Senin, 20 Februari 2012

Solitaire dan Sendiri

FollowTwitSadah@FahrieSadah

Sumber Logo Solitaire
Solitaire dan sendiri, game kartu ini memang identik dengan kesendirian. Aku akrab dengannya saat mulai menginjak bangku kuliah. Saat itu, solitaire kerap menghiburku saat mulai jenuh dengan tugas atau sekedar mengisi waktu kosong. Tidak jarang juga, solitaire malah menyita waktuku hingga berjam-jam. Aku tidak suka game yang ribet dan berat, makanya salah satu pilihanku jatuh pada solitaire.

Sendiri, kata ini mewakili 'aku' banget! Sejak kecil aku tinggal sama nenek, sebagai satu-satunya anak kecil di rumah tua, sendiri. Sementara adik-kakakku tinggal sama orangtua kami di kota. Terbayang masa kecil, kalau sudah main di luar rumah dengan teman-teman pasti pulangnya kesorean. Habis, di rumah sepi! Main di pekarangan sendiri, di kebun belakang sendiri, nonton tipi sendiri, tidur sendiri. Karena itulah, dulu aku hobi perihara ayam, burung, dan ikan hias. Setidaknya, saat dilarang main ke luar rumah, aku bisa main dengan hewan-hewan peliharaanku.

Mungkin karena bosan di’sendirikan’, aku histeris senang saat akan disekolahkan di sekolah  yang berasrama. Meskipun harus berpisah dengan teman-teman peliharaanku.. ya setidaknya mereka dapat merasakan hidup di alam bebas, justru sekarang aku yang ingin terpenjara. Saat beberapa teman se-asramaku merengek minta pulang, aku malah tidak mau pulang. Lebih betah di asrama, karena di sini aku lebih banyak teman, dan tempat ini menghapus ‘kesendirianku’.

Tamat SMU aku hijrah kuliah ke Jakarta. Lagi-lagi di Jakarta tinggal sendiri. Memang ada saudara sih, tapi kok rasanya saat itu aku justru lebih senang sendiri. Masa-masa inilah aku mengenal spider solitaire dan kakaknya solitaire. Ya, solitaire dan sendiri. Karakter game ini cocok dengan karakter orang yang senang strategi dan senang menikmati kesendiriannya. Seperti aku..

Solitaire tidak berbicara padamu, tapi ia paham dan memberi kunci saat hati dan pikiranmu tergembok. Ia juga banyak memberi alternative pilihan sesuai kemampuanmu. Solitaire memberitahumu lewat isyarat bunyi, ia juga memberi aplaus saat kamu meraih sukses.

Teori psikologi-nya, “Karakter seseorang saat remaja dan menjelang dewasa, biasanya dipengaruhi oleh karakternya saat masih kanak-kanak". Aku terbiasa sendiri dari kecil, ternyata kondisi itu sedikit banyaknya berpengaruh pada kejiawaan-ku sekarang. Aku lebih sering memendam masalahku sendiri, daripada menceritakannya pada orang lain. Kalau sudah membuncah, paling buat puisi sebagai lampiasan. Aku suka duduk sendiri di plafon rumah sambil menatap langit, ‘tadabur!’ kilahku bila ada yang mempertanyakan.

Aku selalu kikuk saat menyampaikan perasaanku pada orang lain, baik saat marah ataupun suka. Aku tidak mempunyai sahabat yang sangat akrab seperti di film-film, buatku semua temanku adalah sahabatku, dan tidak ada yang terlalu istimewa, semua sama. Aku lebih senang jalan sendirian dan berpetualang sendiri ke tempat-tempat yang baru, bertemu orang-orang yang baru, budaya yang baru. Aku punya dunia sendiri, dunia sadah.. 

Solitaire juga temanku, aku bisa langsung berkomunikasi dua arah dengannya. Semakin sering aku gagal saat menaklukkan solitaire empat kartu, rasanya semakin akrab aku dengannya. Tidak jarang juga aku kesal karena gagal terus, lalu berpaling hati bermain catur atau zuma. Solitaire dan sendiri, entahlah, ini sebuah kebetulan atau apa. Jangan-jangan kondisi kejiwaan menuntun raga untuk condong pada game tertentu!? Atau sebaliknya, game yang sering kita mainkan, menunjukkan kondisi kejiwaan tertentu!?

Sumber Gambar
Seberapa dekat kamu dengan solitaire? 


Tulisan 'Solitaire dan Sendiri' ini diikutkan pada perhelatan GIVEAWAY :  PRIBADI MANDIRI yang diselenggarakan oleh Imelda Coutrier dan Nicamperenique.

Salam,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar