Tampilkan postingan dengan label Mesir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mesir. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 November 2011

Alexandria; Egypt Beauty


Tidak hanya indah, Alexandria juga menyimpan nilai sejarah yang begitu agung. Diambil dari nama seorang raja Macedonia yang berjulukan the great, Alexander The Great (356 SM). Dalam Wikipedia dijelaskan, Alexander telah memperluas wilayah kekuasaan ayahnya hingga 50 kali lipat lebih besar dari wilayah kekuasaan yang diwariskan kepadanya. Meskipun Alexander hanya memerintah selama 13 tahun, dunia mengakui kebesarannya. 

Dalam setiap ekspedisi peperangan, murid Aristoteles ini selalu menyertakan seorang ilmuwan untuk mengabadikan segala sesuatu yang ia lakukan. Alexander juga sering mengganti nama wilayah yang ditaklukkan dengan namanya. Tercatat saat ini ada sekitar 13 wilayah di dunia yang bernama Alexandria termasuk diantaranya berada di kawasan Mesir.

Arsitektur kota kedua terbesar di Mesir setelah Cairo ini kental dengan nuansa Yunani yang klasik dan romantis. Maka, tidak heran banyak sekali pasangan yang memadu kasih di kota pantai ini, mulai dari sekedar pacaran, berfoto-foto pre-wedding hingga berbulan madu.
 
Alex juga dikenal sebagai kota yang berperadaban tinggi. Perpustakaan Alexandria pernah menjadi saksi bisu saat Macedonia menjadi pusat pendidikan dunia pada masa The Great memimpin. Perpustakaan Alexandria merupakan surga bagi pemburu manuskrip dan naskah-naskah kuno . Dengan penerangan langsung dari rembesan cahaya matahari melalui atap kaca yang di design sedemikian rupa, perpustakaan ini terkesan sangat teduh dan tenang.
  
Keindahan Alexandria tak kalah dengan objek-objek wisata yang ada di belahan Eropa, Amerika atau Australia. Kota yang tertata rapi indah karena terletak persis di pesisir pantai dengan kilauan laut yang biru memukau. Di Alex kita bisa juga mengunjungi museum permata, istana dan Taman Raja Faruq, Taman el-ma’mouria, makam Nabi Daniel dan menyaksikan kemegahan benteng Qeitbey yakni benteng saksi bisu peperangan bangsa arab dan Israel pada kurun tahun 60-an silam.

Jazk.. Yalla, bye!  ^_^

Minggu, 24 April 2011

Siti Rahmah, TKW dan Take a Way



Tidak hanya di Indonesia, westernisasi (taghrib) juga melanda negara-negara Arab. Menjajah mulai dari bahasa hingga peradaban mereka. Dalam majlis-majlis ilmu sering kita temui orang yang berbicara Bahasa Arab dengan menyelipkan istilah-istilah Bahasa Inggris. Pada titik ini, Bahasa Inggris menjadi ‘ikon’ intelektualitas, bahkan di dunia Arab sendiri. Karena sering digunakan, istilah dari barat ini banyak yang ber-metamorfosis menjadi Bahasa Arab, ini yang disebut sebagai (ta’rib).


Salah satu istilah Bahasa Arab yang berasal dari Bahasa Inggris adalah Take a Way (تيك أوي). Take a way digunakan untuk menyebut makanan siap saji yang dibungkus untuk dibawa pulang. Jadi, kalau kita ingin makanan yang kita pesan itu dibungkus, maka katakan saja TKW.


Apa hubungannya dengan TKW (Tenaga Kerja Wanita) ?

Diakui atau tidak, TKW asal Asia terutama Indonesia dan Filipina sangat buruk citranya di Arab.. Yang sangat disayangkan, ada juga segelintir TKW kita yang berprofesi ganda sebagai PSK, dan biasanya mereka adalah korban traffiking (perdagangan perempuan).

Teman-teman mahasiswi dan TKW di Arab Saudi sering disapa dengan panggilan ‘Siti Rahmah’ oleh lelaki iseng. Bagi yang tidak paham akan senyum-senyum saja disapa begitu. Tapi, bagi yang paham tentu akan bermasam muka dan langsung beranjak pergi. Konon, beberapa tahun yang lalu,ada seorang PSK asal Indonesia yang sangat populer di Arab Saudi bernama Siti Rahmah. Sangking populernya, hingga saat ini nama Siti Rahmah masih membekas di benak para lelaki hidung belang di sana. Meskipun, tidak ada yang tahu dimana keberadaan Siti Rahmah sebenarnya.

Pemberitaan media massa di tanah air tentang penyiksaan dan pemerkosaan yang dialami para TKW sungguh sangat memilukan. Dalam kasus ini, kita perlu melihat dari dua sudut pandang yang berbeda.

Pertama, karakter sebagian besar TKW kita yang ramah, bahasa yang lemah lembut, permisif, suka meladeni pembicaraan, sikap malu-malu kucing, mudah gugup, murah senyum, pembawaan ceria, juga bahasa tubuh yang gemulai, bagi kita sesama Bangsa Indonesia mungkin biasa saja. Namun, sikap ramah, bahkan kadang ‘terlalu ramah’ yang ditunjukkan sebagian TKW kita menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Karena, bagi Bangsa Arab, karakter demikian terlihat ‘sangat menggemaskan dan menggoda’.

Bangsa Arab tidak menemukan sifat seperti itu pada perempuan-perempuan mereka. Perempuan Arab memiliki karakter yang berbanding terbalik dengan perempuan Indonesia. Meskipun pada umumnya mereka cantik-cantik, tapi kebanyakan mereka itu bermimik kaku, galak, gampang menghardik atau berkata kasar, tidak welcome terhadap orang asing, berani dan tidak segan-segan menampar atau memukul bila diusik. Itulah sebabnya, ketika melihat perempuan Asia pada umumnya, mereka seperti harimau lapar yang menemukan mangsa.

