes: bought from Manado, Necklace: B&G, Ring: Calosa

Jumat, 24 Februari 2012

JADI? KITA MAKAN APA DOONG?

Seperti biasanya, hari sabtu adalah jadwalku untuk mengikuti kajian tafsir mingguan dan halqah. Hmmm, dan sabtu kali ini, sayangnya aku lebih mempersilahkan si malas menang dengan membiarkan dirikuh tak mengikuti tafsir. Malah asik nonton 101 dalmatians. Gubrak!!! parahnyaaa. Astagfirullah. Tapi untuk halqah, aku mengusahakan diriku agar tetap hadir. Sabtu kali ini, soalnya musyrifahku baru.. *selingan curhat.

Ada perbincangan menarik ketika halqah tengah berlangsung. Kami (Aku, musyrifahku, dan teman-teman halqahku) sampai pada suatu topik tentang maraknya makanan-makanan yang tidak sehat. Bukan makanan itu yang salah, tapi pembuatnya alias produsennya sungguh terlalu. Kalian pasti tahu kan kalau kebanyakan makanan yang beredar di tengah-tengah kita sekarang adalah makanan yang tidak sehat, mengandung zat berbahaya dan atau zat yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah SWT? Masih hangat dalam ingatan kita tentang maraknya ikan berformalin, baso tikus, mie ayam pakai borak dan ayam tiren (mati kemaren), buah-buahan dengan festisida berlebihan, makanan yang mengandung minyak babi, makanan dengan pewarna sintesis sampai pada tempe dan beras yang dicampur pemutih. Uhhhekk * muntah. (Tapi bukan ngidam, masa ngidam saya sudah lewat, Om dan Tante ^^).





Jika makanan-makanan seperti ini yang kita konsumsi setiap hari, apa jadinya tubuh kita? Udah mah kewalahan bertempur dengan racun, ditambah dengan masuknya zat haram yang sudah tentu akan menyulitkan kita untuk bertaqorub pada Allah.

“Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram maka Neraka lebih pantas baginya.”

Nah, yang menjadi masalahnya, kebanyakan yang harus rela mengkonsumsi makanan seperti ini alias yang menjadi korban adalah orang dengan penghasilan menengah ke bawah, dalam artian orang seperti mereka (* termasuk eike, ciiin) tak mampu untuk membeli makanan yang lebih sehat. Karena pada masa kini makanan sehat jauuuuuuh lebih mahal. Pepatah said, SEHAT ITU MAHAL.

Timbullah pertanyaan? Lalu kita harus makan apa dong?? Jika makanan yang selama ini dipandang bergizi pun, seperti tempe dan buah-buah sudah bertransformasi menjadi makanan yang membahayakan. Ini berkaitan dengan anjuran Allah agar kita tak hanya memakan makanan yang halal, tetapi kita harus memakan makanan yang halal juga toyib (baik). Seperti firman-Nya,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168)

Kuncinya, kita memang harus lebih cermat dalam memilih makanan dan kalau bisa mah harus bikin sendiri dan memproduksi sendiri, agar kehalalan dan keamanannya lebih terjaga. Emang bisa?

Teman, sebenarnya akar masalah dari fenomena ini adalah faham sekulerisme yang menjadi kiblat kita. Sekulerisme itu apa yaaa? Sekulerisme itu adalah sebuah faham yang menjadikan asas manfaat sebagai tolak ukur perbuatan manusia. Perbuatan apa pun itu, tak peduli dilarang agama atau tidak, dan membahayakan orang lain atau tidak, jika ada manfaatnya yo hajar sajooo. Itu bisa kita lihat pada produsen-produsen makanan saat ini. Mereka menambahkan formalin pada ikan agar ikannya lebih tahan lama, pedagang mie ayam memakai ayam tiren karena biaya produksi lebih murah, dan lain-lain, dan sebagainya. Dari tindakan mereka, kita bisa melihat bukan, jika mereka mendapat manfaat dari tindakan jahat mereka? yaitu untung yang lebih besar. Mereka tak mempedulikan lagi nasib para konsumennya. Padahal kalau nggak ada konsumen, nggak bakal ada yang beli tuh.

