Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan saDaH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-jalan saDaH. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 April 2012

Sepenggal Kisah di Dongola, Part 3

Hari ini kita akan melihat situs bersejarah yang telah berumur ribuan tahun. Lokasinya masih di Dongola juga, masyarakat di sini menyebutnya KARAM. Ternyata, karam nama kerajaan yang sudah sangat tua sekali, yaitu kerajaan Noba bagi Bangsa Nobi, konon katanya semasa dengan Nabi Yusuf as. 

Pernah dengar sejarah Bangsa Nobi? Bangsa ini tergolong bangsa tertua di Afrika yang masih bertahan hingga sekarang, saat ini bangsa nobi banyak ditemui di Mesir bagian Selatan dan di Sudan bagian Utara. Sejarawan sering mengaitkan bangsa Nobi dengan peradaban Mesir Kuno.. Dan menurut penjaga situs bersejarah ini, Bangsa Nobi juga ada disinggung dalam Taurat dan Injil, sebagai bangsa yang berperadaban tinggi.

Saat ini, karam hanya tinggal reruntuhan saja..

Tinggal Fondasinya doank ..^^

Di sini ada pyramida juga, lho! Tapi kecil-kecil.. ^^


Di sebelah bekas reruntuhan dibangun sebuah museum, yuk kita lihat ada apa saja dalam museum ini..!


Sebenarnya masih banyak pernak-pernik peninggalan Bangsa Nobi di museum ini. Tapi yang paling menarik adalah jasad yang ditemukan di reruntuhan yang sudah berupa tengkorak, di antaranya..

Coba tebak ! Ini tengkorak laki-laki atau perempuan..??
Sudah dulu ya sobats.. 
Kita ketemu di jalan-jalan sadah berikutnya..^^


Wassalam.. 

Jumat, 13 April 2012

Sepenggal Kisah di Dongola, Part 2

Sobats.., pagi ini begitu cerah, sangat kontras dengan wajah-wajah yang tampak kurang bersemangat. Tahu kan kejadian malam kemarin? Kami baru saja kehilangan dua buah tas berisi hape dan barang berharga lainnya, dan sampai sekarang kabarnya masih simpang siur! (Baca di sini: Sepenggal Kisah di Dongola, Part 1)

But, show must go on! Rencananya hari ini kami akan mengunjungi sebuah desa yang dikelilingi oleh sungai nil. Bisa dikatakan seperti pulau-lah, akses untuk mencapai desa ini hanya bisa ditempuh dengan menyusuri sungai terpanjang di dunia ini!

Pengembaraan di mulai..!


Pulau ini bernama Malawarti, penduduknya hanya berkisar 500 jiwa. Penghasilan mereka hanya berasal dari perkebunan gandum dan kurma. Dan yang paling berkesan adalah keramahan mereka, setiap orang berdiri di depan rumah menyambut kami dengan menyuguhkan halawah (manisan), hmmm.. so sweet! hehe

"Aku bantuin panen gandumnya ya Pak, nanti hasilnya jangan lupa bagi dua!"
"Buruan fotonya, keburu yang punya keledai datang!!"
Berpose dengan gadis-gadis desa.. ^^

Menyusuri kebun kurma.. ehm! ^^
Oh ya, baik kebun gandum ataupun kebun kurma di desa ini merupakan milik bersama, bukan milik individu tertentu. So, saat panen, berbondong-bondong masyarakat desa ini turun ke lahan panen.. seperti pesta rakyat.. Mantab! Sikap kebersamaan dan tolong-menolong sangat kental terasa..

Menjelang petang, kami-pun harus segera beranjak, karena nanti malam ada jamuan makan khusus bersama walikota. Kunjungan ke Malawarti sangat berkesan bagi kami. Dengan kesederhanaan mereka dapat hidup rukun dan bahagia, layaknya satu keluarga besar di pulau kecil ini.


"Sampai jumpa lagi..! Jangan kapok maen kesini ya..! ^^
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Pak Suparman, koordinator kami meneriakkan Takbir setelah menerima telpon dari seseorang. Ada kabar gembira! Tas kami yang hilang telah ditemukan! Rupanya memang anak-anak nakal setempat yang mengambil. 
Wajah anak-anak kembali ceria setelah hape gak jadi hilang, hehe

Alhamdulillah, paling tidak peristiwa ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Bagi kita, agar lebih berhati-hati lagi menjaga barang bawaan di tengah-tengah keramaian seperti semalam. Dan bagi panitia lokal, agar lebih meningkatkan keamanan dalam event-event besar seperti ini. Seperti kata Bang Napi, kejahatan itu terjadi tidak hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan!