Dengan karakter seperti itu, jarang terjadi Perempuan Arab diperkosa atau dilecehkan, kecuali di negara yang mengalami konflik seperti Palestina dan Bosnia (ini lain ceritanya). Dan nyaris tidak pernah terlihat, Perempuan Arab yang digoda oleh segerombolan laki-laki di pinggir jalan seperti yang sering kita saksikan di Indonesia. Teman-teman di Mesir juga sering cerita saat mereka didamprat atau ditampar oleh Perempuan Mesir hanya karena kesenggol tidak sengaja. Bahkan, untuk sekedar diajak foto bareng, mereka menolak jika belum saling kenal.

Bila dilihat dari sudut pandang ini, maka TKW kita perlu dibekali ilmu mawas diri. Jangan terlalu ramah dengan orang Arab, bersikap wajar, berbicara seperlunya dan harus berani mengambil tindakan bila dilecehkan. Ingatlah, kita masih punya keluarga di KBRI sebagai tempat mengadu saat ada masalah.

Kedua, persepsi kuno Bangsa Arab yang menyamakan pembantu dengan budak. Hal ini sungguh tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai-nilai Agama maupun sosial, karena sistim perbudakan sudah tidak ada lagi di muka bumi. Persepsi primitif ini masih dianut oleh sebagian kecil masyarakat Arab. Mereka beranggapan bahwa pembantu bisa diperlakukan semaunya layaknya budak. Bisa melihat dari sudut pandang ini, jelas solusinya adalah menghentikan pengiriman TKW berprofesi pembantu ke Arab.

Mana kaitannya dengan Take a Way?

 Suatu sore, saat berada di salah satu toko buku di Cairo, Mesir, saya bertemu dengan pengusaha asal Indonesia. Setelah berbincang beberapa saat, si pengusaha ini bertanya dengan setengah berbisik, “Dik, tahu di mana biasanya TKW yang bisa di’pake’ mangkal?”

Sungguh pertanyaan yang tidak terduga keluar dari bibir lelaki perlente ini. “Bapak masuk aja ke restoran kabab di sebelah sana, lalu Bapak pesan Kabab dan bila penjualnya nanya, TKW (Take a Way)? Langsung aja Bapak jawab, yes!” Jawab saya ngasal sambil menunjuk restoran yang dimaksud.

Bapak itu mengikuti petunjuk saya. Beberapa saat setelah memesan kabab, terlihat ia menerima sebuah bungkusan dari penjual kabab. Meski telah menerima kabab, si pengusaha hidung belang itu belum beranjak pergi dari sana, seperti masih menunggu pesanan yang lain.

Mungkin karena heran melihat tingkahnya, si penjual akhirnya nanya, “Masih ada yang perlu dibantu, Pak?”

TKW?” Tanya si pengusaha pelan.

“Nah, itu yang ditangan Bapak apa?” Sipenjual balik nanya.

Dengan wajah kesal bercampur heran dan malu, si pengusaha itu beranjak pergi dari restoran tersebut.


                                                    Untuk Indonesia-ku yang terus berbenah***(Selamat Hari Kartini)***

Rabu, 06 April 2011

HOBI BERBICARA

Satu lagi karakteristik Bangsa Arab yang mau saya shere adalah HOBI NGOMONG! Mengenai kebiasaan mereka berbasa-basi, sudah pernah saya jelaskan sepintas di sini

Satu sisi, kegemaran mereka berbicara ini dapat membentuk masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi dan peka terhadap kondisi sosial. Tapi, di sisi lain, kegemaran ngomong ini sering memicu ego tidak mau kalah. Walhasil, debat-debat kusir sering kita temui di mana saja, di pusat perbelanjaan, di jalan, di sekolah, di kampus, di bus kota, bahkan di rumah sakit.

Sudan masih lumayan kalem untuk urusan berbicara, tidak seperti Mesir. Di Mesir, setiap kita jalan di tempat keramaian, sudah dipastikan akan ada insiden adu mulut. Berbeda seratus derajat dengan di Indonesia, bila kita naik angkutan umum katakanlah sejenis busway, kita akan menyaksikan diskusi interaktif yang melibatkan hampir semua penumpang. Atau, bila kita naik taxi, maka siap-siaplah mendengar segala ocehan dan pertanyaan supir taxi selama perjalanan. Maklumlah, mereka keturunan kaum Nabi Musa yang hobi ngomong.

Ada yang salah dengan HOBI ini?

Bila disalurkan pada jalan yang tepat seumpama mendakwahkan kebenaran, tentu sangat baik. Apa saja, bila melebihi takaran yang wajar akan berakibat buruk. Contohnya makan, bila berlebihan tentu tidak sehat. Demikian juga berbicara, bila berlebihan bisa bahaya. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahaya berbicara berlebihan (fudhulul kalam). Kehancuran umat-umat terdahulu juga banyak disebabkan karena saling berbeda pendapat dengan Nabi mereka.

Bicara tentang Mesir, jadi teringat kisah Umat Nabi Musa (Bani israil) saat diperintahkan berkurban dengan seekor sapi, mereka berkata ; “Tolong tanyakan pada Tuhanmu, sapi yang bagaimana?” 

Nabi Musa menjawab, “Sapi yang tidak terlalu tua, tidak pula terlalu muda”. 

Mereka berkata lagi, “Tolong tanyakan Tuhanmu, apa warna sapi yang harus kami kurbankan?”

Nabi musa Menjawab, “Warnanya kuning keemasan”. 

Bani Israil bertanya lagi, “Bagaimana ciri-cirinya yang lain?” 

Nabi Musa menjawab, “Sapi itu tidak pernah digunakan untuk bekerja di ladang, tidak ada bercak putih sedikitpun di tubuhnya”.  Dan akhirnya mereka tidak bisa menemukan sapi yang sesuai dengan ciri-ciri tersebut (QS. Al-Baqarah : 67-71)

Jika saja kaum Nabi Musa tidak terlalu bertele-tele bertanya, tentu mereka mudah saja menemukan sapi itu. Karena, perintah Allah yang pertama adalah menyembelih sapi yang mana saja. Tapi, dengan banyak bertanya, justru memberatkan mereka sendiri.
كثرة الكلام يأدي الي كثرة الخطأ والكدب
              “Banyak berbicara dapat mengakibatkan banyak salah dan banyak bohong

Kadang saya suka lupa diri bila sedang berbicara. Mulai dari omongan yang baik-baik, lalu panjang lebar, merentet, hingga tanpa disadari omongan mulai bertema menjelekkan orang lain, menggosipi tetangga atau lawan jenis.

Padahal anggota tubuh yang paling sering melakukan dosa adalah lidah. Yaitu, BOHONG, ADU DOMBA dan FITNAH. Karena, sungguh… lidah tidak bertulang!

NB: Peringatan untuk diri sendiri, biar lebih sedikit pendiam..^^

Kamis, 31 Maret 2011

Mari Bersih-bersih..!


Memang masalah klasik sih, tapi apa mau dikata? Sampai sekarang masalah kebersihan tetap saja menjadi masalah terbesar di Dunia pada umumnya, dan Dunia Arab khususnya! Kata ‘bersih’ masih asing dari kehidupan di Dunia Arab. Para ahli sejarah dan antropolog beranggapan bahwa pengaruh budaya padang pasir yang begitu melekat, membentuk perilaku ‘cuek’ mereka terhadap kebersihan

Bisa dibayangkan kehidupan padang pasir dahulu, mereka sudah terbiasa dengan pasir yang melekat di badan, mandi hanya saat turun hujan atau menemukan oase (mata air di padang pasir). Buang hajat kecil maupun besar di alam terbuka dan ber-istinjak dengan batu karena tidak ada air. Budaya yang jauh dari sumber air ini membentuk peradaban kotor. Dan peradaban kotor ini belum hilang seratus persen hingga saat ini, meskipun sudah ada teknologi untuk mendatangkan air.

Sampah di mana-mana, meludah dan buang air kecil sembarangan. Hingga muncul istilah, kullu jidar hamamat (setiap dinding adalah toilet). Tentang buang air kecil ini ada sebuah cerita lucu yang masyhur di Mesir. Cerita ini menceritakan kisah pertemanan antara mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak dan mantan presiden Amerika G.W. Bush. Tapi, lain kali saja lah saya ceritakan. (hehe.. biar penasaran dikit..)

Kondisi kebersihan di Sudan masih mendingan dibanding Mesir. Bisa jadi, karena traffick kehidupan Sudan belum sesibuk Mesir yang disebut-sebut sebagai Eropanya Afrika. Jadi teringat suasana reformasi di Mesir beberapa waktu yang lalu. Kebetulan saat itu saya sedang berada di sana, dan saya menyaksikan langsung saat Kota Cairo nyaris tenggelam oleh lautan sampah, karena dinas kebersihan meliburkan pegawainya selama demonstrasi yang berlangsung lebih kurang dua pekan itu.

Sudan memang masih natural, lahan pertanian dan peternakan yang luas banyak kita temukan di pedesaan. Kalau ingin merasakan adventure atau punya hobi backpacker, cobalah bermalam di padang pasir sabana dan stepa, keduanya tergolong padang pasir yang masih perawan di sudan. Dijamin kapok! ^^

Dengan kondisi seperti ini, masyarakat Sudan juga kurang menghargai kebersihan. Untuk akses air bersih, mereka bergantung penuh dari air sungai nil. Air nil tersebut mereka gunakan mulai dari kebutuhan bersih-bersih hingga diminum langsung, tanpa dimasak terlebih dahulu. Akibatnya, dinas kesehatan Sudan mencatat ada tiga penyakit yang paling banyak di derita masyarakat sudan, yaitu infeksi lambung, struk dan busung lapar. Dan ketiganya berawal dari kandungan air nil yang ternyata mengandung zat kapur dengan kadar tinggi.

Secara berangsur-angsur, semoga Bangsa Arab akan menyadari bahwa bersih itu indah dan sehat. Untuk saat ini, suasana bersih sudah dapat kita lihat dan rasakan di gedung-gedung mewah seperti di mesjid-mesjid, sebagian kampus, hotel, apartemen, restauran, mall dan kantor-kantor swasta. Taman-taman buatanpun mulai tampak di tengah-tengah kota. Tinggal bagaimana caranya menghilangkan budaya acuh terhadap kebersihan yang diwarisi dari menek moyang mereka, para pengembara padang pasir itu.

Lantas, bagaimana dengan kita di indonesia?
Apakah masyarakat kita sudah menghargai kebersihan

Mudah-mudahan sudah, karena kebersihan itu sebagian dari iman.

Sabtu, 12 Maret 2011

Suara itu bernama ‘ZAGHRUTAH’



Sudah lama saya penasaran, sejak pertama kali mendengar suara itu dari asrama putri, “Lululululu lililililiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii...!” Saat itu baru selesai ujian semester.

Selang beberapa bulan, suara itu terdengar kembali dari asrama yang dihuni mahasiswi-mahasiswi asal timur tengah itu. Malah kali ini lebih bervariasi, Eyyayayayaya... Yeeyyeyeyeye... lililililiiiiiii.. eeeuuuyy... heiiiiiyiiiiiiii... lululuuuuuliiiyyy! Rupanya, ada yang baru saja menikah. Hehe..

Penasaran? Silakan dengar sendiri siulan 'zaghrutah' dalam cuplikan film Arabian Nights berikut ini:


Sejak saat itu, saya sudah terbiasa dengan suara itu. Bahkan seorang teman, -setelah sedikit dipaksa- pernah mempraktekkan nya live di depan saya, hehe. Kesimpulannya, perempuan timur-tengah selalu mengekspresikan rasa senang dan syukur mereka dengan suara khas itu.  

