Jumat, 31 Desember 2010


"No matter how far I threw myself up high away, I'll always fall down kissing the earth right after. Something always brings me back to you. My gravity." -- selfquote


"How I still remember the taste of our hop-hop chol-mond till now. It's a bit different from any other beverages. Cause it's special. Just like you." -- selfquote


Rabu, 29 Desember 2010

WALIMAH

Istilah ini tentu tidak asing lagi bagi kita. walimah yang sekarang diartikan pesta pernikahan ternyata telang mengalami generalisasi makna (perluasan makna). Walimah adalah istilah bangsa arab dahulu yang artinya makanan yang dihidangkan pada pesta pernikahan. Untuk soal makanan, bangsa arab ternyata sangat detail. Terbukti dengan beragam istilah yang mereka gunakan. Selain walimah ada istilah lain seperti ma’diah (makanan yang disuguhkan untuk tamu), i’zar (makanan saat acara khitanan), Kharas (makanan saat ada yang melahirkan), naqiah (makanan untuk menyambut anggota keluarga yang baru datang dari perantauan), dan lain sebagainya.
Pada momen kali ini, saya menghadiri walimahan si Hasan penjaga kafetaria tempat saya kuliah. Acaranya juga diadakan di kafetaria, jadi banyak mahasiswa yang hadir. Apalagi mahasiswa asing yang tinggal di flat kampus, ini adalah hiburan tersendiri bagi mereka sekaligus untuk mengenal budaya Sudan lebih dalam.
Di Sudan, walimah diadakan dua kali, pada malam hari dan pagi keesokan harinya. Untuk malam, acara dimulai pukul sembilan malam hingga larut. Bentuk acaranya adalah penghargaan atau ungkapan salute kepada si pengantin laki-laki. Karena dianggap telah berhasil menggenapi imannya. Tapi, simbol penghargaan mereka terbilang unik. Setiap orang berdiri dan mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi ke arah si pengantin. Jadi mirip gerakan rappers, hehe. 
Sambil didatangi tamu satu-persatu dengan penghargaan ala rapper itu. Si pengantin laki-laki dihias kedua tangan dan kakinya dengan corak khas sudan. Acara menghias tangan dan kaki ini disebut tahaalub, menggunakan pewarna dari dedaunan yang dikenal dengan daun haalib. Warna yang dihasilkan adalah merah kehitaman. Ternyata budaya menghias tangan dan kaki ini tidak hanya ada di india atau di aceh saja. Namun bedanya, di sudan, yang dihias tangan dan kakinya hanya pengantin laki-laki saja.
Lalu kemana pengantin perempuannya? Acara malam hari memang khusus bagi pengantin laki-laki sebagai bentuk penghargaan atas keberhasilannya menaklukkan wanita. Ya, unsur patriarki memang masih kental di negeri dua nil ini. Sedangkan si pengantin perempuan masih dipingit, dan akan dihadirkan pada keesokan harinya.
Saya agak kaget begitu terdengar hentakan musik secara tiba-tiba. Rupanya di sisi kanan kafetaria telah tersedia keyboard lengkap dengan soundsystem dan...ada biduan-nya juga!! 
Inilah inti acara yang ditunggu-tunggu. Saat sang biduan mengalunkan suara merdunya, satu persatu tamu yang hadir berdiri dan melantai...! Tidak jauh beda dengan suasana saat konser dangdut di negara kita. Sebagian besar tamu, laki-laki maupun perempuan larut dalam alunan musik dan gerakan tubuh mereka. Sesekali terdengar suara ekspresi kegembiraan wanita khas timur tengah ; 
“ey..yay..yay..ya..!! leleleleeleeelleeelleeelee....!!!. ey..yay..yay..ya..!! leleleleeleeelleeelleeelee....ey..yay..yay..ya..!! leleleleeleeelleeelleeelee....!!!.” 
 (Suara ekspresi ini agak susah dibahasakan, bagi yang sering nonton film timur tengah pasti tau ^_^)

Selasa, 28 Desember 2010

Berburu di Pulau Umdum 2

Perburuan dilakukan malam hari. Ya, saat mangsa kita sedang tidur pulas. Burung yang menjadi target adalah burung merbuk. Bahasa sainsnya Geopelia striata, burung yang senang berkelompok ini memang paling enak digulai ataupun dibakar. Di pulau umdum ini, species ini mencapai jutaan jadi tidak perlu takut sampai punah.
Lima tim yang telah terbentuk siap menuju medan buru. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang yang mempunyai peran berbeda. Seorang eksekutor, pemegang senter dan seorang tukang jagal, hehe. Sebelum mangsa menghembuskan nafas terakhirnya, si tukang jagal dengan sigab langsung menyembelih sesuai dengan syari’at Islam.
Luas pulau umdum kira-kira mencapai 15 ha. Jadi untuk jaga-jaga kami tetap saling berkomunikasi selama perburuan. Satu-satunya petunjuk arah adalah bintang utara. Kami berpatokan pada bintang di langit sebelah utara itu bila nantinya nyasar. Karena lokasi kemah kebetulan terletak tepat dibawah bintang yang tidak pernah redup itu.

Sementara yang lain berburu, dua orang relawan bertugas menjaga kemah dari binatang-binatang buas. Tentunya mereka bukan orang sembarangan. Minimal punya jurus menaklukkan harimau, hehe.
Oh ya, saya lupa menyinggung tentang senjata... bukan senapan angin, tidak pula panah apalagi pistol. Keadaaan Sudan yang belum sepenuhnya kondusif menyebabkan penggunaan senapan angin dan sejenisnya sedikit dibatasi. Senjata andalan kita malam ini adalah.. ‘KETAPEL’ !! Bahasa kerennya slingshot. Dan pelurunya pastilah batu J.. Perburuan malam ini, selain penuh tantangan dan menyenangkan juga cocok sebagai ajang penyaluran bakat bermain ketapel. Jadi ingat masa kanak-kanak di kampung, saat meng-ketapel buah mangga tetangga.
Sekitar pukul 12 malam para pemburu kembali ke kemah. Setelah dihitung – lumayan juga- malam ini kita dapat 60 ekor. Cukup banyak buat menu besok pagi sebelum kembali ke khartoum dengan seabreg aktifitas kuliah. Rona-rona puas tergambar jelas di wajah para snipers. Saling bercengkrama sambil memandang langit. Satu persatu tertidur dibuai angin malam.

Bintang utarapun mengedipkan matanya sambil berkata,
“Have a nice dream.. see u next hunt!”

Jumat, 24 Desember 2010

Perburuan Burung di Pulau Umdum

Hari ini para snipers sudah mempersiapkan segala hal untuk beraksi di Pulau Umdum. Mulai dari persiapan fisik, karena medan yang dilalui lumayan sulit. Jangan harap ada warteg di sana, jadi bekal untuk dimasak juga harus dibawa. Terutama air untuk bersuci, minum dan memasak. Satu lagi yang terpenting adalah senjata, lengkap dengan peluru sebanyak-banyaknya. 

Jarak dari Kota Khartoum menuju Pulau Umdum hanya sekitar 40 Km. Kira-kira hanya butuh 30 menit menggunakan mobil. Pulau tak berpenghuni ini terletak di seberang sungai nil. Tidak banyak yang berburu burung disini. Mungkin, hanya kolompok-kelompok kecil mahasiswa asal asia yang suka tantangan yang datang ke pulau ini. Menjalang ashar kami beranjak. Kalau pagi-pagi juga percuma, karena perburuan akan di mulai malam hari.
 
Sebelum sampai ke sungai nil yang berhadapan langsung ke pulau umdum, kita mau gak mau harus melewati sebuah perkampungan kumuh bernama ‘seyif’. Rumah-rumah kecil dari tanah liat berdiri kokoh mengelilingi sebuah pekuburan luas. Tidak ada nisan bertuliskan nama. Setiap kuburan hanya diberi tanda sebatang kayu. Entah bagaimana mereka membedakan kuburan keluarganya dengan kuburan yang lain?.. satu-satunya bangunan yang megah adalah sebuah mesjid yang terletak di sebelah pekuburan. Kami shalat ashar dan mengisi galon-galon besar dengan air untuk persiapan di Pulau Umdum.



Meskipun terbelakang, masyarakat yang rata-rata berprofesi pengembala domba ini cukup ramah pada warga asing. Saat melihat kami, sapaan  datang bertubi-tubi. “Nihauma..Nihauma...!” Ya wajarlah, mereka lebih mengenal Cina daripada Indonesia. Sambil menunggu perahu sewaan ke Pulau Umdum, kami tertarik melihat permainan tradisional anak-anak bernama ‘Hubla-hubla’. Bola tali yang diikatkan pada sebuah tiang. Permainan ini dimainkan oleh dua orang yang saling memukul bola ke arah lawan. Yang pululannya meleset dialah yang kalah. Hehe.. simple bukan? 
Hubla-hubla
 
Menyeberang sungai nil menggunakan perahu ala kadarnya bukanlah hal yang menyenangkan. Minimal harus bisa berenang untuk jaga-jaga. Meskipun tidak begitu dalam, arus bawah sungai ini cukup kuat untuk menghanyutkan seekor kerbau. 

Penyebrangan hanya memakan waktu berkisar 20 menit. Sampai di Pulau Umdum, sepasang lovebird merah langsung menyapa. Melihat burung-burung cantik ini, para snipers semakin bersemangat. Kami masuk lebih dalam melewati rerumputan setinggi dada, beberapa hummingbird sang penghisap madu langsung menjauh begitu melihat kami. Rintangan terbesar adalah pohon duri yang tumbuh dimana-mana. Tingginya bisa mencapai dua hingga 3 meter. Wajib hukumnya mengenakan pakayan tebal bila ke umdum. Jika tidak, kaki bisa tertusuk dan badan tergores dimana-mana. Karena itulah masyarakat sudan menamai pulau ini dengan pulau duri (umdum). Namun penampakan berbagai species burung, mulai yang cantik hingga yang aneh seakan sepadan dengan aral yang dihadapi.

Misi pertama adalah menemukan tempat berkemah yang strategis. Tempat yang lapang, dekat dengan sungai, banyak ranting kering untuk kayu bakar dan tentunya indah kalau di foto. Seperti tempat yang kami temukan. Waktu menjelang magrib masih lama. Sebagian langsung nyebur ke sungai nil untuk mandi. Meski tidak sejernih air sungai nil di Mesir, yang namanya sungai tetap aja menggoda naluri berenang. Sambil berenang kita juga menjala ikan, lumayanlah buat nambah lauk makan malam.

Hari sudah mulai gelap. Mudah-mudahan bulan tidak terlalu terang malam ini, agar burung-burung itu bisa tidur nyenyak. Sekarang tinggal persiapan untuk berburu selepas isya.. Senjata, selongsongan peluru, pisau untuk menyembelih, senter dan pakaian berburu. Perburuan dibagi dalam beberapa tim. Tiap tim terdiri dari tiga orang dengan tugas yang berbeda. Seorang eksekutor, pemegang senter, dan seorang yang siaga untuk menyembelih setiap burung yang didapat secepatnya.. (Bersambung...)

Selasa, 21 Desember 2010

CINTA

SobaRudiN
Fallow Sadah Twitter@IamSadah
Serial Sobarudin

SMU ANTARIKSA tiba2 geger oleh secarik kertas, ber-tinta merah dan diparaf langsung kepala sekolah; Teguh Amin S Pd.

Kertas yg ditempel di mading sekolah itu bertuliskan; NO 'LOVE2-an' AT SCHOOL!!

Siapa yg tidak tau Love? Faiz si bintang yg selalu tidur di kelas itu jg paham. Dan masa2 SMU adalah masa2 penuh cinta. Demikian pula di SMU ANTARIKSA..




Cinta dlm tanda kutip ini memang kerap bikin masalah. SMU Antariksa sudah beberapa kali terlibat tawuran dgn dalih cinta. Belum lg kasus merosotnya nilai seorang siswa yg terlibat cinta. Bahkan ada yg putus sekolah setelah putus cinta..

Tapi, ada apa dibalik peraturan yang tidak biasa ini, hanya P'Teguh yg tau..

Suasana di dpn mading masih gaduh, para bintang meneriakkan protes. Guru2 sedikit kewalahan menghalau mereka ke kelas. Sobar dan guru2 yg sdh menikah tersenyum membaca peraturan yg tdk lazim ada di SMU ini, beberapa guru2 lajangpun tersenyum meski terlihat agak hambar.

Keadaan berangsur tenang, belajar mengajar berjalan seperti biasa. Namun sobar banyak menemukan wajah2 murung hari ini..

"Sedemikiankah kekuatan cinta?" tanya sobar dlm hati.

Salah satu wajah murung itu milik Bu Cahya. Meski berwajah cantik, sobar dapat melihat garis2 getir disana. Bu cahya memang slh satu guru yg msh sigle. Bu guru yg biasanya ceria itu, hari ini memendam duka, menyudut berdua bersama blackberry kesayangannya.

Sementara itu, Teguh Amin, sang kepala sekolah sedang tidak mau diganggu. Dalam ruangan pribadi, Pak Teguh terus memandangi barisan sms di layar ponselnya. Terus dibaca berulang-ulang.. Berkali-kali..

"Bapak salah paham, saya tidak bilang saya menolak menikah dengan Bapak, apalagi cuma gara-gara Bapak seorang duda.. saya cuma minta waktu untuk memikirkannya... Peraturan yg Bapak buat hari ini, apa berlaku untuk hubungan kt juga....???" from: Cahya Rembulan."

Senin, 20 Desember 2010

Discover Life

"When we were five, they asked us what we wanted to be when we grew up. Our answers were things like astronaut, president… or in my case, princess. When we were ten, they asked us again and we answered – rock star, cowboy, or in my case, gold medalist. But now that we’ve grown up, they want a serious answer. Well, how ‘bout this: who the hell knows?! This isn’t the time to make hard and fast decisions, this is the time to make mistakes. Take the wrong train and get stuck somewhere. Fall in love – a lot. Major in philosophy ‘cause there’s no way to make a career out of that. Change your mind. And change it again, because nothing's permanent… So make as many mistakes as you can. That way, someday, when they ask again what we want to be… we won’t have to guess. We’ll know.”





#ff this

Minggu, 19 Desember 2010

AKU (Chairil Anwar) Versi Arab


"أنا" لخير الأنوار

أنا
إذا حان وقتي
أريد ألا يراودنى أحد
ولا أنت كذلك

لا ينفع بكائك ولا رثائك

أنا حيوان ذليل
من المجموعة يطرد




وإن طعن جلدي الرصاص
أستقر فى المقاومة والمهاجمة

الجرح فأجرى بها بها مسيطرا
وما دمت جاريا
حتى شفيت من الوجع والحزن

وسوف لم أبال ذلك
أريد أن أعيش بعد ألف سنة قادمة

Terj. dari
 AKU 
Karya: Chairil Anwar

Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Kamis, 16 Desember 2010

AKRAB

Follow Sadah Twitter@FahrieSadah
Serial Sobarudin 
Di SMU ANTARIKSA , banyak peraturan tidak tertulis yg harus ditaati oleh setiap guru. Siapa yg membuatnya? Lingkungan! Siapa yg akan menghukum pelanggarnya?
Lingkungan!

Peraturan nomor satu : Jangan terlalu akrab dengan siswa!!

Sobarudin guru yg murah senyum, ramah, suka bercanda di sekolah maupun di luar. Jadi wajar ia disenangi oleh mayoritas anak didiknya. "Bila siswa bisa dikuasai di luar kelas, maka penguasaan kelas saat Proses Belajar Mengajar sangat mudah dilakukan" dalihnya.




Hari ini sobarudin dipanggil kepala sekolah. Ia mendapat teguran karena alasan terlalu akrab dengan siswa. Menurut Pak Teguh sang kepsek, ulahnya itu menyebabkan para siswa tidak lagi menaruh hormat pada para guru. Tidak patuh, bahkan bersikap seperti pada temannya sendiri..

"Ini pasti laporan dari si lingkungan!" batin sobar. Ia sama sekali tidak membantah Pak Teguh. Walaupun ia merasa sikap para siswa padanya maupun guru-guru yang lain wajar2 saja, tidk ada yg berubah.

"Percuma saja berurusan dengan si lingkungan! Gk akan ada ujungnya." Batinnya lagi.

