Rabu, 11 April 2012

Sepenggal Kisah di Dongola, Part 1

Assalamu'alaikum..

Sobat, apakabar? Hari ini aku mau ngajak sobat semua jalan-jalan ke Dongola, ibukota Provinsi Syimaliah, Sudan. Kebetulan aku termasuk salah satu anggota sanggar budaya Indonesia yang akan memperkenalkan budaya Indonesia di kota perbatasan Sudan-Mesir ini. Agenda ini termasuk dalam rangkaian program penguatan hubungan kerjasama ekonomi antara Sudan - Indonesia, yang dicanangkan oleh KBRI Sudan.

Perjalanan dari Khartoum (Ibukota Sudan) ke Dongola, memakan waktu sekitar 5 jam. Untungnya kita menggunakan Bus Diplomasi, Bus yang sangat nyaman, sesuailah untuk tamu negara seperti kami, ayo ikut..! hehe

Sepanjang perjalanan yang tampak hanya padang pasir, sesekali kami melewati perkebunan kurma yang sangat luas..!

Hamparan Padang Pasir
Istirahat di tengah perjalanan
 
Perkebunan Kurma
Sampai di Dongola sudah malam, sehabis makan malam kami langsung istirahat di penginapan. Simpan tenaga, karena keesokan harinya, kami harus gladiresik untuk penampilan nanti. Ada tari rantak, tari pendet, tari saman, angklung, pencak silat, fashionshow pakaian adat dan batik serta jaipong yang rencananya akan tampil. 

Sore hari selepas gladiresik aku sempat ngobrol dengan Randa, gadis manis yang akan menjadi guide kami seterusnya. Randa yang juga panitia lokal ini sempat mengisyaratkan satu tampilan yang bisa memicu masalah bila tetap dipertahankan, yaitu Jaipong! 

Randa dan Miska (Sssst...! Sepertinya tentang Randa perlu dibuat judul khusus nih.. :-))
Menurut hemat Randa, Jaipong masih tabu dipertontonkan di daerahnya, karena masyarakat di sini fanatik ke-Islamannya masih sangat kuat. Ia khawatir Jaipong akan memberi kesan yang kurang baik tentang Indonesia. Tapi, panitia Indonesia tetap akan menampilkan Jaipong, dengan pertimbangan goyangannya telah dibatasi, dan Lia, sipenari jaipong sudah susah payah latihan, kasihan kalau dicancel..
Beberapa anggota Saman bersama Lia (Jaipong) dan Dek Farah (Tari Pendet)
Penampilan Angklung
Penampilan Saman
Penonton yang membludak..
Secara umum penampilan kami cukup memuaskan, hanya  ada sedikit gangguan soundsystem dan sorakan yang kurang enak didengar dari penonton saat Lia tampil Jaipong, persis seperti dugaan Randa. Paling tidak, ini bisa jadi pelajaran untuk event-event berikutnya, bahwa tidak semua budaya kita bisa diterima di luar sana, sama halnya tidak semua budaya luar bisa kita terima di Indonesia.

Namun, tiba-tiba kru Indonesia terlihat panik saat dua buah tas berisi 8 unit hape, beberapa dompet, jam tangan dan ratusan pond Sudan milik anggota sanggar Saman raib digondol maling di kamar ganti, Alhamdulillah laptopku tidak ikut raib! Total kerugian mencapai 7000 Pond/ setara 15 juta rupiah. Muka Bapak Walikota Donggola merah seperti kerang rebus, karena menahan malu dana marah. Polisi langsung dikerahkan untuk mengejar maling. Seluruh kru dari Indonesia maupun Sudan, juga para penonton ditahan untuk sementara waktu guna diadakan penggeledahan. Suasana gembira, seketika berubah mencekam..!

Banyak spekulasi di benak setiap orang, siapa yang mengambil kedua tas berisi barang berharga itu? Orang Sudan, atau salah satu panitia lokal? Atau salah satu dari penonton? Dan tidak tertutup kemungkinan, orang dalam..atau oknum dari kru Indonesia sendiri?!

Semua tetap menjadi misteri, sampai akhirnya kami dipulangkan ke penginapan pukul 02.00 tengah malam tanpa hasil yang memuaskan. Kita tunggu saja apa yang akan terjadi esok! Kalau mau tahu kelanjutannya, besok balik kesini lagi ya?! Ikuti Sepenggal Kisah Di Donggola, Part 2..!

Salam,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar