Tampilkan postingan dengan label Makan makan Sadah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makan makan Sadah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Agustus 2012

Resep Spesial untuk ‘Dia’ yang Spesial

Story Behind this..

Kemarin si ‘dia’ yang sangat special dihatiku sempat nanya, “Makanan favorit abang apa sih?”
 
Gulai ikan sembilang..”, kataku.

Eh ternyata dia gak pernah tahu gimana ikan sembilang.. hehe.“Ikan apaan tuh bang??” Kayaknya dia bingung. 

Emang sih, setahuku ikan sembilang kalau di Aceh, adanya cuma di Langsa, Aceh Timur, sedangkan dia jauh dari langsa yang jaraknya sekitar 6 jam perjalanan. Itupun, belinya harus dibawah jam 7 pagi, kalau telat ikannya sudah mati dan kurang enak rasanya.

Sampai sekarang-pun, setiap pulang ke rumah nenek di langsa, pasti dibuatin gulai ikan sembilang yang super lezaaaat..! hmmm..

“Bang, minta resepnya donk?” 

“Iya dech, ntar abang maintain resepnya sama Bunda..”

“Janji ya Bang!”

“Iyeee..”

Untungnya Bunda-ku mau berbaik hati membagi resepnya, walaupun agak bingung juga sih soalnya banyak istilah aceh yang Bunda gak tahu apa bahasa indonesianya.. apalagi aku! Hehe..

Gulai Ikan Sembilang

“Bumbunya gak jauh beda dengan bumbu kari, dan takarannya dikit-dikit aja, gunakan feeling masak-mu”, kata bunda.

Bahan-bahannya :
1.    Ikan Sembilang
2.   Jintan
3.   Ketumbar
4.   Jeramaneh
5.   Jrang engkot
6.   Lada
7.   Sunti
8.   Bawang Merah
9.   Bawang Putih 
10.   Daun Teumerui
11. Ulee Santan
12.   Uu lhee
Cara masaknya! 

Bumbu-bumbu no 1 - 7 ditumis semuanya, lalu masukkan ikan sembilang yang sudah dipotong sesuai selera. Aduk sampai rata, biarkan sampai agak matang.

Trus, bawang merah dan bawang putih ditumis terpisah dan masukkan daun teumerui sampai wanginya semerbak.. hehe. Kalo kira-kira dan matang, jangan sampe angus! Campurkan dengan bumbu no 1-7 tadi.

Dan terakhir, masukkan ulhee dan santannya. Takarannya sesuai selera, pingin kental atau kurang kental. Kalau mau lebih encer masukkan air secukupnya.. Dan Gulai Ikan Sembilang-pun siap disantap!

Bingung ya Sob? Sama! Aku juga bingung sebenarnya, tapi demi si ‘dia’ yang spesial.. aku tuliskan resep special ini, hehe. Mudah-mudahan dia ngerti, dan berhasil masaknya..

Tanya sama Chef Google?? Udah kok.. ! Tapi, kenapa yang posting tentang ikan sembilang rata-rata blogger Malaysia ya? Jangan-jangan, memang asal masakan ini dari Malaysia.. Nih, ada beberapa gambar Gulai Ikan Sembilang yang aku curi dari dapurnya chef google.. hehe


Makanan Favorit-mu apa??? hehe..

Selamat menikmati .. 
http://jabanahsadah.blogspot.com/

Senin, 25 Juni 2012

Juice Karnaval


Kalau ada yang nanya, bisnis apa yang paling cocok dilakoni mahasiswa di sudan? Nah ini dia! Modalnya juga gak banyak, tapi keuntungannya menggiurkan… “JUALAN JUS”!! Tentunya tidak mesti punya gerai jus seperti di atas, tapi cukup tempat sederhana saja seperti di bawah ini..



Di tengah tamparan suhu panas mencapai 40-53 derajat, siapa yang tidak meleleh melihat segelas jusmangga ? ! hehe.. Tapi, aku bukan penjual jus lho! Walaupun profit menguntungkan, tapi kebanyakan yang bisnis-bisnis di sini pada gagal kuliah, lebih baik fokus kuliah aja deh.. ^^

Hanya saja, ada sisi menarik yang menggodaku untuk menulis tentang fenomena jus di Sudan ini. Bagi masyarakat Sudan, minuman dingin selain softdrink ya cuma jus. Tapi jangan salah! Jus di sini sangat beragam, ada Jus Mangga (Ashir Manja), Jus Jeruk (Burtuqal), Jus Apel (Tuffah), Jus Melon (Syammam), Jus Stroberi (Farawalah), Jus Nenas (Ananas), Jus Pisang (Mauz), Jus Jambu (Guava), Jus Lemon (Limun). Nah, pasti pada ngomong; “Ah, di Indonesia juga banyak…!”


Okey, okey.. ini yang tidak aku temui di Indonesia! 

Jus Grapefruit (Grave), Jus Kurma (Balah), Jus Asam Arab (Ardib), Jus  Gandum (Sya’ir), Jus Baofruit (Tabaldi), Jus ??? gak tahu aku buah apaan ini (Qiddim), Jus Sasame (Simsimiya), Jus Buckthorn (Niq). Sob, padanan kata latinnya berdasarkan pencarian di Mbah Gugel ya.. hehe, dan ternyata masing-masing buah-buahan ini memiliki khasiat tertentu bagi kesehatan, lho! #Browsingsendiriya...^^

Grapefruit
Jus Gandum
Baofruit (Tabaldi)
Qiddim
Buckthorn (Niq)
Jus Sasame (Simsimiya)

Dan satu hal yang menjadi paradoks, ketika Sudan nan gersang dan tidak memiliki keanekaragaman buah sebanyak Indonesia, namun harga segelas besar Jus sangat murah, yaitu setara dengan tarif angkutan kota sekali jalan (1 Juneh/ 2000 Rupiah). Sementara Negara kita yang kaya akan buah-buahan, masih adakah yang menjual segelas jus seharga 2000 Rupiah?

O’ya, baru-baru ini ada pendatang baru, yaitu Jus tebu (Qasab)! Agak aneh ya? Kita biasanya cukup menyebutnya air tebu, tapi masyarakat di sini tetap memasukkan air tebu dalam kategori jus. Sebenarnya tebu bukanlah komoditi asing di sudan, kebun tebu sangat luas di sini, bahkan pabrik gula terbesar di Afrika (Kinana) terdapat di Sudan. Hanya saja, mesin penyuling jus tebu yang baru masuk ke Sudan, hehe.. Dan rasanya...

 Yaaaaa, salaaaaaaaaaaaam…! Sruuup ^^


Mesin Penyuling Tebu

Will miss you all..,


Sabtu, 16 Juni 2012

Lesehan Arab


Setelah nyari-nyari tempat makan lesehan, akhirnya nemu juga di kawasan Jabra-Sudan. Eeiiiiit! Jangan dibayangkan seperti lesehan di daerah kita? Bedanya ape? Okeh, aku paparin dikit ya..


Lesehan Arab, hanya ada di kawasan elite dan biasanya di gedung mewah seperti hotel, restoran atau kafe berkelas. Tidak akan kita temui, tempat makan lesehan di pinggir jalan atau di ruang terbuka! Lesehanarab semuanya berupa in door. Menurut asumsi aku sih, ini ada kaitannya dengan sandstormyang kita bicarakan pada postingan sebelum ini. Sandstorm bisa datang kapan saja tanpa mengenal waktu. Kan gak lucu kalau lagi enak-enaknya makan tiba-tiba datang sandstorm, hehe..

Malam tadi kami singgah di restoran 'Yahya', salah satu restoran besar di daerah Jabra, Sudan. Ternyata di sini ada lesehan! Dan kami dibawa ke sebuah kamar yang di desain khusus sebagai lesehan, ada sofa dinding khas arab yang mengitari seluruh ruangan, dan hehe.. ada kamar mandinya juga! 


Karena menunya mahal-mahal, akhirnya kami cuma pesan satu porsi Mendy (Ayam guling nasi kuning), maksyuuuuuuuuuuuus! Selesai menyantap Mendy, kami disuguhi syai akhdhar (teh hijau) dalam teko antik, sangat klop dengan suasana santai dan kekeluargaan. 



Alhamdulillah, kami tidak salah tempat, 'Yahya' termasuk restoran lesehan yang masih menjaga nilai-nilai Islam. Karena ada juga lho! restoran lesehan di tempat lain yang lebih permisif, mereka menyediakan Syisya (bong rokok khas arab) dan layanan belle dance (tari perut) bagi pelanggannya.. hmmm ... (^_^)



Bye..