Oh ya, sebelum kalian salah sangka (ntar dikirain saya suka maen ke asrama putri lagi !) Kampus tempat saya kuliah memang menyediakan fasilitas asrama bagi mahasiswa asing. Kebetulan saya tinggal di asrama putra yang tidak begitu jauh dengan asrama putri. Dan suara itu, jelas-jelas bukan bersumber dari di asrama putra.

Selidik punya selidik, suara itu bernama ‘zaghrutah’ atau sering juga disebut dengan ‘zaghadir’. Dan suara itu sudah merupakan hak paten kaum hawa. Jadi, pamali kalau kata orang tua, bila laki-laki meniru suara zaghrutah ini.

Setelah saya intip sedikit di literature arab yang ada. Zahgrutah ternyata bermakna puji-pujian. Sudah menjadi tabiat dan kebiasaan bangsa arab, mereka senang mengucapkan pujian, pertanyan, atau ungkapan secara berulang-ulang. Baik ketika berdo’a (kepada Allah swt), maupun kepada sesama manusia. Boleh jadi, ini salah satu bentuk pengaruh Al-Qur’an dalam cara berbahasa bangsa arab. Contoh yang paling jelas adalah, pengulangan ayat (Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukazziban..) pada surah Ar Rahman.

Hingga dalam pergaulan sehari-haripun, bangsa arab senang mengulang-ngulang kata. Seperti kalimat ; ‘Alfu alfu alfu alfu syukrin’ (beribu-ribu terimakasih).

Demikian pula ketika mengucapkan selamat kepada seseorang,
‘Mabruk mabruk mabruk mabruk mabruuuuuk’ (selamat.. selamat..selamat..).
 Saya sendiri sering merasa bosan dengan ‘basa-basi’ orang Sudan. Bila berpapasan dengan mereka, dialog berikut ini sudah pasti terjadi :

Orang Sudan : Keif, tamam?  (Gimana kabarnya, baik?)
Kita                  : Tamam.. (Baik)
Orang Sudan : Keif Umruk? (Gimana urusan-urusanmu hari ini?)
Kita                  : Tamam.. (Baik)
Orang Sudan : Keif Shihhatuk? (Gimana kesehatanmu?)
Kita                  : Tamam.. (Baik)
Orang sudan : Keif liddirasah? (Gimana kuliahmu?)
Kita                 : Tamam.. (baik)
Orang Sudan : Keif Ahluk? (Gimana keluargamu?)
Kita                  : Tamam.. (baik)

Demikian seterusnya, dan tidak akan berhenti sebelum kita alihkan pembicaraan. Atau kita tutup dengan jawaban, ‘Kullu tamaaaaaaaaam, wallahi!’ (Demi Tuhan, Semuanya baik!)

Kebiasaan bangsa arab yang suka mengulang-ngulang kata inilah yang menjadi asal mula munculnya zaghrutah. Dengan kata lain, zahgrutah adalah simbol sebuah kebiasaan atau adat-istiadat. Setiap irama zahgrutah yang disuarakan, adalah perwakilan dari ribuan atau jutaan kata dan perasaan bahagia yang ingin mereka ungkapkan.

Rabu, 02 Februari 2011

Wisata Demonstrasi Di Mesir (2)



Setelah ribuan demonstran menghancurkan sebagian besar pos polisi di Cairo, Husni Mubarak langsung meliburkan polisi dan jajaran aparat pemerintahannya untuk menghindari bentrok dengan warga. Tindakan ini justru memunculkan masalah baru. Cairo dengan polisi keamanan saja susah diatur, apalagi tanpa polisi!
 
Kondisi  ini makin diperparah, setelah ribuan narapidana dari penjara Cairo dan Alexandria dikabarkan kabur. Sebagai antisipasi, masyarakat mulai menerapkan ronda mulai jam tiga sore hingga dini hari. Ronda yang extrim menurutku! Setiap orang masing-masing memegang senjata mulai dari balok kayu, cangkul, sekop, pisau daging hingga pedang samurai. Bahkan beberapa orang terlihat memegang senjata api rakitan. Warga Mesir memang sudah terbiasa dengan senjata api, hal ini dikarenakan setiap pemuda Mesir sebelum mengenyam bangku kuliah, di kenakan wajib militer selama setahun.

Menurut sebagian pakar politik, kaburnya ribuan narapidana sangat tidak masuk akal. Tingkat pengamanan penjara bawah tanah Cairo dan Alexandria, yang notabene dibangun dengan sokongan dana dari Amerika, termasuk penjara terkuat di dunia. Kuat dugaan, pihak Mubarak sengaja membebaskan para tahanan tersebut untuk memecahkan konsentrasi warga. 

Di antara ribuan tahanan yang lepas, termasuk tahanan politik dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang sangat dimusuhi Mubarak. Inilah sasaran tembak Mubarak dan antek-antek nya! Napi yang kelaparan melakukan penjarahan, lalu Ikhwanul Muslimin yang dijadikan kambing hitam. Inilah salah satu tontonan wisata politik yang diperankan Husni Mubarak...

Melihat jumlah massa demonstran yang semakin bertambah, Husni Mubarak menurunkan ribuan personil tentara. Suasana Cairo semakin mencekam! Setiap sudut kota dijaga tank-tank militer yang berbaris rapi dengan moncong  mengarah kepada siapa saja yang mencurigakan. Bagi pengguna jalan, Setiap 100 meter pasti terkena sweeping atau pemeriksaan. Jam malam diperketat hingga pukul 3 sore,  jaringan internet dan sms putus total selama berhari-hari. (karena itu tulisan ini agak telat saya upload).

Dalam harian, AlMisri Alyaum,  Selasa (01/02) diberitakan bahwa Husni Mubarak me-resuffle sebagian besar kabinetnya, sekaligus menyampaikan misi-misi ke depan untuk melunakkan warga. Selain itu, polisi pun diaktifkan kembali. Jaringan internet dan telpon juga berangsur-angsur normal. 