Bapak Walikota Dongola telah meminta maaf secara terbuka atas kelalaian pihak keamanan mereka. Kepolisian setempat juga mendapat jempol karena cepat mengambil tindakan, dan mampu mengungkap kasus ini dalam waktu yang relatif singkat, hanya sehari semalam!

Huft.. hari yang melelahkan.. Eiit! Besok masih ada agenda juga, Sob! Rencananya akan ada kunjungan ke KIRAM, sebuah situs bersejarah yang berumur ribuan tahun. Seperti apa ya? Tunggu update beritanya besok ya.. di Sepenggal Kisah di Dongola, Part 3!

Wassalam.


Rabu, 11 April 2012

Sepenggal Kisah di Dongola, Part 1

Assalamu'alaikum..

Sobat, apakabar? Hari ini aku mau ngajak sobat semua jalan-jalan ke Dongola, ibukota Provinsi Syimaliah, Sudan. Kebetulan aku termasuk salah satu anggota sanggar budaya Indonesia yang akan memperkenalkan budaya Indonesia di kota perbatasan Sudan-Mesir ini. Agenda ini termasuk dalam rangkaian program penguatan hubungan kerjasama ekonomi antara Sudan - Indonesia, yang dicanangkan oleh KBRI Sudan.

Perjalanan dari Khartoum (Ibukota Sudan) ke Dongola, memakan waktu sekitar 5 jam. Untungnya kita menggunakan Bus Diplomasi, Bus yang sangat nyaman, sesuailah untuk tamu negara seperti kami, ayo ikut..! hehe

Sepanjang perjalanan yang tampak hanya padang pasir, sesekali kami melewati perkebunan kurma yang sangat luas..!

Hamparan Padang Pasir
Istirahat di tengah perjalanan
 
Perkebunan Kurma
Sampai di Dongola sudah malam, sehabis makan malam kami langsung istirahat di penginapan. Simpan tenaga, karena keesokan harinya, kami harus gladiresik untuk penampilan nanti. Ada tari rantak, tari pendet, tari saman, angklung, pencak silat, fashionshow pakaian adat dan batik serta jaipong yang rencananya akan tampil. 

Sore hari selepas gladiresik aku sempat ngobrol dengan Randa, gadis manis yang akan menjadi guide kami seterusnya. Randa yang juga panitia lokal ini sempat mengisyaratkan satu tampilan yang bisa memicu masalah bila tetap dipertahankan, yaitu Jaipong! 

Randa dan Miska (Sssst...! Sepertinya tentang Randa perlu dibuat judul khusus nih.. :-))
Menurut hemat Randa, Jaipong masih tabu dipertontonkan di daerahnya, karena masyarakat di sini fanatik ke-Islamannya masih sangat kuat. Ia khawatir Jaipong akan memberi kesan yang kurang baik tentang Indonesia. Tapi, panitia Indonesia tetap akan menampilkan Jaipong, dengan pertimbangan goyangannya telah dibatasi, dan Lia, sipenari jaipong sudah susah payah latihan, kasihan kalau dicancel..
Beberapa anggota Saman bersama Lia (Jaipong) dan Dek Farah (Tari Pendet)
Penampilan Angklung
Penampilan Saman
Penonton yang membludak..
Secara umum penampilan kami cukup memuaskan, hanya  ada sedikit gangguan soundsystem dan sorakan yang kurang enak didengar dari penonton saat Lia tampil Jaipong, persis seperti dugaan Randa. Paling tidak, ini bisa jadi pelajaran untuk event-event berikutnya, bahwa tidak semua budaya kita bisa diterima di luar sana, sama halnya tidak semua budaya luar bisa kita terima di Indonesia.

Namun, tiba-tiba kru Indonesia terlihat panik saat dua buah tas berisi 8 unit hape, beberapa dompet, jam tangan dan ratusan pond Sudan milik anggota sanggar Saman raib digondol maling di kamar ganti, Alhamdulillah laptopku tidak ikut raib! Total kerugian mencapai 7000 Pond/ setara 15 juta rupiah. Muka Bapak Walikota Donggola merah seperti kerang rebus, karena menahan malu dana marah. Polisi langsung dikerahkan untuk mengejar maling. Seluruh kru dari Indonesia maupun Sudan, juga para penonton ditahan untuk sementara waktu guna diadakan penggeledahan. Suasana gembira, seketika berubah mencekam..!

Banyak spekulasi di benak setiap orang, siapa yang mengambil kedua tas berisi barang berharga itu? Orang Sudan, atau salah satu panitia lokal? Atau salah satu dari penonton? Dan tidak tertutup kemungkinan, orang dalam..atau oknum dari kru Indonesia sendiri?!

Semua tetap menjadi misteri, sampai akhirnya kami dipulangkan ke penginapan pukul 02.00 tengah malam tanpa hasil yang memuaskan. Kita tunggu saja apa yang akan terjadi esok! Kalau mau tahu kelanjutannya, besok balik kesini lagi ya?! Ikuti Sepenggal Kisah Di Donggola, Part 2..!

Salam,-

Sabtu, 31 Desember 2011

Sandy, Pyramid yang Belum Jadi

Follow Sadah Twitter@IamSadah

Liburan akhir tahun ini kami memilih Sandy sebagai tujuan rihlah. Jarak dari Khartoum ke Sandy lumayan juga, tiga jam perjalanan darat. Dan perlu merogoh kocek sebesar 40 Pond, yaitu berkisar 100 ribu rupiah. 
Pohon Jigsaw
Perjalanan ke Sandy betul-betul petualangan liar. Sepanjang jalan yang terlihat hanya padang pasir, gunung-gunung batu dan pohon jigsaw (pohon gurun) yang tumbuh jarang. Sesekali muncul kawanan unta, sapi maupun domba, dan tidak sedikit bangkai-bangkai binatang itu berserak di pinggir jalan. “Kebanyakan korban tabrak lari” Jelas supir sebelum aku sempat bertanya.

Di sini banyak camp-camp militer dan pos-pos penjagaan, bis kami sempat kena sweeping sampai lima kali. Maklum, keamanan di Sudan belum pulih total. Dan celakanya, kalau mau ngambil foto harus diam-diam, kalau ketahuan bisa disita. Tapi, buat aku.. inilah adventure! Afrika kalau tidak begini bukanlah Afrika namanya! 


Sandy, sandy, sandy.. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Yang paling aku suka dari sandy adalah pasir emasnya yang terhampar sejauh mata memandang, sangat lembut dan berombak. Kalau pyramidnya tidak seperti di Mesir, pyramid di sini banyak yang belum selesai, bopeng sana-sini bahkan ada yang cuma setengah tiang, hehe. 

Pasir Emas
Pasir Emas Lagi

Alkisah, zaman dahulu Firaun sempat menggelar kerja paksa untuk membangun Pyramid di sini, dan waktu itu Sudan sedang musim dingin. Di tengah proses pembangunan pyramid, musimpun berganti menjadi musim panas hingga mencapai 53 derajat. Banyak para pekerja yang mati kelelahan. Karena tidak tahan panas, Firaun memindahkan proyek pembangunan pyramid ke daerah Giza-Mesir. Karena itulah pyramid terbesar sekarang ini ada di Mesir. 
Pyramid Belum Jadi
Puas mandi-mandi pasir, makan-makan, berburu aksesoris di pasar kaget dan kencan dengan ratu padang pasir yang melenggak-lenggok lucu, kami-pun kembali ke habitat semula di Khartoum. 

Unta; Ratu padang pasir
Oh ya, di Sandy kami bertemu dengan James, backpacker asal Austria. James telah mengelilingi Benua Afrika selama berbulan-bulan, hanya dengan mengendarai sepeda! Kereeeeeen eeyyy!

With James

Subhanallah, Mahabesar Allah atas ciptaannya di muka bumi.. 


Salam,-

Sabtu, 17 Desember 2011

Pedicure-medicure Jalanan ala Afrika


Dari dulu, setiap dengar ‘pedicure..medicure.. mendadak kepala saya berasa gatal dan minta digaruk, mata berputar dan bibir miring sebelah (jangan dipraktekin lho!). Yaiyyalah.. Sudah segitu malasnya kah manusia? Untuk urusan kuku-pun gak bisa ditangani sendiri, malah rela keluar duit banyak untuk permak kuku di salon!

Tapi, jum’at sore kemarin, rasa penasaran mengalahkan ego saya. Saya-pun ber-‘pedicure..medicure’-ria... Stop! Bukan di salon, tapi di kaki lima!

Ngambil fotonya diam-diam .. Makanya gak focus ^^

Saya memang beruntung, ‘pedicure..medicure’ jalanan ini gak ada setiap hari. Mereka beroperasi hanya pada hari senin, kamis dan jum’at (hari-hari disunnahkan potong kuku bagi kaum muslim). 

Asal mereka rata-rata dari Negeria

Buang-buang duit? No! Cuma 2 pond Sudan, atau setara 5000 rupiah! Kuku cling dan bebas kuman, amalan sunnah terlaksana dan ikut membantu perekonomian masyarakat kelas bawah.