Kamis, 19 April 2012

Tumis Kelinci Ala Tajikistan

Sobats, lucu ya kelinci ini..?

Sesaat lagi, makhluk imut ini akan jadi santapan makan malam kami. Ya, anak-anak terpaksa memilih daging kelinci, soalnya unta kan mahal.. #mahasiswakere, hehe.

Bismillahirrahmanirrahim, Allahu Akbar! Kelinci sudah selesai disembelih, semoga ia tenang di alam sana...^^


Selanjutnya, kelinci ini harus dikuliti. Sob, ternyata mudah sekali teknik menguliti kelinci ini! Sayat kulit di sekeliling lehernya, lalu tinggal tarik kebawah, persis seperti melepas kaus kaki..

Kemudian kita cuci bersih, sekaligus membuang isi perutnya yang tidak bisa dipergunakan. Sob, daging kelinci mengandung kadar minyak yang tinggi, jadi kalau tidak pintar-pintar memasaknya mulut akan berminyak sehabis makan.. hehe


Malam ini, ada dua resep masakan kelinci yang akan kita coba. Gulai kelinci ala Thailand dan Tumis kelinci ala Tajikistan, yuk kita intip ..!

Ali, Chef dari Thailand
Bahan-bahan membuat Gulai kelinci ala Thailand ini sepertinya sama saja seperti bahan membuat opor ayam, yang membedakan adalah rasa lada hitamnya yang lumayan tajam. Hmmm...
Inilah penampakannya.. Gulai Kelinci ala Thailand

Nah, satu lagi adalah Tumis kelinci ala Tajikistan! Yang ini benar-benar bikin penasaran, daging kelinci ditumis dengan campuran stick kentang. Cara masaknya sih mirip cara masak syayyah atau syai dhaan ala timur tengah, atau kalau masakan lokalnya seperti atraksi menumis seafood yang sering kita lihat di Indonesia, itu loh! Yang apinya sampai naik-nak ke atas dan membakar masakannya langsung.

Ahmad, Chef asal Tajikistan

Ini dia! Tumis Kelinci ala Tajikistan..
Oke, sobats.. masakan sudah siap. Kami makan dulu ya, silakan dicoba di rumah.. dan rasakan sensasi makan daging kelinci!

Bismillahirahmanirrahim...,-




Tikram,-
http://jabanahsadah.blogspot.com/

Kamis, 23 Februari 2012

Filosofi Kepiting


FollowTwitSadah@FahrieSadah
Ada yang tidak kenal si capit ini? 

Sumber Pose Kepiting, lihat juga tentang sifat kepiting ini di sini
Kepiting paling enak bila digulai dengan kuah santan kelapa, hmmm..  Kepiting juga lemak kalau dibakar. Dan suasana yang paling aku rindukan sekarang, adalah jalan sore-sore ke kuala dekat pelabuhan, trus singgah di lesehan Mie Aceh kepiting yang bertebaran di sepanjang jalan menuju pelabuhan. Atau, duduk santai di simpang Surabaya, Banda Aceh, menikmati mie kepiting special ala Bang Duen, sambil menikmati suasana kota malam hari.^^ 

Dulu,  aku sering nangkap kepiting di rawa bakau dekat pelabuhan, dan buruanku bukan kepiting biasa, tapi kepiting hamil! #Sadis. 

Kok kepiting hamil ??? Sob, telur kepiting Sob! Kalau dipanggang, wow…! Dan yang punya telur cuma kepiting hamil, hehe.

Sebenarnya pesan dari tulisan ini bukan tentang nikmatnya gulai maupun sop kepiting.. Eh, apalagi kalau capitnya besar Sob, seru makannya! Ada sedikit pertarungan, krup..krup! Sorry lah bagi yang alergi kepiting.. Nah, kalau mau beli kepiting, sebaiknya yang hidup-hidup, Sob! Jauh lebih gurih dagingnya …

Tapi perilaku kepiting sama sekali tidak pantas ditiru, dikenal dengan filosofi kepiting. Kepiting itu punya sifat dengki dan iri terhadap sesamanya. Coba saja kita lepas beberapa ekor kepiting dalam satu baskom besar. Nanti akan terlihat, setiap kali ada seekor kepiting yang berusaha untuk keluar baskom dengan cara memanjat dindingnya, kepiting lain akan menarik kepiting yang ingin keluar itu dengan capitnya. Akhirnya, tidak ada seekor kepitingpun yang bisa keluar, dan semuanya berakhir mengenaskan dalam sepiring Mie Aceh Kepiting.

Mau tahu resepnya, klik di sini
Sifat dengki dan iri hati adalah penyakit sosial yang sangat berbahaya, Sob. Tidak hanya berdampak negatife pada orang lain, sifat dengaki dan iri ini juga berakibat buruk pada pelakunya. Contohnya, si kepiting lagi! Begini ceritanya…

Kepiting paling dibenci oleh nelayan udang tradisional, yang menangkap udang dengan menggunakan bubu khusus. Biasanya bubu dipasang malam hari dengan umpan didalamnya. Pintu bubu penangkap udang relative kecil karena memang didisain khusus untuk udang. Nah, saat tengah malam, kepiting suka sirik melihat udang berbondong-bondong menuju umpan di dalam bubu, dan karena dengki kepiting kerap bertengger di pintu bubu dan menghalang-halang udang masuk. 
Gambar bubu-nya dari sini
Dasar kepiting, ia tidak sadar, kalau ulahnya itu telah menyelamatkan jiwa para udang, dan justru membahayakan nyawanya sendiri. Tidak jarang, kaki-kaki kepiting iseng itu malah terjepit di sela-sela jaring bubu. Bila keesokan paginya, nelayan menemukan kepiting tersangkut di bubu, biasanya udang tangkapan mereka hari itu sedikit. Kalau kepitingnya besar sih lumayan, masih bisa dijual. Kalau kecil, ya..paling dibakar!  

Sob, dalam hidup, jangan sekali-sekali kita menggunakan filosofi kepiting ini;  

“Senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang”




Saleum,-

Senin, 09 Januari 2012

Mislistening

Followtwit@FahrieSadah

Pantas saja ‘mendengar’ disebut-sebut sebagai keterampilan bahasa yang paling pokok dan pertama sekali diajarkan, kesalah-paham-an ketika mendengar bisa berakibat fatal, Sob. Tercatat dalam kisah perang Arab zaman dulu, ada seorang Arab Himyar yang salah mengartikan perintah panglimanya. Setelah berhasil menyusup dan memanjat benteng lawan pada tingkat pertama, sang panglima menyeru kepadanya dari atas, “Tsib Ilayya!” (Lompat ke atas!). Rupanya sahabat ini ‘mislistening’, ia hanya mendengar “Tsib” (lompat!). Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk melompat ke bawah. Al-hasil, ia ditangkap musuh yang sedang berjaga-jaga di bawah. 

Zaman dulu, bahasa percakapan masih sangat memperhatikan kaidah (grammer). Kalimat (Tsib + Ila) berarti ‘melompat ke atas’, sedangkan (Tsib + Ala) artinya ‘melompat ke bawah’. Sedang zaman sekarang, bahasa percakapan sudah tidak memperhatikan grammer lagi. Cukup mengatakan (Tsib!), dan melihat konteks peristiwa saat terjadi perintah, orang akan mengerti akan melompat ke atas, ke bawah, atau ke samping..

Tapi, ‘mislistening’ yang aku alami semalam lebih ngeselin, Sob! ^^ Ceritanya, aku lagi pingin Pizza. Karena di Sudan gak ada Pizza Hut (No western product, here!), akhirnya kami ke Aspawa Pizza, Resto Turki. Saat asik dengan pizza, si pramusaji yang belakangan menyebut dirinya dengan Mona, datang dan menawarkan kopi;


Mona :: Jabanah, Dairin? (Ada yang mau kopi?)
Temanku :: Jibli kub wahid! (Buat untukku, secangkir!)
Mona :: Samih.. (baik)
Aku :: Ana dair Salatah Arabiyah, Salatah! (Saya pesan Salad Arab, Salad!)
Mona :: Talatah? (???????)
Aku :: Aiyyy! (Iya!)
***

Salad Arab dengan porsi jumbo itu memang datang, Sob! Tapi tiga porsi! Padahal, maksud aku cuma 1 porsi saja, bahkan itupun belum tentu habis kami makan berdua… ^^

Dimana ‘mislistening’ nya?

Perhatikan dialog antara aku dan Mona ini:

Aku :: Ana dair Salatah Arabiyah, Salatah! (Saya pesan Salad Arab, Salad!)
Mona :: Talatah? (???????)

Salatah, artinya Salad. Sedangkan pertanyaan Mona; Talatah? artinya 'tiga?'. Karena aku mengucapkan Salatah dua kali, mungkin Mona ‘Mislistening’ dan menganggap Salatah yang kedua adalah jumlah pesanan atau Talatah (tiga). Dan aku juga ‘Mislistening’ saat Mona menegaskan kembali, Talatah? Dan langsung aku juwab, “iya..” Sukses deh..makan salad dengan pizza bukan makan pizza dengan salad, he.

Sobat-sobat sadah pernah mengalami 'Mislistening'?? ^^ 

Posted by : http://jabanahsadah.blogspot.com

Senin, 19 Desember 2011

SUP IGA atau SUP KAKI ?

SUP IGA…banyak lah di Indonesia, biasanya pake IGA Kambing sama kaya di sini. Bedanya cuma di cita-rasa supnya, gimana ya..? Agak mirip-mirip sama rasa Sup Sate Matang, kalo sadah-sadah yang dari Aceh pasti tau. Dan patner sejati sup di sini: daun gargir, bawang bombai putih, timun keriting da roti pemukul bisbol! sruuuupsz...

ٍشوربة الاضلاع (Sup Iga)

Kalau SUP KAKI ?? Tenang DAH, kaki sapi bukan kaki-kaki yang lain! Ho..oo. KAlau di Tanah Arab ini di kenal dengan KAWARIK. Dan YAA ILAAAHI… kawarek adalah primadona sup timur tengah!

شوربة الكوارع (Sup Kaki)
Mau bahan utamanya? INI DIA ..
Sepasang Kaki sapi yang sudah dibersihkan
Sudah dipotong-potong dan siap dibuat sup

Untuk merayakan ‘bebas’ dari ‘penjara’ ujian kampus, aku dan sadah-sadah yang lain makan-makan di Restoran Monalisa, Haj Yusuf St-Sudan. Dan favorit di sini, SUP IGA dan SUP KAKI. Pilih yang mana ya ??


Bismillah, Rabbana bariklana..fima razaktana..wagina ‘azabannar.. (Do’a dulu biar gak keselek!)

Ya SALAM… Euggggg!

Selasa, 01 Maret 2011

Ingin Mencoba Lezatnya Kepala Kambing??


Kali ini tentang sebuah hidangan bernama ‘BASIM’.  Makanan khas timur tengah ini gampang sekali ditemukan di Sudan. Daerah Timur Tengah dengan cuaca ekstrimnya, sangat kaya akan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi. Salah satunya adalah oseng kepala kambing alias ‘Basim’


Ada yang unik dari nama ini (baca; basim). Kata basim berasal dari Bahasa Arab yang artinya ‘senyum’.  Jika kita perhatikan sepintas, kepala kambing yang akan disajikan memang seperti sedang tersenyum  ^_^ 

Bagian apa saja yang bisa dimakan dari kepala kambing

Mungkin itu pertanyaan yang segera bergelanyut di benak anda. Ternyata, bila ditimbang, ukuran berat satu kepala kambing disini bisa mencapai 1 kg. Daging dan kulit di luar tengkorak yang meliputi pipi, dagu, pelipis, hidung dan telinga termasuk  bagian yang lezat untuk dimakan. Yang tidak boleh dilewatkan adalah organ lidah, mata dan sumsum otak beserta seluruh isi tengkorak bagian dalam. Karena katanya, bagian inilah yang menjadi puncak kenikmatan dari hidangan basim. Belum klimaks rasanya bila kita belum menyedot habis sumsum otak yang rasanya sangat ‘ajiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiib...

Untuk menikmati satu paket hidangan basim di Sudan, kita perlu merogoh kocek sebesar 10 pond Sudan, kira-kira sekitar 25.000 jika dirupiahkan. Sebagai pelengkap, kita akan disuguhi ‘ish atau roti khas Timur Tengah, dan juga acar untuk menetralisir kandungan lemak yang terkandung dalam hidangan ini.

Bagaimana, penasaran dan tertantang ingin mencoba jenis masakan ini? 

Cara mengolahnya mudah saja. Pisah terlebih dahulu semua bagian dari kepala kambing yang ingin digunakan. Lalu, tinggal di oseng-oseng menggunakan minyak zaitun. Masakan daerah Timur Tengah memang  tidak sekaya kita akan bumbu dan rempah-rempah. Tentunya, di Indonesia, kita bisa berkreasi menambah cita-rasa basim ini dengan menggunakan rempah-rempah yang ada. 

Satu hal yang perlu diingat, jauhi basim jika anda mengidap darah tinggi. Daya picu panasnya mampu menciptakan sensasi melayang bagi penikmatnya yang memiliki tekanan darah normal, bawaannya pingin langsung tidur. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bagi pengidap darah tinggi yang nekat mencoba...

Jumat, 19 November 2010

Apa itu Jabanah Sadah ??



Follow Sadah Twitter@Iamsadah
Mengadopsi istilah bung karno, ketika menyebut obrolan politik tim inti kenegaraan yang kerap dilakukan malam hari di waktu santai bersama secangkir kopi, “coffey night”. Obrolan santai yang justru banyak menelurkan rekomendasi-rekomendasi penting saat itu.  Demikian pula, “Jabanah Sadah”,  secara bahasa (harfiah) bisa diartikan ; “Kopi Doang” atau kopi tanpa campuran yang lain. Karena ternyata disudan, selain kopi susu (Jabanah bil halib) ada juga kopi mentol (Jabanah bi naknak), kopi jahe (Jabanah bi dawah) dan kopi lengkuas (Jabanah bi zanjabil). Pilihan jatuh ke kopi doang (Jabanah sadah), dengan dasar filosofi bahwa obrolan yang mengalir dengan segelas kopi disini, bersifat netral senetral jabanah sadah. Tapi, tetap terbuka luang bagi siapa pun yang menyukai mentol, susu, jahe bahkan karkade...
Jangan dicari di kamus! Kata Jabanah sadah tidak akan kita temukan, bahkan di kamus Lisanul Arabnya ibnu mandhur sekalipun. Karena kata ini tidak termasuk kedalam bahasa arab fushha (bahasa arab resmi). Kalau di indonesia ada bahasa gaul, dan di inggris ada bahasa slank, di mesir ada bahasa amiyyah.. maka di sudan ada bahasa dariji. Ya, jabanah sadah berasal dari bahasa dariji atau bahasa lokal masyarakat sudan.
Jangan dibayangkan menikmati jabanah di sudan seperti suasana di coffey been atau starbuck coffey. Bahkan dibandingkan dengan warkop-warkop yang menjamur di aceh pun sangat jauh berbeda. Nuansa tradisional sangat kental, kalu ingin pembanding, sebaiknya kita ke jogya menikmati kopi joss karena ada banyak kesamaan antara nuansa kopi joss jogya dan jabanah sadah sudan. Tradisional, klasik, penjual nya yang khas dan tentunya citarasa yang menawan lidah. Poin kemiripan yang lain antara kopi joss dan jabanah sadah adalah nuansa keakraban yang kental dan sedikit exotis..
Sebagai coffeyholix, kebiasaan nongkrong di warung kopi saat di aceh tentunya terbawa hingga ke sudan. Disini ada dua pendekatan rasional; pertama, kelompok yang memang tidak bisa lepas dari kopi (coffeyholix). Kedua, kelompok yang jenuh dengan suasana kehidupan disudan dan tidak ada tempat hiburan lain selain ikut nongrong ngopi. Tapi yang namanya mahasiswa, kalau udah nongrong di manapun itu, apalagi ditemani segelas kopi. Maka boleh diteliti, obrolan yang tercipta adalah obrolan ilmiah, paling tidak 60 % nya ilmiah. Selebihnya bisa ditebak..20 % tentang cewek, dan 20 % sisanya tentang akhwat..
Kalau kata orang kurang bijak, “Bila ada permasalahan apapun, ungkapkan di warung kopi”. Sebenarnya slogan yang sudah pasti menguntungkan penjaja kopi ini ada benarnya juga. Kandungan esmenen dalam segelas kopi di percaya dapat membawa effek ketenangan dalam hati bagi penikmatnya. Bila hati tenang, pikiranpun jadi jernih.. kata AA. Gim.
Ala kulli hal, jabanah sadah akan selalu setia mengemban tugasnya sebagai stimulan bagi bulir-bulir pemikiran yang beku, atau kajian-kajian intelektuil bahkan religious. Atau sekedar menemani kita dalam bincang-bincang ringan tentang siapa calon pendamping paling ideal untuk masa depan kita..

Saleum,..