So, berbeda jika islam yang menjadi sendi-sendi dalam kehidupan kita. Islam hanya menjadikan halal-haram sebagai tolak ukur perbuatan manusia. Jika haram ya jangan, jika halal ya boleh. Seperti itu. Eittttt, tapi halal-haramnya menurut Allah yaaa bukan menurut DPR. Dengan seperti itu, kita akan senantiasa terikat pada aturan yang telah digariskan oleh Pencipta kita. Kalau tolak ukur perbuatan semuaaaaa manusia sudah halal-haram, maka dengan ijin-Nya kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Para produsen itu akan senantiasa memproduksi makanan yang tidak akan menimbulkan madhorot bagi saudaranya sendiri.

Oya, satu lagi. Sekarang kita juga harus lebih hati-hati membeli makanan. Terkadang meskipun makanan itu mendapat lebil halal dari MUI, belum tentu makanan itu 100% halal. Karena, lihat dong produsennya siapa! Apakah dia muslim? Ataukah dia termasuk kaum kafir yang ingin menghancurkan umat islam?




Jadi inget film Alangkah Lucunya: Negeri ini. Ada satu adegan dalam film itu dimana Umminya Fifit sedang mengisi TTS. Beliau bertanya pada suaminya dan Fifit.
Ummi : yang menentukan halal-haram itu siapa ya, Bah?
Abah : MUI
Ummi : lima kotak kok
Fifit : ALLAH, Mi
Ummi : Nah, ini baru bener ^^

Ridukah kalian hidup dalam naungan islam? Kalau aku? Sudah nggak rindu lagi, tapiiiii terlanjur rindu. Hehhhhee


Aisyah Al Farisi
Dalam Lautan cinta-Nya

Kamis, 23 Februari 2012

Do'a Terindah ll

♥♥ Pagiku,,, kala mentari tersenyum hangat,,,
kala kelopak bunga bermekaran,,,
kala angin berhembus kencang dan pelahan.....
Adalah segenggam kerinduan.....
Kepadamu.....

Malamku,,,
kala gelap menyelimuti alam,,,
kala bintang bersinar terang,,,
kala rembulan berwarna kemerahan,,,
adalah sekepal harapan yang tersimpan......
Kepadamu......

Dalam setiap detak jantung ini.....
Dalam setiap helaan napas,,,
terlahir do'a-do'a.....
Menjuntai indah....
Warnai taman hati.....

Duhai Tuhanku yang menciptakan langit.....
Duhai Tuhanku yang menciptakan bumi.....
Duhai Tuhanku yang menciptakan cahaya......

Jagalah cinta kami dibumi.....
Dan bawalah kesuciannya kepintu langit.....
Agar kelak kan tetap bersatu di alam surgawi.....

Bunga indah

** DO'A TERINDAH **
     By. Yunie Teddy Dezz

Menahan Pandangan


merenung
Secara bahasa, غَضُّ البَصَرِ (gadh-dhul bashar) berarti menahan, mengurangi atau Menundukkan Pandangan [1]. Menahan pandangan bukan berarti menutup atau memejamkan mata hingga tidak melihat sama sekali atau menundukkan kepala ke tanah saja, karena bukan ini yang dimaksudkan di samping tidak akan mampu dilaksanakan. Tetapi yang dimaksud adalah menjaganya dan tidak melepas kendalinya hingga menjadi liar. Kuatkan Iman dan “Ceraikanlah” Nafsumu! Pandangan yang terpelihara adalah apabila seseorang memandang sesuatu yang bukan aurat orang lain lalu ia tidak mengamat-amati kecantikan/kegantengannya, tidak berlama-lama memandangnya, dan tidak memelototi apa yang dilihatnya [2]. Dengan kata lain menahan dari apa yang diharamkan oleh Allah swt dan rasul-Nya untuk kita memandangnya [3]. Dalil Kewajiban Menahan Pandangan 

1. Al-Quran:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (An-Nur [24]: 30-31)

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa kata min dalam min absharihim maknanya adalah sebagian, untuk menegaskan bahwa yang diharamkan oleh Allah swt hanyalah pandangan yang dapat dikontrol atau disengaja, sedangkan pandangan tiba-tiba tanpa sengaja dimaafkan. Atau untuk menegaskan bahwa kebanyakan pandangan itu halal, yang diharamkan hanya sedikit saja. Berbeda dengan perintah memelihara kemaluan yang tidak menggunakan kata min karena semua pintu pemuasan seksual dengan kemaluan adalah haram kecuali yang diizinkan oleh syariat saja (nikah).[4]

Larangan menahan pandangan didahulukan dari menjaga kemaluan karena pandangan yang haram adalah awal dari terjadinya perbuatan zina.