Jazk… ^^


Kamis, 10 November 2011

Alexandria; Egypt Beauty


Tidak hanya indah, Alexandria juga menyimpan nilai sejarah yang begitu agung. Diambil dari nama seorang raja Macedonia yang berjulukan the great, Alexander The Great (356 SM). Dalam Wikipedia dijelaskan, Alexander telah memperluas wilayah kekuasaan ayahnya hingga 50 kali lipat lebih besar dari wilayah kekuasaan yang diwariskan kepadanya. Meskipun Alexander hanya memerintah selama 13 tahun, dunia mengakui kebesarannya. 

Dalam setiap ekspedisi peperangan, murid Aristoteles ini selalu menyertakan seorang ilmuwan untuk mengabadikan segala sesuatu yang ia lakukan. Alexander juga sering mengganti nama wilayah yang ditaklukkan dengan namanya. Tercatat saat ini ada sekitar 13 wilayah di dunia yang bernama Alexandria termasuk diantaranya berada di kawasan Mesir.

Arsitektur kota kedua terbesar di Mesir setelah Cairo ini kental dengan nuansa Yunani yang klasik dan romantis. Maka, tidak heran banyak sekali pasangan yang memadu kasih di kota pantai ini, mulai dari sekedar pacaran, berfoto-foto pre-wedding hingga berbulan madu.
 
Alex juga dikenal sebagai kota yang berperadaban tinggi. Perpustakaan Alexandria pernah menjadi saksi bisu saat Macedonia menjadi pusat pendidikan dunia pada masa The Great memimpin. Perpustakaan Alexandria merupakan surga bagi pemburu manuskrip dan naskah-naskah kuno . Dengan penerangan langsung dari rembesan cahaya matahari melalui atap kaca yang di design sedemikian rupa, perpustakaan ini terkesan sangat teduh dan tenang.
  
Keindahan Alexandria tak kalah dengan objek-objek wisata yang ada di belahan Eropa, Amerika atau Australia. Kota yang tertata rapi indah karena terletak persis di pesisir pantai dengan kilauan laut yang biru memukau. Di Alex kita bisa juga mengunjungi museum permata, istana dan Taman Raja Faruq, Taman el-ma’mouria, makam Nabi Daniel dan menyaksikan kemegahan benteng Qeitbey yakni benteng saksi bisu peperangan bangsa arab dan Israel pada kurun tahun 60-an silam.

Jazk.. Yalla, bye!  ^_^

Senin, 07 November 2011

Kalakalah; Nile River Swim Area


Bus telah disewa, dua ekor kambing kurban siap disembelih, pemanggangan-arang-tusuk sate-baskom-beras sudah tersedia, bumbu sate- sop- lalapan- buah semua ada. Dalam rangka rihlah (liburan) Idul Adha, Kamipun meluncur ke.. Kalakalah..! 

Kalakalah adalah salah satu wisata alternative untuk rekreasi keluarga di Sudan. Kawasan tepian sungai nil ini selalu ramai dikunjungi turis domestik maupun mancanegara, karena selain lokasinya yang tidak jauh dari ibu kota, kalakalah juga bebas dari ancaman belut listrik yang menjadi momok bagi sungai nil. Jadi, kita aman dan bisa berenang sepuasnya..! 



Karena merupakan swim area, maka di kalakalah tidak boleh memancing di daerah “pantai”. Para mancing mania tidak perlu khawatir, perahu untuk memancing bisa disewa kok! Dan kita bisa memancing ke tengah dengan kedalaman mencapai 10 meter lebih. Bagi yang ingin sekedar menyusuri sungai nil, disediakan pula perahu sewa yang bermuatan maksimal 15 orang.

Dilihat dari topografi-nya, kalakalah lebih mirip seperti setu (danau) di daerah kita. Pohon-pohon besar dengan akar-nya yang mencuat ke atas banyak tumbuh di tepian sungai. Terpaan ombak-ombak kecil, gesekan daun yang dimainkan angin semilir, ditambah kicau burung-burung menghasilkan simfoni merdu yang melenakan indra suara kita. Jadi tidak heran, banyak yang tertidur di bawah pohon artistik ini.

“Pantai”-nya lumayan luas, dipenuni pohon-pohon nilotica yang rimbun. Sangat cocok sebagai tempat berteduh dan beristirahat bagi rombongan wisatawan saat liburan musim panas. Di beberapa titik, terlihat warga setempat yang berjualan kopi ala Etiopia (Jabanah). Namun, meskipun rimbun pohon yang masih sebangsa dengan akasia ini dipenuhi duri-duri yang sangat tajam, jadi tetap harus waspada. 


Wah, capek juga seharian di Kalakalah..! Menyembelih kambing, masak-memasak, sate-menyate, maen bola, berenang, main volley di air, naik perahu, foto-foto, dan ditutup dengan menyeruput kopi khas dari Etiopia (Jabanah Sadah), hmm..! 


 Naltaqi Fi Ma Ba’d…(see u later .. (^_^))