Tampilkan postingan dengan label Catatan Calon Bunda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Calon Bunda. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 April 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary5

JANGAN JADIKAN HAMIL SEBAGAI ALASAN

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (14-15)

Lemah yang bertambah-tambah, yah itulah yang akan dirasakan setiap ibu hamil seiring dengan perkembangan janinnya. Kondisi perut yang semakin besar, semakin menyulitkan setiap aktivitasnya. Jika dia dulu seorang ibu lincah bergerak kesana kemari, sekarang tidak lagi ketika kehamilan sudah besar. Seorang ibu dituntut untuk lebih hati-hati dalam menjaga kandungannya.


Dan itu juga yang saya rasakan. Akhir-akhir ini, setiap melakukan pekerjaan rumah selalu mudah cape dan sedikit sulit bernafas. Namun parahnya, kondisi ini justru saya jadikan sebagai alasan untuk berleha-leha dan dengan sesuka hati menambah intensitas waktu istirahat. Saat ini saya lebih sering ada di rumah dan menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer untuk internetan atau pun menyelesaikan deadline tulisan. Padahal harusnya jangan gitu yaaa. Iya kan? Itu ngga baik nona. Di luar sana masih banyak majelis-majelis ilmu yang bisa saya datangi yang jaraknya juga tak terlalu jauh dari rumah.

Kita bisa berkaca pada kisahnya Asma binti Abu Bakar yang melakukan hijrah ke Madinah ketika dia tengah hamil tua. Subhanallah, nggak kebayang kan betapa besar perjuangannya? Dia harus berjalan beratus-ratus kilo meter di tengah padang pasir dengan perut yang besar. Kalau saya, di suruh jalan kaki beberapa ratus meter pun masih berpikir ulang beberpa kali. Cape lah. Nanti perutnya kram lah. Dan segudang alasan lainnya. Eh ko jadi buka aib gini yaaa? ^^
Sebenarnya tak ada maksud untuk membuka aib, tapi saya hanya ingin berbagi pengalaman saja, supaya para ibu dan calon ibu, ketika nanti diberi kesempatan untuk hamil, maka tidak menjadikan hamilnya sebagai alasan untuk leha-leha dan lalai dari kewajiban.

Justru, ketika pengorbanan dan perjuangan yang kita lakukan semakin besar, semakin banyak pula balasan yang akan kita dapatkan. Insya Allah.

Ini pesan dari mamah saya, untuk menanggapi kemalasan saya akhir-akhir ini.
“Teteh, nggak boleh gitu. Sekarang teteh itu lagi difotokopi. Anak teteh itu ngerasain apa yang teteh lakukan setiap hari. Kalau teteh sekarang males-malesan terus, jangan salahkan siapa pun kalo nanti anak teteh juga jadi orang males.”
Ini bener loh, karena seperti dalam kisah Asma binti Abu Bakar. Dari rahimnya itu lahirlah seorang pejuang islam yang tangguh, Abdullah bin Zubair. Abdullah bin Zubair kemudian menjadi pemimpin orang-orang yang beriman. la ikut dalam beberapa pertempuran dahsyat padahal ia masih muda. Dia tampil dengan keberanian yang luar biasa. la juga ikut dalam penaklukan Afrika, Andalusia dan Kostantinopel.Subhanallah.

Macan lahir dari macan. Bukan dari ayam!

Kamis, 29 Maret 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary4

ULTRASONOGRAFI

USG atau ultrasonografi adalah hal yang pernah dilakukan hampir semua ibu hamil. Termasuk aku. Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, kini seorang ibu bisa menjenguk anaknya yang masih di dalam kandungan hanya dengan menatap layar monitor di depannya. Dan USG ini, menurut beberapa ahli psikologi bisa mempererat cemistry antara ibu dan anaknya.

USG menggunakan suara ultra untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, hingga bisa digunakan untuk memeriksa organ. Menurut artikel kehamilan yang pernah kubaca, waktu terbaik menjalani USG adalah pada saat usia kehamilan 3, 7, dan 9 bulan. Pada usia 3 bulan untuk memastikan apakah janin berkembang atau tidak. Pada usia 7 bulan, untuk memastikan kelengkapan organ-organ tubuh. Dan pada usia 9 bulan untuk melihat apakah posisi bayi memungkin untuk persalinan normal atau tidak.


Pengalaman menjalani USG adalah sesuatu yang tak mungkin kulupakan. Kenapa? Karena ketika aku melihat anakku di layar monitor, sungguh saat itu aku merasakan betapa Allah sangat mencintaiku, betapa Allah adalah sebaik-baiknya pencipta dan satu-satunya Sang Mahakuasa. Dalam layar yang hanya 14 inchi itu dan dalam waktu yang tak lebih dari 10 menit, aku dapat dengan jelas melihat bukti nyata bahwa kita ada di dunia ini karena ada yang menciptakan. Bukan terjadi secara kebetulan seperti apa yang di jelaskan oleh teori darwinisme. Semua orang tahu jika tubuh manusia tersusun dari sistem tubuh yang sangat kompleks. Hal ini tentu saja, meruntuhkan teori darwin tentang teori kebetulannya. Bisakah yang kebetulan terjadi sesempurna dan sekompleks ini?


Dalam ilmu biologi dijelaskan bahwa ovum dan sperma adalah dua unsur yang saling melengkapi. Dimana, hanya spermalah yang bisa membuahi ovum, dan hanya ovumlah tujuan sang sperma. Setelah proses pembuahan terjadi, terbentuklah zigot yang mengalami pembelahan secara terus menerus. Sel-sel yang telah terbelah ini, yang strukturnya sama dan memiliki genetika serta DNA yang sama, kemudian berubah menjadi organ yang berbeda-beda, ada yang berubah menjadi jantung, tangan, kaki dan organ-organ lainnya. Bagaimana mungkin sel yang tak memiliki akal atau bahkan kendali bisa bergerak dengan koordinasi sesempurna ini? Sungguh tidak salah jika kita mengatakan, tentu saja ada yang lebih kuasa untuk mengaturnya. Dan siapa lagi kalau bukan Allah.


sumber : danish.com
Menurut saya, teori darwinisme adalah sebuah teori yang tak berlandaskan sains, namun hanya sebuah alat yang digunakan para atheisme untuk mencari bukti keyakinan mereka jika tak ada penciptaan di alam semesta ini.

Setelah melihat tubuh anakku bahkan mendengar detak jantungnya, saya menangis. Saya sadar bahwa betapa kita hanyalah setitik makhluk kecil di tengah ciptaan-Nya yang luar biasa. Dan betapa sombongnya kita ketika kita berjalan di muka bumi ini dengan tidak menghamba pada-Nya.


12.Dan sesungguhnya Kami telahmenciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 
13.Kemudian Kamijadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yangkokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan diamakhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. [QS. al-Mukminun (23):12-14]

*Ketagihan, pengen USG lagi deh ^^

Selasa, 13 Maret 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary3

#Diary3

BEDREST

Setelah hampir 3 minggu mendapat kabar baik dari si testpek, aku dan suamiku memutuskan untuk pergi ke Bu Bidan. Keputusannya, periksa ke bu Bidan saja dulu, kalo ada apa-apa atau mau USG baru ke dokter kandungan. * hehehe pasangan ngirit. Pertimbangan kami berdua, tarif pemeriksaan di Bu Bidan jauh lebih murah dibandingkan di dokter spesialis.



Sekitar pukul 1 siang, meluncurlah kami ke rumah Bu Bidan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sementara kami yang munggil. Dag dig dug tak karuan, itu yang kurasakan ketika sampai di tempat praktek Bu Bidan. Maklum, pengalaman pertama, jadi rasanya itu kayaaaaaa ngemut durian. Lho?