2. Hadits Rasulullah saw:

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي (رواه مسلم).

Dari Jarir bin Abdillah ra berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang pandangan tiba-tiba (tanpa sengaja), lalu beliau memerintahkanku untuk memalingkannya. (HR. Muslim).

Maksudnya jangan meneruskan pandanganmu, karena pandangan tiba-tiba tanpa sengaja itu dimaafkan, tapi bila diteruskan berarti disengaja.

((لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلاَ تَنْظُرُ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلاَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ، وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِي الثَّوْبِ الْوَاحِدِ)). (رواه مسلم وأحمد وأبو داود والترمذي).

Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain, dan seorang perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Seorang laki-laki tidak boleh bersatu (bercampur) dengan laki-laki lain dalam satu pakaian, dan seorang perempuan tidak boleh bercampur dengan perempuan lain dalam satu pakaian. (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud & Tirmidzi).

((يَا عَلِيُّ، لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ؟ فَإِنَّ لَكَ الأُوْلَى، وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ)) [رواه الترمذي وأبو داود وحسنه الألباني].

Wahai Ali, jangan kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang berikutnya tidak. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan di-hasan-kan oleh Al-Bani).

((الْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ، وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ)) [متفق عليه].

Dua mata itu berzina, dan zinanya adalah memandang. (Muttafaq ‘alaih).

Penyebab Mengumbar Pandangan

Di antara faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengumbar pandangannya adalah:

1. Mengikuti hawa nafsu dan ajakan syaithan
2. Jahil (tidak tahu) terhadap akibat negatif mengumbar pandangan, di antaranya bahwa mengumbar pandangan itu penyebab utama zina.
3. Hanya mengandalkan dan mengingat ampunan Allah swt dan lupa terhadap ancaman siksa-Nya.
4. Melihat atau menyaksikan media yang porno atau berbau pornografi baik cetak, elektronik, atau internet.
5. Tidak menikah atau menunda pernikahan bagi mereka yang sebenarnya telah siap untuk menikah.
6. Sering berada di tempat-tempat bercampurbaurnya laki-laki dan perempuan, seperti pasar atau mall.
7. Merasakan kelezatan semu ketika memandang yang haram sebagai akibat dari lemahnya iman dan tidak hadirnya keagungan Allah swt dalam hatinya. Karena orang yang merasakan keagungan-Nya pasti akan bersedih kalau berbuat maksiat kepada-Nya.
8. Godaan dari lawan jenis berupa pakaian yang membuka aurat, ucapan, atau gerakan tubuh yang menarik perhatian.

Akibat Negatif Memandang yang Haram

1. Rusaknya hati.

Pandangan yang haram dapat mematikan hati seperti anak panah mematikan seseorang atau minimal melukainya. Seorang penyair berkata:

لِقَلْبِكَ يَوْمًا أَتْعَبَتْكَ الْمَنَاظِرُ وَكُنْتَ إِذَا أَرْسَلْتَ طَرْفَكَ رَائِدًا
عَلَيْهِ وَلاَ عَنْ بَعْضِهِ أَنْتَ صَابِرُ رَأَيْتَ الَّذِي لاَ كُلَّهُ أَنْتَ قَادِرٌ

Kau ingin puaskan hatimu dengan mengumbar pandanganmu

Suatu saat pandangan itu pasti kan menyusahkanmu.

Engkau tak kan tahan melihat semuanya,

Bahkan terhadap sebagiannya pun kesabaranmu tak berdaya.

Atau seperti percikan api yang membakar daun atau ranting kering lalu membesar dan membakar semuanya:

وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ كُلُّ الحَوَادِثِ مَبْدَؤُهَا النَّظَرُ

Segala peristiwa bermula dari pandangan,

dan api yang besar itu berasal dari percikan api yang kecil.