***

Bireuen, kabupaten di Aceh yang dikenal dengan julukan 'Kota Juang' ini jauh lebih panas siang itu. jalanan berkilauan di terpa matahari tanpa ampun, suara lalu lalang kendaraan di simpang tugu makin membuat gerah suasana siang itu. Deretan pertokoan tak beraturan, saling tindih saling rebut saling sikut, memang kota ini tidak pernah sepi.

Maimun, Si tukang parkir spesialis simpang tugu terlihat mondar-mandir dengan kemeja putihnya yang menguning karena terlalu lama direndam keringat. Tepat dibawah lampu merah, seorang nenek tua yang lusuh tersenyum manis telika seorang remaja menyelipkan selembar uang ke tangannya dan menutupnya rapat-rapat, "Pulanglah Nek, bahaya duduk disini..Ini buat bekal dirumah ya.." kata remaja itu diikuti anggukan kepala Nek Ti. dan remaja itupun membimbing Nek Ti naik becak menuju kediamannya.

"Coba lihat Nek Ti berapa dikasi sama anak itu?" Goda Apa Man si tukang becak. Urat2 keriput di wajah Nek Ti mengisyaratkan kebahagiaan tak terkira setelah genggaman itu terbuka, ada foto Ngurah Rai disana. Sudah puluhan tahun ia tidak menggenggam uang sebanyak itu. Ia cuma bisa nyengir menjawab pertanyaan Apa Man.

Di meja paling pojok dalam warkop 'lampu merah', sobarudin sedang menyeruput kopi weng yang baru dipesannya. "Memang nikmat sekali kopi weng bila sedang lelah begini," batinnya. Maklum jarak tempuh perjalanan dari tempat tinggalnya di desa Antariksa ke Bireuen memakan waktu sekitar satu jam setengah. Sobar bisa dikatakan sering nongkrong disini kongkow dengan teman2nya atau cuma untuk menikmati segelas kopi weng 'lampu merah'. Selain itu, Sobar merasa lebih ekspresif karena disini tidak ada yang tahu dia seorang guru.

"Mun, tolong panggil anak itu kesini!" Seru Sobar. Maimun yang masih terlihat bolak balik itu memang kebetulan sedang berada di dekat remaja tadi. "Hai dek, di panggil Bang Sobar tuh" katanya sambil menunjuk ke arah sobar.

Remaja itu pun menoleh dan menjawab lambaian sobar, "Sudah lama Pak?" tegurnya seraya mengambil kursi buat duduk.

"Cukup lama untuk memperhatikan perbuatan mulia kamu tadi, mau pesan apa? Roni Si remaja tadi tersipu, menarik-narik jambulnya yang minggu lalu di gunting oleh sobar.

"Santai aja Ron, ternyata kamu itu anak baik. bapak heran kenapa kamu di sekolah bisa di cap murid paling bandel.."

"Ah, bapak bisa aja.." Jawabnya sambil diam diam menarik rokok yang dari tadi nangkring di telinganya dan membuangnya ke bawah.

"Ngapain kamu buang?" Roni menarik-narik jambulnya lagi..

"Well, krn bapak jg merokok jd km gk bpk larang! Disini berlaku peraturan bapak, tapi di sekolah yg berlaku peraturan sklah! Kl bpk lihat km merokok di sklh kamu bpk cincang!!" kt sobar waktu itu.

"Siap Pak!" jawabnya dgn sikap hormat bendera.

Sobar sadar apa yg dilakukannya sangat riskan, duduk2 dengan murid sambil merokok bersama. citranya sbg guru di masyarakat bs tercoreng.

"Ron, bpk beri km kepercayaan. Bpk lihat km cukup berpengaruh di kelas. Bisa tidak km menjamin teman2 kamu tidak gaduh saat belajar??"

"Bisa Pak!" sahut Roni tegas.

"Ok, habiskan kopimu, kt pulang sekarang!" Sobar tdk mau berlama-lama.

Walau ia telah memilih warkop yg jauh dari t4 tinggalnya, tetap sj ia takut ada yg mengenalnya. Apa kt masy bila tau seorang guru kongkow dgn murid SMA nya sambil merokok bersama? Dan ternyata seorang miss lingkungan melihat semuanya..

***


Sobarudin, seorang guru SMA di pedesaan. Yg mayoritas masyarakatnya adalah nelayan. Pagi itu mengajar dgn semangat di kelas III-5. Kelas yg menjadi momok para guru, kelas yg dihuni anak2 pesisir liar, yg mayoritar berkulit legam, dengan rambut pirang alami dan bersuara lengking. beberapa diantaranya pernah tinggal kelas 2 tahun berturut-turut.

Namun hari ini kelas ini senyap..diam..patuh..teratur dan sopan... Sobar berdiri tenang sambil mengelus jenggot tipisnya lalu menyapu pandangan ke seluruh penjuru galaxy. Di bangku paling belakang, seorang bintang bernama Roni Munji mengedipkan mata padanya. Sobar hanya membalas dengan anggukan kepala.

"Hmm...ternyata anak2 pantai ini hanya butuh sebuah kepercayaan..." gumannya dalam hati
..

By:  http://jabanahsadah.blogspot.com/

Minggu, 12 Desember 2010

SMU ANTARIKSA


Follow Sadah Twitter@IamSadah 

Serial Sobarudin

Pagi ini Sobarudin datang lebih awal. Sambil mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi, sobar menyenderkan punggungnya pada gerbang sekolah yang telah terbuka setengah. Siapa lagi kalau bukan Adun si penjaga sekolah yang buka. Sobar menyapu pandangannya ke seluruh penjuru sekolah. Di kejauhan terlihat Adun sedang membuka pintu kelas satu-persatu. Melihat sekolah yang telah menjadi lahan abdinya selama sepuluh tahun terakhir ini, sobar jadi senyum-senyum sendiri..