Jreng.... jreng.. jreng di mulailah proses pemeriksaan yang diawali dengan menanyakan identitas si ibu terlebih dahulu. For your information, Sejak memulai perbincangan, Bu Bidan tak pernah memanggilku “IBU” loh. Bu bidan tahu kali ya, kalau aku masih unyu-unyu. Dia memanggilku dengan sebutan MBA. Saaaaaah, perbincangan berlanjut sampai pada pertanyaan,
“Usianya berapa, Mba?”
Dan dengan tegas kujawab, “19 tahun, Bu.” (Sambil nyengir)
Bu bidan diam sejenak kemudian kembali menulis. “Oh, iya, ngga apa-apa.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Kalau Soimah, pasti udah bilang dengan sangat lantang, MASALAH BUAT LO? Tapi kalau Aisyah hanya tersenyum simpul malu-malu. * yaelaaaaah :p

Proses pemeriksaan diawali dengan mengukur tekanan darah seperti biasanya. Alhamdulillah, tekanan darahku normal. Selanjutnya, pengukuran berat badan. Dan saat itu berat badanku 40 kilo. Belum mengalami penggendutan yang cukup signifikan. Setelah Bu Bidan menanyakan HPHT-ku (Hari Pertama Haid Terakhir), terkuaklah jika usia kandunganku sudah memasuki minggu ke 6. Ohh, baru tahu ya, kalau menghitung usia kehamilan itu lewat HPHT. Proses selanjutnya, Bu Bidan mengajakku ke kasur. Hahha. Hanya untuk meriksa loh. “Maaf, Mba.” Dan dengan ragu-ragu aku membuka baju, eh eh, pas bagian perutnya aja ding. Bu Bidan tersenyum. “NggaK apa-apa, Mba, kan sama-sama perempuan, ngga usah tegang.” Dan aku kembali menghadiahi si Bu Bidan ini senyum simpul malu-malu. Walaupun sama-sama perempuan, tetep aja malu kan?

Setelah memegang perutku sebentar, Bu Bidan mengajakku kembali ke meja periksa.
“Kalau usia kandungannya baru 6 minggu emang belum ke pegang, Mba.”
Lah, kalau belum kepegang kenapa tadi pegang-pegang coba? Tapi ah, sudahlah... mungkin ini memang prosedur pemeriksaan yang harus dilalui.
Kemudian dengan polosnya aku mengatakan jika setelah telat 5 hari, sempat keluar bercak darah. “Itu kenapa, ya, Bu? Tapi kalau saya baca di internet katanya nggak apa-apa. Itu proses biasa. Tapi ada juga yang bilang kalau itu ancaman keguguran.” (Ini pasien so tauuuuu banget yaaa. Kalau tahu ngapai nanya coba?)
“Banyak nggak, Mba? Iya. Kalau keluar bercak darah dikhawatirkan itu memang ancaman keguguran. Kalau kandungannya masih muda. Memang jangan terlalu kecapean Mba-nya. Jadi saran saya, Mba bedrest dulu selama satu bulan.”
“Hah?”
“Iya bedrest. Jadi Mba jangan ngelakuin apa-apa dulu. Diem aja di tempat tidur. Boleh turun kalau mau buang air, mandi, makan atau shalat aja.”

Bengong.
***

Setelah pemeriksaan itu, proses bedrest pun di mulai. Hasilnya, suamiku memegang 2 kewajiban sekaligus. Mencari nafkah dan tentunya menggantikanku mengurus rumah tangga. Suami yang baik yaaa ^^. suamiku orangnya memang perhatian sekaliii. Hari-hari pertama, si bedrest ini memang memberiku kenyamanan dengan tak menuntutku melakukan apapun. Sepanjang hari aku hanya berbaring bak ratu saja. Tapi hari-hari setelahnya, aku merasakan jenuh yang luar biasa sangat. Badan pegel-pegel, dan rasanya hidupku tak berarti sama sekali. *Jleb. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali beraktifitas meski satu bulan belum berlalu dan suami sempat melarang dengan alasan, Nanti anak kita gimana? Hihihih. Ya, tapi mau gimana lagi? Sudah nggak kuat lagi.

Jadi inget kisah salah satu imam besar kaum muslimin, Imam Ahmad bin Hambal. Putranya Abdullah, suatu ahri bertanya kepadanya, “Abi, kapankah kita bersantai?”. Abdullah bertanya karena dia merasa Abinya selalu bekerja keras. Senantiasa menghidupkan sunah apalagi mengerjakan kewajibannya. Dengan lembut Imam Ahmad menjawab “Bersamaan dengan langkah pertama kita di surga.Subhanallah. Subhanallah. Sebuah jawaban yang benar-benar indah bukan?