2. Terancam jatuh kepada zina.

Ibnul Qayyim berkata bahwa pandangan mata yang haram akan melahirkan lintasan pikiran, lintasan pikiran melahirkan ide, sedangkan ide memunculkan nafsu, lalu nafsu melahirkan kehendak, kemudian kehendak itu menguat hingga menjadi tekad yang kuat dan biasanya diwujudkan dalam amal perbuatan (zina). Penyair berkata:

فَكَلاَمٌ فَمَوْعِدٌ فَلِقَاءُ نَظْرَةٌ فَابْتِسَامَةٌ فَسَلاَمٌ

Bermula dari pandangan, senyuman, lalu salam,..

Lantas bercakap-cakap, membuat janji, akhirnya bertemu.

3. Lupa ilmu.

4. Turunnya bala’

Amr bin Murrah berkata: “Aku pernah memandang seorang perempuan yang membuatku terpesona, kemudian mataku menjadi buta. Ku harap itu menjadi kafarat penghapus dosaku.”

5. Merusak sebagian amal.

Hudzaifah ra berkata: “Barangsiapa membayangkan bentuk tubuh perempuan di balik bajunya berarti ia telah membatalkan puasanya.”

6. Menambah lalai terhadap Allah swt dan hari akhirat.

7. Rendahnya mata yang memandang yang haram dalam pandangan syariat Islam.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: ((لَوِ اطَّلَعَ أَحَدٌ فِي بَيْتِكَ وَلَمْ تَأْذَنْ لَهُ، فَخَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ، مَا كَانَ عَلَيْكَ جُنَاحٌ)) (متفق عليه).

Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jika seseorang melongok ke dalam rumahmu tanpa izinmu, lalu kau sambit dengan kerikil hingga buta matanya, tak ada dosa bagimu karenanya.” (Muttafaq ‘alaih).

Manfaat Menahan Pandangan

Di antara manfaat menahan pandangan adalah:

1. Membebaskan hati dari pedihnya penyesalan, karena barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka penyesalannya akan berlangsung lama.

2. Hati yang bercahaya dan terpancar pada tubuh terutama mata dan wajah, begitu pula sebaliknya jika seseorang mengumbar pandangannya.

3. Terbukanya pintu ilmu dan faktor-faktor untuk menguasainya karena hati yang bercahaya dan penuh konsentrasi. Imam Syafi’i berkata:

شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ العِـلْمَ نُـوْرٌ وَنُوْرُ اللهِ لاَ يُهْـدَي لِعَاصِي

Kuadukan kepada Waki’, guruku, tentang buruknya hafalan

Arahannya: “Tinggalkanlah maksiat.”

Diberitahukannya bahwa ilmu itu cahaya,

Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.

4. Mempertajam firasat dan prediksi

Syuja’ Al-Karmani berkata:

مَنْ عَمَرَ ظَاهِرَهُ بِاتِّبَاعِ السُّنَّةِ، وَبَاطِنَهُ بِدَوَامِ الْمُرَاقَبَةِ، وَغَضَّ بَصَرَهُ عَنِ الْمَحَارِمِ، وَكَفَّ نَفْسَهُ عَنِ الشَّهَوَاتِ، وَأَكَلَ مِنَ الْحَلاَلِ- لَمْ تُخْطِئْ فِرَاسَتُهُ.

“Siapa yang menyuburkan lahiriyahnya dengan mengikuti sunnah, menghiasi batinnya dengan muraqabah, Menundukkan Pandangannya dari yang haram, menahan dirinya dari syahwat, dan memakan yang halal maka firasatnya tidak akan salah.”

5. Menjadi salah satu penyebab datangnya mahabbatullah (cinta Allah swt).

Al-Hasan bin Mujahid berkata:

غَضُّ البَصَرِ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ يُوْرِثُ حُبَّ اللهِ.

Menahan pandangan dari apa yang diharamkan Allah swt akan mewarisi cinta Allah.