SMU Antariksa mempunyai relief bangunan berbentuk persegi panjang. Mengelilingi lapangan volli dan Basket, juga digunakan untuk upacara bendera setiap seninnya. Dari gerbang sekolah, di sebelah kanan terlihat laboratorium serbaguna hingga ke sudut persegi. Disebut laboratoriun serbaguna kerena segala aktifitas yang berbau praktek seperti praktek biologi, fisika, kimia, bahasa hingga komputer dilakukan disini. Jangan ditanya sarana prakteknya, apalagi metode praktek yang diterapkan.

Di Labor ini hanya terdapat seonggok tengkorak tua yang sudah hilang beberapa rusuknya, sebuah CPU rusak untuk obok-obok TIK dan tipe butut untuk listening bahasa. Di dinding bagian dalam labor terlihat bermacam-macam poster mulai dari isi perut hewan, internet masuk desa hingga peringatan ancaman global warming.



Toh, pada perjalanannya labor ini lebih serinmg digunakan sebagai tempat musyawarah antar sekolah terdekat, dengan masyarakat maupuin walimurid. Di samping labor terdapat ruang kepsek, keduanya membentul letter eL. lalu ruang dewan guru, gudang, kelas tidak terpakai dan ruang kelas satu hingga kelas tiga yang di pisahkan oleh Musholla, toilet , dan perpustakaan.

Yang paling bisa membuat Sobar betah berlama-lama di sekolah itu adalah barisan pohon kenanga yang tumbuh teratur di titik-titik strategis setiap bangunan yang ada. Keseluruhan jumlahnya ada 25 pohon. Bunganya hijhau kekuningan , bergelung seperti bintang laut dan menyebarkan aroma wangi yang menghanyutkan. Pohon yang masih famili annonaceae ini tergolong rajin berbunga. Dan entah siapa yang memulai, sayup-sayup terdengar "SMU Kenanga" adalah nama lain dari SMU Antariksa.

Gudang dan sebuah kelas yang tidak terpakai terletak di sisi kanan ruang dewan guru. Tidak ada yang istimewa dari gudang sekolah. Hanya berfungsi untuk menyimpan potongan-potongan kursi atau meja patah. Yang nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar memasak daging saat acara-acara besar di sekolah seperti Maulid Nabi atau hari meugang menjelang Ramadhan.

Lebih menarik membayangkan Kelas tidak terpakai yang menyatu dengan gudang. Kelas ini dinamakan 'Kelas Sunti'. Kelas Sunti tidak pernah digunakan sejak awal berdiri SMU Antariksa pada tahun 1968, berhantu katanya. Wejang Mak sunti, tokoh spiritual yang terpandang di desa Antariksa memang sangat dirunut warga. Maklum, masyarakat desa Antariksa yang mayoritas berprofesi nelayan itu memang lekat dengan hal-hal berbau mistis, keramat dan pantangan. Termasuk pantangan menggunakan kelas ini.

Menurut Mak Sunti, jin penguasa pantai Antariksa pernah menemuinya dan meminta kelas itu sebagai tempat anak-anak jin belajar. Bahkan setelah Mak Sunti wafat pada tahun 1972, wejangannya tetap dijalankan. Dan kelas inipun dinamakan kelas sunti'.
Seiring masa yang terus beranjak dewasa, banyak yang memicing sinis terhadap sikap komite sekolah yang tetap mempertahankan wejangan Mak Sunti. Hingga pada tahun 2008 teguran keras pernah datang dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten. Karena tidak ada tanggapan dari komite sekolah. Dinas Pendidikan kabupaten menurunkan staftnya untuk turun lapangan dan membuka paksa segel mistis tersebut. Akhirnya komite sekolah terpaksa mengangguk ketika ultimatum dikeluarkan. "Kelas sunti harus digunakan, atau komite dan perangkat sekolah akan diganti!!". Bisa saja komite sekolah berkeras hati. Toh seluruh warga Desa Antariksa siap membela mereka. Namun ternyata, dalam lubuk hati mereka terselip rasa penasaran atas keganjilan ini.

"Bagaimana bila wejang Mak sunti dilanggar?"

Entahlah, Sobar tidak sepenuhnya percaya dengan mistis. ia juga tidak sepenuhnya mengingkari. Alam ghaib pada kenyataannya memang ada. Dan kawasan pesisir termasuk territorial favorit paraa jin penghuni alam ghaib.

Di depan gudang dan kelas sunti, tumbuh beberapa pohon jambu bol yang rimbun. Memberikan kesejukan sekaligus menghalangi hujan dan sinar matahari langsung menerpa deretan sepeda dan motor yang terparkir disana. Ya, halaman kosong di depan gudang dan kelas sunti digunakan sebagai tempat parkir roda dua.

Sebagaimana sekolah pedesaan yang umumnya asri, SMU Antariksa juga terasa teduh dengan pepohonan. Selain puluhan pohon kenanga yang semerbak, tiga pohon jambu bol yang rimbun, taman mungil di depan kantor kepsek dan taman border di sepanjang pagar depan sekolah. Di depan Musolla dan perpustakaan Terdapat pula dua pohon pala yang menjulang tinggi hingga puluhan meter. Konon katanya pohon ini sudah berumur ratusan tahun. Beberapa LSM yang datang ke sekolah acap menyarankan agar pohon pala itu ditebang saja. Alasan mereka pohon pala ini terlalu tua. Selain tidak produktif atau tidak akan berbuah lagi, dikhawatirkan pohon itu suatu saat bisa tumbang dan mencelakakan para siswa. Apalagi di Aceh sering gempa akhir-akhir ini. Sobar setuju, beberapa guru lain juga setuju. Tapi, lagi-lagi para tokoh masyarakat dan sesepuh desa yang sudah merasa menyatu dengan SMU Antariksa menentang rencana penebangan itu habis-habisan, bisa kualat katanya.

Meski subur dengan pepohonan dan aroma mistis, SMU Antariksa jauh dari kesan Angker. Justru yang terasa adalah nuansa klasik yang menentramkan jiwa. Apalagi saat musim hujan. Menjelang hujan turun, gerombolan burung kecil terbang rendah memenuhi area sekolah. Para bintang menyebutnya burung hujan. Sesekali salah satu diantara mereka nyelonong ke dalam kelas, dan langsung diteriaki para bintang, "Tangkap.., tangkap..!!". Saat hujan deras menghantam bumi, beberapa bintang terlihat lari-lari kecil mengitari lapangan olah raga. Hehe, itu pasti ulah Pak Bruno. Semua guru dan bintang sudah hafal tabiat guru fisika yang hobi menghukum ini. Pak Bruno bukan tidak tahu bahaya hujan yang menerpa tubuh secara langsung. Tapi, untuk anak-anak pantai ini hujan hanya mengelitik daya tahan tubuh mereka. Makum, mereka sudah akrab dengan badai laut sekalipun. Dan di penghujung hujan, kenanga itu makin semerbak menebar aroma.

Selain itu, SMU Antariksa juga menyimpan sejuta cerita tentang fenomena dan intrik dalam dunia pendidikan. Belum lagi sekelumit masalah eksternal dan internal yang mempengaruhi citra sekolah. Ada juga cerita tentang pribadi-pribadi para guru dan bintang yang istimewa.

"Selamat pagi Pak..!!" Teriak beberapa bintang membuyarkan lamunan sobar

"Pagi anak-anak..!" Jawab Sobar yang langsung menguasai diri

"Tin-tin", Klaksson mobil Pak Teguh sang kepala sekolah kembali mengejutkannya. Bergegas sobar membuka gerbang lebar-lebar. Mobil Pak Teguh memasuki pekarangan sekolah diikuti para bintang dan beberapa guru. Sobar kembali tersenyum lebar, "Selamat datang hati-hati yang bersih, selamat datang para pencari cahaya Tuhan.." gumannya, lalu menarik nafas dalam dan melepasnya perlahan-lahan.

By : http://jabanahsadah.blogspot.com/

Selasa, 07 Desember 2010

STAGNAN

Be,
Semua bergerak, berputar, menari di lantai dansa
Kemarin, juga hari ini selalu sama
Kenapa kita ada hati, jika hanya membuat kita membatu?

Aku butuh rembulan yang menyemangati malam
Agar bisa melantai di lantai dansa itu esok hari
Bersamamu..



Be,
Raga dan jiwa terkadang susah akur
Makan tak selera, Berdoa tak berdaya
Kenapa kita ada nyawa, jika hanya membuat kita tak hidup?

Aku butuh sengatan laba yang membius parker
Agar bisa melesat, menyatukan raga dan jiwa
bersamamu..

Senin, 06 Desember 2010

Kisah sufi ; Hidup ibarat segenggam garam :)

oleh Muhammad Cholidi Asadil Alam pada 21 September 2010 jam 0:10
Nasihat buat diri sendiri dan sahabat yg ingin menyimak dan mengambil hikmah dari kisah ini. Sahabatku rahimakumullah,

Alkisah seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? ” sang Guru bertanya.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, ” jawab sang murid muda.

Sang Guru tertawa terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru. “Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.


Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. “Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke telaga di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke telaga.”

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke telaga, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir telaga. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air telaga, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air telaga yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

Tentu saja, telaga ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air telaga ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru “Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air telaga sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah ditakdirkan oleh Allah swt, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan petuah Sang Guru Sufi yang terkenal bijaksana itu. “Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu akan sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya engkau tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu menjadi seluas telaga agar engkau bisa menikmati hidup”

Sahabatku rahimakumullah, Memang dalam perjalanan hidup, kita terkadang kita mengalami kondisi sulit : hari-hari terasa muram, masa depan gelap tak jelas, makin menggelisahkan. Ke sana-sini mencari kerja tak ada kepastian, seluruh jalan terasa buntu, setiap kali memulai usaha selalu merugi –terkadang ditipu kawan–, musibah datang silih berganti, tangisan anak merengek biaya sekolah, sementara penghasilan tak mencukupi, dan setimbun problema hidup lainnya.

Bila kebingungan mencekam, jalan keluar akan semakin buntu. semakin tercekam dalam kebingungan, psikologi menjadi kocar-kacir, segala program yang telah ditata berantakan, masa depan kian gelap , dan persoalan kian menimbun.

Tidak terhitung jumlah orang –utamanya orang yang tak memiliki iman—telah mengambil jalan pintas bunuh diri dikarenakan kebingungan mencari jalan keluar dari kesulitan hidup. Tidak sedikit, ribuan orang menjadi gila dan stress karena tak tahu bagaimana hendak menyikapi berbagai masalah yang dihadapi.

Sahabatku, apabila perasaan sedih membebani, menjadikan perasaan kalut tak terhindari, misalnya, karena kerugian selama ini yang harus ditanggung, apalagi jika diingat bagaimana ” capeknya” berusaha, siang malam bekerja keras hanya musibah yang datang memporak-porandakan semuanya ; perasaan sedih karena merasa sendirian, teman-teman yang pernah dibantu ternyata melupakan dirinya. Tak jarang, rasa menyesal dan kecewa muncul ketika itu.

Ketika rasa penyesalan demikian ini muncul, seluruh keikhlasan yang telah dilakukan hangus. Kesedihan akan semakin menumpuk dan membebani jiwa. Akan sia-sia, menyesali masa lalu, dan pada waktu yang sama, telah menggerogoti simpanan pahala. Semakin sedikit simpanan amal baik, maka semakin terasa sempit jiwa dan kehidupan kita.

Mengambil jalan Pintas? Melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi kepentingan sesaat dan keuntungan duniawi, seperti: menipu, mencuri, merampok, dlsb, sungguh tindakan jahat semacam itu bukan jalan keluar. Justru, makin mempersulit jalan hidup. Dengan tindakan jahat, kepercayaan orang lain akan hilang.

Bukankah modal utama dalam kesuksesan hidup tidak hanya terletak pada banyaknya uang, pun bukan pada kehebatan memasarkan diri, melainkan terletak pada sejauh mana orang lain mempercayai kita. Barang-barang haram yang kita peroleh tidak akan pernah membuat hidup menjadi tenang, tapi membuat semakin gelisah merasa dikejar-kejar sesuatu yang mengancam. Barang haram niscaya akan membangun kerakusan baru : merasa haus untuk memburu lagi barang-barang haram yang baru. Kekayaan haram tidak mendatangkan berkah sama sekali : tak terasa kekayaan tiba-tiba habis begitu saja, sia-sia.

Bagaimana jalan keluarnya ? Pertama : melanjutkan usaha dan upaya kita dengan tetap jujur, dan menghindari segala perbuatan yang dibenci Allah swt.

Kedua : percaya bahwa segala yang menimpa hamba adalah karena takdir Allah. Meyakini, bahwa segala yang Allah takdirkan adalah yang terbaik buat kita. Dengan demikian, akan datang perasaan tenang karena dirasa yang diyakini : Allah maha Kaya, Maha Kuasa, dan Allah yang menentukan segala nasib hambaNya.

Selain kedekatan yang melahirkan rasa tenang, hidup akan semakin bersih ; kepercayaan orang lain akan semakin kuat. Selanjutnya, jalan hidup akan semakin terbuka lebar.

Ketiga : setiap kali seorang hamba memasuki kesulitan, berarti, kemudahan semakin dekat dan jalan keluar segera ditemukan. Janji Allah (Q.S. Alam Nasyrah : 5-6) :

“Fainna ma’al usyri yusra, inna ma’al usyri yusra”. (Maka bersama setiap kesulitan akan disertai kemudahan).

Seperti apa yang disampaikan oleh Guru Sufi tadi, dalam menyikapi ketetapan Allah, akan tergantung kepada diri kita masing-masing.

Sahabatku, penderitaan yang kita alami itu akan sangat tergantung dari besarnya hati kita. Dan seperti Guru sufi bilang dalam Notes di atas, bahwa segala masalah dalam hidup itu ibarati segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kita alami sepanjang kehidupann kita itu sudah ditakdirkan oleh Allah swt, sesuai untuk diri kita masing-masing. Jumlahnya-pun tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah.

Nah supaya kita tidak merasa menderita, marilah kita berhent menjadi gelas. Jadikan hati dalam dada kita menjadi seluas telaga agar kita bisa menikmati hidup dan yakinlah akan firman-NYA, bahwa ” “Fainna ma’al usyri yusra, inna ma’al usyri yusra”. (Maka bersama setiap kesulitan akan disertai kemudahan).

Wallahulam bissawab

Sepenggal Keikhlasan *^_^*

Angin sore yang sungguh menyejukkan. Meskipun ia hadir bersama hujan, namun tiada pantas bila masih saja terlintas ucap keluh kesah dari lisan seorang hamba. Karena, bukankah setiap tetesannya mengandung rahmat?
            Ku akhiri sore ini dengan menghadiri halaqoh rutin. Meskipun lumayan jauh tapi karena halaqoh tersebut selalu ku tunggu-tunggu, sulit rasnya bila tak hadir. Memang betul hari ini sejak Sang Surya berada diperpaduan langit, aku sudah pergi kesana kemari. Bila dirasakan lelah, tentu saja sangat lelah. Namun bukanlah suatu alasan yang tepat untuk tidak hadir di majelis dzikir tersebut. Dapat ku bayangkan betapa meruginya bila ku tak hadir. Akan ada materi-materi penting yang tertinggal, akan ada pembinaan ruhiyah yang tak sempurna, dan lainnya. Ah, sungguh merugi!
            Ditengah-tengah pembahasan materi tiba-tiba salah seorang temanku bertanya,
            ”Ustadzah, afwan bagaimana sih proses pernikahn yang sesuai syar’i?”Tanya Nova dengan malu-malu.
            ”Cie...teh Nova, mencurigakan nih. Ehm..ehm”Godaku
Yang lainpun tak kalah menggoda.
            ”Wah, Nov sama siapa?Kok nggak pernah cerita-cerita sih!”
            ”Ah, antunna ini! Aku kan Cuma bertanya!”Ucapnya.
            ”Yang jelas, tanpa pacaran. Dan hanya melalui proses ta’aruf lalu khitbah kemudian akad, dan walimah jika diperlukan.”Jawab Murobbiyahku
            ”Hm...saya jadi teringat, karena kalian sebentar lagi lulus kuliah, sebaiknya kalian mempersiapkan perkara tersebut sejak dini”Lanjut murabbiyahku.