Yap, surga memang tempat yang paling tepat untuk kita jadikan tempat peristirahatan terakhir. Sedangkan di dunia? Dunia adalah tempat kita mencari bekal untuk bertemu dengan Rabb kita. Jadi, jika kita selalu menuruti keinginan kita untuk beristirahat, kapan kiranya kantung-kantung perbekalan kita terisi? Dunia memang bukan tempat beristirahat, tapi dunia adalah lahan kita untuk berjuang. Right?

Kesimpulannya, Bedrest itu nggak Enak sama sekali!!!!

Selasa, 28 Februari 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary2

DIARY #2



Menjadi ibu yang baik adalah harapan setiap perempuan yang mengerti akan kodratnya sebagai seorang ibu dan mimpi setiap perempuan yang menyadari jika di hari yang setiap urusan hanya menjadi milik Allah, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kewajibannya, dalam hal ini adalah anak-anaknya. Setiap perempuan yang memahami tugasnya sebagai seorang ibu, akan mengerahkan segala upaya agar dia bisa menjadi teladan dan madrasah untuk anak-anaknya. Tak peduli sesulit apa pun dan seberat apa pun cobaan yang mesti dilaluinya. Dalam perjalanannya, kita bisa lihat banyak perempuan yang gagal menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Entah karena dia tak memahami perannya, entah karena dia tak memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik anak-anaknya, atau karena tuntutan keadaan yang mengharuskan mereka meninggalkan anak-anaknya dengan bekerja di luar rumah. Hmmm.


Sudah bukan menjadi rahasia umum jika pergaulan di masa sekarang sangat rentan dan ditumbuhi dengan bunga-bunga kemaksiatan. Mudah saja bagi orang yang tidak memiliki iman yang kuat untuk terjerumus pada arus pergaulan yang tidak baik. Menyadari akan hal ini, di masa-masa awal menjadi calon Bunda, aku di hantui dengan pertanyaan. MAMPUKAH AKU MENJADI IBU YANG BAIK? MAMPUKAH AKU MENDIDIK ANAK-ANAKKU KELAK MENJADI SEORANG MUSLIM DENGAN AQIDAH YANG KUAT? Mampukah? Mampukah? Pertanyaan ini muncul setiap kali aku melihat dunia luar yang dari ke hari kian menakutkan. Aku takut jika di hari penghisaban nanti, Allah akan murka kepadaku karena aku tak bisa mendidik anak-anakku untuk mencintaiNya.




Tapi, ada salah satu firmanNya yang membuatku kembali bangkit. Dan membuat keyakinanku tumbuh. “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya ” (AlBaqarah 286)


Nah, bukankah Allah sudah berjanji akan memampukan kita? Alhamdulillah berkat janjiNya, dukungan dari suami, keluarga dan sahabat, kini aku bisa tenang dan menepiskan setiap rasa khawatir.


Terlepas dari sebagian perempuan yang menelantarkan anak-anaknya atau yang memilih bekerja di luar rumah, aku yakin setiap perempuan sebenarnya bisa menjadi ibu yang baik. Bukankah hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan? Dan setiap pilihan pasti akan ada resikonya masing-masing. Secara pribadi, aku memang sudah berniat untuk tidak bekerja di luar rumah setelah punya anak nanti. Begitu pun suami. Menurutku, melihat tumbuh kembang anak-anak setiap detiknya, adalah sebuah momen yang lebih berharga dibandingkan dengan saat kita naik jabatan di tempat kita bekerja. Karena itulah aku berusaha keras bagaimana caranya agar aku tetap bisa berkarya meskipun berada di rumah. Ya, salah satunya dengan belajar menjadi seorang penulis.