Faktor-faktor Penyebab Mampu Menahan Pandangan

Di antara faktor yang membuat seseorang mampu menahan pandangannya adalah:

1. Hadirnya pengawasan Allah dan rasa takut akan siksa-Nya di dalam hati.
2. Menjauhkan diri dari semua penyebab mengumbar pandangan seperti yang telah disebutkan.
3. Meyakini semua bahaya mengumbar pandangan seperti yang telah disebutkan.
4. Meyakini manfaat menahan pandangan.
5. Melaksanakan pesan Rasulullah saw untuk segera memalingkan pandangan ketika melihat yang haram.
6. Memperbanyak puasa.
7. Menyalurkan keinginan melalui jalan yang halal (pernikahan).
8. Bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhkan diri dari persahabatan akrab dengan orang-orang yang rusak akhlaqnya.
9. Selalu merasa takut dengan su’ul khatimah ketika meninggal dunia.

  http://ridhaallah.wordpress.com/2010/08/24/menahan-pandangan/

Filosofi Kepiting


FollowTwitSadah@FahrieSadah
Ada yang tidak kenal si capit ini? 

Sumber Pose Kepiting, lihat juga tentang sifat kepiting ini di sini
Kepiting paling enak bila digulai dengan kuah santan kelapa, hmmm..  Kepiting juga lemak kalau dibakar. Dan suasana yang paling aku rindukan sekarang, adalah jalan sore-sore ke kuala dekat pelabuhan, trus singgah di lesehan Mie Aceh kepiting yang bertebaran di sepanjang jalan menuju pelabuhan. Atau, duduk santai di simpang Surabaya, Banda Aceh, menikmati mie kepiting special ala Bang Duen, sambil menikmati suasana kota malam hari.^^ 

Dulu,  aku sering nangkap kepiting di rawa bakau dekat pelabuhan, dan buruanku bukan kepiting biasa, tapi kepiting hamil! #Sadis. 

Kok kepiting hamil ??? Sob, telur kepiting Sob! Kalau dipanggang, wow…! Dan yang punya telur cuma kepiting hamil, hehe.

Sebenarnya pesan dari tulisan ini bukan tentang nikmatnya gulai maupun sop kepiting.. Eh, apalagi kalau capitnya besar Sob, seru makannya! Ada sedikit pertarungan, krup..krup! Sorry lah bagi yang alergi kepiting.. Nah, kalau mau beli kepiting, sebaiknya yang hidup-hidup, Sob! Jauh lebih gurih dagingnya …

Tapi perilaku kepiting sama sekali tidak pantas ditiru, dikenal dengan filosofi kepiting. Kepiting itu punya sifat dengki dan iri terhadap sesamanya. Coba saja kita lepas beberapa ekor kepiting dalam satu baskom besar. Nanti akan terlihat, setiap kali ada seekor kepiting yang berusaha untuk keluar baskom dengan cara memanjat dindingnya, kepiting lain akan menarik kepiting yang ingin keluar itu dengan capitnya. Akhirnya, tidak ada seekor kepitingpun yang bisa keluar, dan semuanya berakhir mengenaskan dalam sepiring Mie Aceh Kepiting.

Mau tahu resepnya, klik di sini
Sifat dengki dan iri hati adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya, Sob. Tidak hanya berdampak negatife pada orang lain, sifat dengaki dan iri ini juga berakibat buruk pada pelakunya. Contohnya, si kepiting lagi! Begini ceritanya…

Kepiting paling dibenci oleh nelayan udang tradisional, yang menangkap udang dengan menggunakan bubu khusus. Biasanya bubu dipasang malam hari dengan umpan didalamnya. Pintu bubu penangkap udang relative kecil karena memang didisain khusus untuk udang. Nah, saat tengah malam, kepiting suka sirik melihat udang berbondong-bondong menuju umpan di dalam bubu, dan karena dengki kepiting kerap bertengger di pintu bubu dan menghalang-halang udang masuk. 
Gambar bubu-nya dari sini
Dasar kepiting, ia tidak sadar, kalau ulahnya itu telah menyelamatkan jiwa para udang, dan justru membahayakan nyawanya sendiri. Tidak jarang, kaki-kaki kepiting iseng itu malah terjepit di sela-sela jaring bubu. Bila keesokan paginya, nelayan menemukan kepiting tersangkut di bubu, biasanya udang tangkapan mereka hari itu sedikit. Kalau kepitingnya besar sih lumayan, masih bisa dijual. Kalau kecil, ya..paling dibakar!  

Sob, dalam hidup, jangan sekali-sekali kita menggunakan filosofi kepiting ini;  

“Senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang”




Saleum,-