Warga tidak terpengaruh, yang mereka inginkan adalah Mubarak turun dari jabatan presiden, bukan resuffle kabinet! Menanggapi kenyataan itu, Husni Mubarak keesokan harinya, dalam harian yang sama berjanji tidak akan ikut dalam bursa pemilu raya yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan September. Itu artinya, Mubarak tetap kukuh tidak akan turun hingga pemilu raya mendatang.

Tidak hanya mempertahankan diri, Mubarak bahkan sudah mulai melancarkan serangan. Hari ini, Rabu (02/02), sekumpulan massa berkumpul di kawasan Kobri tepat di depan Istana negara, sambil meneriakkan yel-yel; “Istiqrar Mubarak... Yahya mubarak! Yahya mubarak!”, mereka mengatasnamakan kelompoknya sebagai, ‘Pro Pemerintah’. Dengan  munculnya dualisme massa, tingkat keamanan diprediksi akan semakin kronis. Yang sangat mengerikan adalah, bentrok dua kelompok massa yang berbeda pandangan di lapangan Tahrir. Hingga saat ini Tahrir masih dikuasai oleh massa yang kontra pemerintah. Namun, cepat atau lambat massa pro pemerintah mulai bergerak dari Kobri, Istana Negara menuju Tahrir...

Berbagai negara berlomba-lomba meng-evakuasi warganya dari Mesir, termasuk Indonesia. Hal ini sebenarnya sedikit mengejutkan WNI di Mesir. Karena, dari segi keamanan, daerah-daerah pemukiman penduduk relatif aman-aman saja, kecuali kawasan demonstrasi. Pasar-pasar tradisional juga terus aktif, cuma harga barang memang sedikit melonjak. 

WNI di Mesir sangat berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia atas evakuasi yang dilakukan. Selasa malam yang lalu, satu unit Garuda telah mengevakuasi sejumlah warga Indonesia. Untuk sementara masih diprioritaskan Ibu-ibu dan anak kecil. Menurut KBRI Mesir, data WNI di Mesir pun tiba-tiba melonjak dari 5000 hingga 6000 jiwa. WNI yang dulunya malas melapor, berbondong-bondong mendatakan dirinya di KBRI setelah kejadian ini. Takut tidak kebagian seat pasawat... hehe

Sudah sembilan hari krisis melanda Mesir. Bangunan klasik yang memancarkan aura keangkuhan Mesir Kuno, Mesjid-mesjid tua yang menyimpan sejarah para Nabi, bahkan mumi-mumi yang terganggu istirahatnya turut menjadi saksi atas gejolak protes masyarakat. Bila demonstrasi hari pertama (yaumul ghadab atau hari kemarahan), demonstran mencapai ribuan orang. Maka, Jum’at mendatang, tanggal 04 Februari 2011 diperkirakan demonstran yang akan mengepung Tahrir melonjak hingga mencapai jutaan orang. Banyak yang mengatakan, demo besar-besaran Jum’at besok akan menjadi penentu nasib reformasi Mesir. Nama sebutan yang akan dinisbatkan untuk gerakan Jum’at esok juga sudah disiapkan, yaitu... YAUMUL HISAB (Hari perhitungan)!!

Wisata Demonstrasi (Cairo, Mesir)















Wisata, kedengarannya memang naif di tengah musibah yang sedang terjadi. Namun, mozaik kerusuhan di Mesir saat ini, menjadi wahana hiburan tersendiri yang memicu adrenalin. Sama halnya kita menggigil ketakutan saat berada di Rumah hantu atau berteriak histeris saat naik Halilintar di Dunia Fantasi. Karena itulah saya menyebutnya wisata demonstrasi, atau bila di generelisasikan lagi, sebut saja wisata politik. Karena secara tidak langsung, trik dan intrik politik dalam situasi rusuh ini menarik untuk disimak.
Bagi warga Mesir saat ini, meninggal dengan tenang di atas ranjang hanyalah bagi pengecut. Setiap orang berebut ambil peran dalam proses reformasi ini. Begitu besar euforia reformasi di Mesir. Sejak tanggal 25 Januari yang lalu, pohon-pohon, burung-burung, batu-batu, semuanya membisikkan kata yang sama, ‘Reformasi’.
Niat hati ingin keluar dari kerusuhan di Sudan, malah terjebak dalam kerusuhan Mesir. Itulah yang kami alami sekarang. Apa boleh buat, planing untuk beberapa hari ini terancam batal karena situasi yang tidak terduga. Namun, naluri laki-laki ini terus menghasut,”Ngapain di kamar? Ini kesempatan menjadi saksi sejarah! Ayo keluar...!”
 Akhirnya,  Jum’at, 28/01 kemarin kami nekat keluar flat. Tujuan kami adalah Tahrir, wilayah gedung parlemen yang menjadi sasaran utama para demonstran. Metro hari itu sunyi penumpang. Cuma ada beberapa pemuda yang krasak-krusuk, sepertinya demonstran yang ketinggalan kereta. Melalui pengeras suara di setiap stasiun diumumkan bahwa Metro tidak berhenti di dua stasiun, Stasiun Anwar Sadat dan Jamal Abdul Nasir. Kedua stasiun itu memang mengarah langsung ke Tahrir, gedung parlemen yang menjadi titik konsentrasi massa itu berada disana.