Terakhir, tak ada yang perlu kita khawatirkan, Sahabat. Karena Allah selalu berada di sisi kita ^^ Tugas kita sekarang hanya mempersiapkan diri kita, ilmu, dan tentunya keimanan. Agar di hari akhir nanti, anak kita akan berkata:

"Ummi! Abi! masuk surga lewat sini sama Dede."



#Ayoooo bersiap menjadi ibu yang baik. Hwaitiiing.!!!

Rabu, 22 Februari 2012

CATATAN CALON BUNDA #Diary 1

#Diary 1



Assalamu'alaikum sahabatku ^^. Rencananya Catatan Calon unda ini akan menjadi proyek menulisku sampai melahirkan nanti, InsyaAllah. Dalam tulisan ini, aku hanya ingin berbagi pengalaman tentang betapa luar biasanya pengalaman menjadi salah satu perempuan yang dipercaya untuk mengandung. Oke oke, semoga kalian mendapatkan sesuatu setelah menelusuri setiap kata dalam tulisan ini yaaaaa.




Bismillah...



Dalam #Diary 1 ini, aku akan menceritakan detik-detik pertamaku menjadi calon bunda ^o^.
kisah indah ini berawal tanggal 15 September tahun lalu. Hari ini seharusnya aku sudah kedatangan si merah seperti biasanya. Tapi kok ini belum yaaaa?? Sebenernya udah seneng sekaligus penasaran. Tapi aku nggak mau geer dulu sekarang. Jangan-jangan seperti kejadian bulan lalu, sudah telat dua hari, sudah seneng bukan main, ternyata di sore hari datanglah si merah itu. Untuk kali ini aku mencoba pasrah saja. Toh, jika waktunya memang sudah tepat, Allah pasti tak akan menunda lagi untuk memberiku seorang anak. Namun, jika ternyata Allah masih belum memberi kita seorang anak, itu tandanya, Allah melihat kita belum mampu untuk menjadi orangtua.

Tanggal 20 September, tamu merah itu belum juga datang. Tapi di sore harinya, treng trenggg, datanglah dia mengetuk pintu. Yaaaaaah, langsung lemes lagiii. Tapi anehnya, malamnya dan besoknya pun si merah tak datang lagi. Jadi penasaran kan? Akhirnya suamiku membelikanku tespeck.

Saat itu tanggal 21 September pagi hari di kamar mandi, aku melihat dua garis merah dalam tespeck yang aku pegang. Subhanallah, Alhamdulillah. Hanya itu yang bisa aku ucapkan (dalam hati saja, soalnya lagi di kamar mandi kan? ^^) langsung saja kuberi tahukan kabar bahagia ini pada suamiku dan ibu mertuaku yang kebetulan saat itu tengah menginap di rumah. Alhamdulillah, lagi-lagi kalimat itu yang keluar dari lisan kami.

Segala puji bagiMu Robbi. Mahasuci Engkau. Engkaulah yang telah mengijinkanku untuk mengandung seorang calon mujahid. Engkaulah yang telah mengijinkanku untuk mengecap karuniaMu yang begitu besar ini dan Engkaulah sebaik-baikmya Pencipta.


Perjalananku sebagai calon Bunda pun di mulai. Prriiiiit.


Terhitung sejak saat itulah aku mulai mendownload murotal-murotal al-qur'an, rajin membaca surat yusuf, dan senang membaca artikel tentang ibu hamil atau seni mendidik anak dalam balutan ketaqwaan kepada Allah.

Rasanya itu sepertiiiiiii apa ya? Jika boleh kukatakan, aku seperti terlahir kembali sebagai seorang perempuan yang baru. Jarang berpikiran negtaif, rajin tadaruz, selalu berusaha menenangkan perasaan, tapi berubah jadi lebih sensitif. Hehhhe.


Terakhir, untuk para perempuan yang dipercaya oleh Allah untuk mengandung, berbahagialah, karena tak setiap perempuan bisa merasakannya ^^


Rasulullah saw bersabda:
“…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (Mustadrak Al-Wasail 2: bab 47, hlm 623)



#Saat itu, tubuhku belum merasakan kehadiran anakku, tapi hatiku sudah sangat merasakan jika dalam rahimku kini telah berdetak jantung seorang penakluk kota Roma ^^