Kelompok pemuda tadi makin terlihat kalut, mereka turun di Stasiun Damerdesh. Kamipun ikut turun, dari Damerdesh masih ada harapan menembus Tahrir menggunakan angkutan lain. Ternyata di luar dugaan, jalan-jalan protokol di Damerdesh telah dipenuhi massa demonstran. Mereka konvoi dengan berjalan kaki ke arah Tahrir sambil meneriakkan yel-yel;
 ‘Nihna sya’b.. kifayah! Haram..!!’
‘Nihna sya’b.. kifayah! Haram..!!’  
 ‘Inzil ya mashry, inzil! Inzil! Inzil!”
‘Yasqut Mubarak wa ahluh..!!’
Setelah tertegun beberapa saat, akhirnya kami sepakat mengikuti alur demonstran dengan berjalan kaki. Tentunya kami jaga jarak, paling tidak, bila tiba-tiba keos, ada celah untuk menghindar dari celaka.
Memasuki wilayah Ghamra, mata  mulai perih dan berair, kami terkena gas air mata. Massa berbalik arah secara teratur. Siapa yang tahan dengan gas air mata?  Untuk sesaat massa berkonsentrasi dengan anggotanya yang lumayan parah terkena efek gas air mata.
Dalam situasi seperti ini kami menyaksikan fenomana sosial dengan toleransi yang begitu tinggi. Para ibu terlihat membagi-bagikan tisu basah dan ramuan bawang untuk pereda perih di mata. Ada juga mobil pribadi yang difungsikan sebagai klinik berjalan. Di setiap flat, bergantungan makanan yang diikat dengan tali dan terjulur ke bawah (seperti adegan Maria menjulurkan Jus Mangga untuk Fahri di Ayat-ayat Cinta), sebagai bekal yang disediakan sukarela oleh penghuni flat bagi para demonstran. Kelompok anak perempuan membagi-bagikan air mineral di sepanjang jalan, sedangkan anak laki-laki mengumpulkan bebatuan lalu ditumpuk di tempat-tempat strategis. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka saat itu...?
Tiba-tiba massa berhamburan tak tentu arah! Terbayang akan keos, kami kabur ke arah metro. Sekarang metro sudah tidak menggunakan karcis lagi alias gratis, kami menumpang metro arah Ramsis. Stasiun Ramsis sudah penuh dengan gas air mata. Sambil melawan perih, kami terus berjalan ke luar stasiun. Suasana di luar stasiun sudah kacau balau. Kami menyaksikan langsung enam unit mobil patroli yang dibakar massa saat itu. Namun sepertinya brikade pagar betis di perbatasan Ramsis dan Tahrir sangat sulit ditembus. Massa terlihat kocar-kacir setelah beberapa kali terdengar suara tembakan. Sampai disini polisi anti huru-hara Mesir masih bersabar, tembakan diarahkan ke udara. Kami mundur dan bersembunyi di dalam stasiun bawah tanah, khawatir terkena peluru nyasar.
Cukup lama juga kami di Ramsis, sambil terus membaca situasi. Malam semakin larut, massa pun sedikit-demi sedikit mulai bubar. Hingga dini hari, pertahanan di Tahrir tidak mampu ditembus gelombang pengunjuk rasa. Hari ini disebut-sebut sebagai yaumul ghadhab (hari kemarahan).
Melalui siaran langsung di televisi yang kami tonton di sebuah math’am (rumah makan), diberitakan korban meninggal 3 orang dan luka-luka mencapai 870 orang, lalu Husni Mubarak memberikan ultimatum, bahwa mulai besok akan diberlakukan jam malam, “Seluruh masyarakat dilarang berkeliaran mulai pukul 04.00 sore hingga pukul 08.00 pagi”
Huff...!! Cape dech....(Fhr) 

Rabu, 26 Januari 2011

Bag. III. Mesir Rusuh; Berlindung di Benteng Shalahuddin


LPJ (Laporan Perjalanan)
Khartoum-Cairo

Saat duduk santai di Taman Ataba selepas menukar US Dolar ke Pond Mesir, tiba-tiba datang dua orang polisi dan mengusir kami dari tempat itu. Katanya akan ada demonstrasi besar-besaran sebentar lagi. Suasana Mesir memang sedang panas meski musim dingin. Setelah bom bunuh diri di Alexandria, secara beruntun enam warga Mesir di tempat terpisah melakukan protes dengan cara membakar diri, meniru aksi di Tunisia. 
 
Beberapa hari yang lalu di depan kampus umum Al-Azhar juga ada demontrasi hingga bakar-bakaran ban. Dan puncaknya kemarin, saat ribuan masa yang diorganisir melalui situs jejaring sosial twitter dan facebook, mengepung wilayah Tahrir dan Gedung Parlemen. Imbasnya, hingga saat ini twitter dan facebook di Mesir di blok untuk hingga malam hari. 

Di antara tututan para demonstran adalah; Husni Mubarak dan anaknya Gamal Mubarak tidak boleh mengikuti pemilu raya akan datang. Wajib militer di Mesir agar diberhentikan, dan distabilkan kembali harga-harga bahan pokok yang selama ini meroket. Saat-saat ini masyarakat Mesir sedang marah, dan Selasa, 25/01/2011 adalah hari puncak kemarahan mereka hingga diperingati sebagai yaumul ghadgab (hari kemarahan).

Tidak ingin berlama-lama disitu, saat massa mulai menyemut kami langsung kabur dengan taxi. Bukan ke rumah, tapi kami kabur ke Benteng Shalahuddin (Qal’ah Shalahuddin) yang terletak di puncak Bukit Muqattam. Dengan ketinggian benteng mencapai 10 m dan ketebalan 3 m, disana pasti aman sentosa! Hehe.. 

Siapa yang tidak kenal Shalahuddin Al-Ayyubi atau Saladin? Seorang jendral muslim dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah, Hejaz dan Diyar Bakr. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang kesatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib.

Segenap ahli sejarah sependapat bahwa Sultan Shalahuddin adalah seorang yang sangat lemah lembut, ramah, sabar dan penuh kebajikan. Di Eropa, tulis seorang sejarawan, Philip K Hitti, Saladin telah menyentuh alam khayalan para penyanyi maupun para penulis, dan masih tetap dinilai sebagai suri teladan kaum kesatria. Saladin sang Macan Perang salib ini juga telah menginspirasikan para sineas barat menggarap sebuah film berjudul "Kingdom of Heaven".

Pada tahun 1176 - 1183 M, Shalahuddin Al-Ayyubi membangun benteng kokoh untuk menghadang serangan pasukan salib. Sejak masa itu, kawasan Bukit Muqattam ini menjadi benteng pertahanan sekaligus istana negara. Benteng ini memiliki banyak menara yang menjulang untuk mengawasi musuh. Tiga menara besar dapat disaksikan di bagian depan dan yang terkenal adalah menara al-haddad dan ramlab yang dibangun oleh Sultan Kamil, cucu Shalahuddin Al-Ayyubi. 

Sebagai istana negara, Qal’ah Shalahuddin tidak mengabaikan unsur seni dan estetika. Istana kerajaan Muhammad Ali Pasha yang terdapat di dalamnya dibangun dengan gaya Usmani. Muhammad Ali Pasha berkuasa di Mesir pada tahun 1805 M. Sejak tahun 1949, istana ini dijadikan museum militer oleh Raja Farouk. Di sebelah selatan benteng, terdapat Istana Jauhara, tempat kediaman raja mesir sebelum berpindah ke Istana Abidin. Saat ini digunakan sebagai meseum permata. Mesjid dengan arsitektur indah juga bisa kita temukan di kawasan benteng ini. Diantaranya adalah Masjid Muhammad Ali Pasha. Mesjid ini  dibangun dari marmar dengan langgam yang persis sama dengan Masjid Istambul, Turki.

Sore menjelang maghrib kami keluar dari Benteng Shalahuddin, tempat persembunyian kami. Karena situasi keamanan untuk beberapa hari ke depan masih sulit diprediksi, kami melenggang ke Carefour. Belanja untuk bekal beberapa hari. Tidak seperti biasanya, hari ini Carefour padat pengunjung. Ternyata sedang diskon besar-besaran akhir bulan alias cuci gudang. Sangat menghibur di tengah suasana kurang aman dan harga barang yang sedang tinggi di Mesir. Satu lagi politik dagang kapitalisme dipertontonkan di negara mayoritas muslim, hmm... 

Sehabis belanja kami langsung pulang ke flat. Dari sumber yang akurat, dikabarkan demontrasi anti pemerintah hari ini berakhir rusuh. Berkali-kali gas air mata dan semburan meriam air disemprotkan untuk menghalau massa yang sedang marah. Tiga orang demonstran dan seorang polisi menjadi korban dalam demonstrasi terbesar sepanjang sejarah Mesir itu, siang tadi. (Fhr)

Gbr. http://www.bbc.co.uk
Bersambung...

“Ya Allah... Negara-negara Islam sedang Kau uji. Tunisia, Libanon, Aljazair, Sudan , Yaman dan kali ini Mesir, semuanya dalam gejolak krisis kepemimpinan dan krisis kepercayaan. Semoga semuanya berakhir indah sesuai skenario agungMu... Amin.”
 

Sabtu, 22 Januari 2011

Bag. II. Saweu Nek 'Uun




Agenda kami di Cairo hari-hari pertama adalah flatwalking, bersilaturrahmi ke beberapa flat mahasiswa Aceh yang kami kenal. Mahasiswa Aceh di Cairo kira-kira berjumlah 400-an. Kebanyakan mendiami kawasan Katameya, yaitu sekitar 150 orang. Dan yang lainnya tersebar di beberapa wilayah seperti Matariya, Ezbed, Nasr city, Hayasir, dan Elmarg. Sebagian kecil ada juga yang tinggal di provinsi selain Cairo seperti Thanta, Manshurah dan Zagaziq.

Perjalanan dari Katameya menuju Matariya cukup jauh tapi menyenangkan juga. Hari ini, untuk pertama kalinya kami naik metro; sejenis kereta api listrik bawah tanah di Cairo. Kusapu pandangan ke setiap sudut metro, siapa tahu sejarah kembali berulang, saat Fahri bertemu Aisyah…

Di Matariya terdapat semacam asrama yang didiami 40 mahasiswa Aceh. Asrama Matariya berdiri atas sistem yang membangun. Disini ada aturan main seperti larangan merokok dan akses internet kecuali pada hari-hari tertentu. Jadwal khidmah makan seluruh anggota dan penggunaan mesin cuci juga di atur sedemikian rupa. Hingga setiap penghuni memiliki tanggungjawab atas hak anggota yang lain. Sebagai batu asah keilmuan, diadakan kajian mingguan yang mengupas dan menelaah kitab-kitab pilihan. Kultur yang terbentuk sangat positif. Suasana belajar begitu terasa, tapi tidak kaku. Keakraban delam bingkai ukhuwah tetap terjalin erat. Yang muda menghormati yang lebih tua dan sebaliknya, yang tua mengayomi yang lebih muda. Untuk Al-azhar yang lumayan berat untuk ditaklukkan, Matariya layak direkomendasikan sebagai salah satu solusi.

Selain Matariya, kami juga berkunjung ke Ezbed dan Elmarg. Hanya berselang beberapa stasiun metro dari Matariya. Penduduk disini bisa dikatakan banyak yang beragama kristen koptik. Namun masyarakatnya tetap akur meski berlatarbelakang agama berbeda. Saat duduk  di pelataran Mesjid Ezbed setelah shalat magrib, sambil memandangi lukisan Bunda Maria di gereja sebelah. Ya, gereja dan mesjid memang berdiri berdampingan. Aku teringat sebuah pesan, "Kemanapun kamu pergi, sempatkan shalat di banyak mesjid yang berbeda. Hingga kelak di hari perhitungan, banyak mesjid yang akan bersakti untuk kebaikanmu." Hmm…Gereja ini bisa jadi saksi gak ya?..

Menyusuri Matariya, Ezbed dan Elmarg berarti berinteraksi dengan lingkungan padat penduduk. Bangunan rumah disini semua berupa flat. Bangunan rumah seperti ini banyak ditemukan di daerah yang kurang ketersediaan air bersih seperti di afrika, termasuk mesir dan sudan. Dengan bangunan bergestur flat atau rumah susun, sirkulasi air ke setiap kepala keluarga lebih teratur dan hemat. Selain arsitektur bangunannya, lifestyle penduduk setempat tergolong unik. Suara orang adu mulut sangat sering terdengar, seakan sudah terprogram ibarat pariwara di televisi. Setiap beberapa menit sekali kicau mulut itu pasti tertangkap indra dengar kita. Kehidupan keras penduduk mesir sudah terbentuk sejak usia dini. Anak-anak, baik laki-laki ataupun perempuan di Mesir, berbicara seperti berorasi dan bercanda seperti berkelahi…

Sessi kunjungan ditutup dengan soan ke makam Nek Uun (Fir'aun). Katanya bisa kesambet bila berhari-hari di Mesir tanpa bertandang ke makam Nek Uun, hehe. Makam Firaun masa Nabi Musa atau Ramses II terletak di Meusium Cairo daerah Tahrir. Mesium termegah di Cairo ini menyimpan berbagai peninggalan penting peradaban Mesir kuno, yang merupakan hasil temuan para ahli egyptology selama penggalian bertahun-tahun. Dari peradaban lama (2280 SM) hingga peradaban baru (1570 SM). Fosil-fosil peninggalan Mesir Kuno mulai dari Prasasti Champollion, kepala emas Tut Ankh Amon, peti batu, kendaraan perang, alat perang, artefak, perhiasan emas hingga bakiak yang pernah di pakai Cleopatra juga terpajang di bilik-bilik meusium ini. 

Seharusnya Bangsa Mesir tidak boleh marah jika disebut sebagai cucu Fir'aun. Justru mereka pantas berterimakasih kepada fir'aun. Karena dua daya tarik utama yang banyak dilirik dunia dari Mesir saat ini adalah; Al-Azhar dan Fir'aun!

Dan surprise..! Di mesium ini kami bertemu kembali dengan Moli dan Kak Liza setelah terpisah beberapa hari. Sayang, cuma sekilas saja, karena mereka datang saat kami mau pulang. Tapi biarlah, yang penting kami tahu bahwa mereka berada di tangan orang yang tepat.. ^_^ 

Bersambung..

Rabu, 19 Januari 2011

Bag. I (Leumak Mabok)


LPJ (Laporan Perjalanan) Khartoum-Cairo

First Report

“Kesan pertama mendarat di Cairo.. susah nemuin orang jelek! “ Kata Moli sambil melihat ke arahku. Ada dua spekulan disini, apakah aku ganteng, atau justru tergolong orang yang susah ditemukan itu? Entahlah, aku tidak begitu yakin. Kubolak-balik beberapa lembar pecahan dolar sebagai persiapan. Pond Sudan sudah jelas tidak berlaku disini. Sedangkan untuk keperluan migrasi, pasti membutuhkan uang. Secuil rasa ge er tadi hilang di balik rentetan pertanyaan petugas migrasi, nyaris berubah cemas. Mulai dari pertanyan tentang keperluan apa di Cairo hingga minta bukti finansial atau dikenal dengan istilah ‘uang tunjuk’.

 Ketatnya proses pemeriksaan di Cairo Airport  ada hubungannya dengan tragedi pengeboman gereja di Alexandria. Tekstur wajah tamil oriental seperti aku memang mencirikan seorang teroris. Apalagi Moli dan Liza! Meski tidak bercadar,  garis-garis wajah mereka tegas seperti isteri-isteri Imam samudra dan Amrozi. Beruntung ada Huda dan dan Asy’ari yang kental dengan chines looking-nya. Sehingga, tidak perlu meniru Syahruk Khan untuk meyakinkan pihak migrasi bahwa ‘we are not a teroris!’

Untungnya, Kenya Airwaisy, maskapai yang kami tuding jam karet ini datang tepat waktu. Sehingga, walau lama sedikit di urusan igrasi, kawan-kawan KMA Mesir tidak terlalu malam menjemput kami. Kalau seloroh kawan-kawan di sudan, “Nyan sang suah ta tulak ilee! (itu pesawat sepertinya harus kita dorong dulu baru bisa terbang). Faktanya hari itu, justru kami yang nyaris ketinggalan pesawat. 

Salman, Rahmat dan kawan-kawan KMA Mesir sudah lama menunggu di qa’ah intidhar  bandara Cairo. Aku dan kawan-kawan terkesima atas ikram yang mereka tunjukkan. Kami disambut bak pejabat negara dalam sebuah kunjungan kenegaraan. Meski Cairo sedang musim dingin, hingga mencapai 15 derajat celcius. Belum lagi sebahagian mereka sedang ujian di Kampus Al Azhar-Cairo yang terkenal syadid dalam penilaian. Mereka masih menyempatkan diri menjemput kami di bandara. Tentunya adegan hold each other khas timur tengah tidak terlupakan dalam moment seperti ini. Berbeda dengan ala Sudan dengan tepuk-tepuk pundaknya . Di Mesir, hold each other dibumbui dengan sedikit suara...’mmmuach’.

 “Ahlan wa sahlan fi mishr!!” Kami disambut lagi di sekretariat KMA Mesir, kawasan Kotameya-Cairo. Tepat jam 11 malam waktu Mesir (satu jam lebih lambat dari Sudan), kami dijamu dengan hidangan khas Aceh! Wow, ‘top markotop’ kalau istilah acara kuliner di televisi. Mahasiswa Mesir memang terkenal jago-jago masak.. “Nyan ka kupateh!” (ini sudah saya percaya).

Malam ini memang melelahkan.. Suhu udara dingin kotameya yang ber-realief perbukitan itu, berpadu dengan kehangatan nuansa kekeluargaan yang ditunjukkan kawan-kawan KMA Mesir, ditambah menu dinner yang ‘leumak mabok’, melenakan alam bawah sadar kami. Rasa kantuk menyerang seketika, kemegahan arsitektur mesir kuno berdansa-dansi di ruang pikir kami. Rasanya tidak sabar menunggu esok tiba. Bahkan, kantung mata ini begitu berat untuk sekedar ‘ngeh’, kalau Moli dan Liza sudah dibawa pergi! Entah kemana..!!

(Bersambung...)