            Memang benar perkara pernikahan harus disiapkan sejak dini. Karena kita tak pernah tahu kapan proposal nikah itu datang.
            Pikiranku pun melayang jauh. Siapakah pendamping hidupku? Apakah sesuai dengan yang selama ini ku harapkan?Seorang ustadz yang tarbiyah san dakwahnya tak perlu diragukan lagi. Ustadz yang mencintai Allah lebih dari apapun. Sehingga ia dapat mencintai diriku sebagai istrinya.
            Tak terasa malam kian menjelang. Halaqoh hari ini berkahir dengan sangat syahdu. Perbincangan pernikahan yang sungguh sangat luar biasa dan sangat berarti. Meskipun bagi kebanyakan orang, usia delapan belas tahun intu merupakan usia yang masih jauh dari mahligai pernikahan namun, apa salahnya jika ku mengetahui lebih banyak.
Saat perjalanan pulang tiba-tiba ada seseorang yang mengirimkan sms,
”Assalamu’alaikum Wr Wb. ’afwan apakah ukhti ada waktu hari ini? Insya Allah murobbi ana ustadz Ahmad ingin menghubungi ukhti. Syukron”
Ku baca ulang sms yang masuk ke inbox. Perlahan ada yang berdesir di hatiku. Astagfirullahal ’adzhim. Cepat ku hilangkan fikiran andai-andaiku.
”Wa’alaikumsalam Wr Wb. Insya Allah ba’da isya. Jam 20.30. Syukron”

Setibanya di rumah, lekas ku ambil air wudhu dan menunaikan shalat maghrib. Tak lupa ku berdo’a memohon ampun karena ku telah berandai-andai. Bagaimana tidak. Keperluan apa yang dimiliki murobbi ikhwan kepada seorang akhwat melainkan.....
Astagfirullah....
Ba’da shalat isya, ku berdoa panjang. Do’a yang kidungnya berharap segala sesuatu merupakan kebaikan. Terus ku pegang erat handphoneku.
Tiba-tiba.....
”Assalamu’alaikum Wr Wb. Maaf apa benar ini dengan Lathifah?”
”Wa’alaikumsalam Wr Wb. Ya betul. Maaf ini dengan ustadz Ahmad?”Gugupku
”Ya betul. Maaf sebelumnya mengganggu. Ana mendapatkan amanah dari salah seorang mutarobbi ana yang hendak berta’aruf serius dengan ukhti. Untuk itu bolehkah ana meminta nomor murobbiyah ukhti. Karena ana mohon maaf sebelumnya perkara seperti ini lebih baik dibicarakan dengan murobbiyah ukhti. Namun, karena ana tidak menemukan data ukhti, ana memutuskan untk menelpon ukhti”
”Tidak apa-apa ustadz...”jawabku.
Setelah lima belas menit lebih kami usai berbicara, tiba-tiba mama masuk,
”Maafkan mama nak...”Ucap beratnya.
”Mama mendengar pembicaraanmu dengan ustadz tadi. Mama rasa, mama tidak setuju bila kau menikah tahun ini.”
Ada yang ku rasakan berbeda akan kalimatnya tadi. Bukan, bukan kalimat itu yang ku inginkan. Perlahan ada yang berderai di mataku. Mengingatkanku pada tiga tahun lalu, saat sujud malamku, menampung kidung doaku........
”Jikalau berkah umur ini sampai, maka sampaikanlah aku mujahid seperti dia..”
Dan kini tawaran itu berada didepan mata. Saat ini. Saat usiaku masih delapan belas tahun.

Kini ku hanya mampu berdoa, berharap yang terbaik kelak.. Ku resapi apa yang ada dalam hatiku kini dalam Sholat Istikhorohku.
            ”Ya Rabb, Engkau yang mengetahui isi hati hamba, sungguh sulit menentukan keputusan itu.
Ya Rabb, hamba malu pada Mu, apa benar diri ini pantas?banyak yang belum hamba ketahui...”
            Keesokan harinya, aku konsultasikan pada ustadzah Tika. Terutama tentang mimpi dan keyakinan hatiku. Belialulah murobbiyah yang selalu membimbing dan memberikan semangat dalam jalan dakwah ini.
            Aku lalui hari ini dengan berdiskusi. Aku terhenyak oleh perkataan murobbiyahku.
            ”Yang terpenting sekarang, apakah orangtuamu merestui bila kau menikah saat ini Thif?Thifah harus mementingkan perasaan orangtuamu. Meskipun bagimu tak apa bila kehidupan rumah tanggamu kelak sangat sederhana, namun bagi orangtuamu mereka akan menginginkan lelaki yang dapat menggantikan mereka.”
            ”Dan ambilah keputusan dengan mata hati yang jernih. Buanglah semua atribut yang pernah melekat di benak mu. Sehingga kau lebih mudah dalam mengambil keputusan.”Paparnya.
            Subhanallah...saran terakhir dari murobbiyahku adalah untuk membaca buku inspiratif tentang pernikahan dini. Dan tanpa pikir panjang setelah ku pamit dan berterimakasih padanya, bergegas ku beli buku itu. Berani mengambil keputusan, memantapkan hati menerima pinangan di usia muda. Ku berharap dengan membaca pengalaman mbak Evi yang beliau tulis ini, membuat ku tidak ragu dalam melangkah. Segera ku pulang dengan angkutan umum. Tak sabar hati untuk mengetahui pengalaman mbak Evi.
            Bismillahirrohmaanirrohiim. Ku buka lembar demi lembar. Baru saja ku sampai pada ’Catatan dari suami’, air mataku mulai meleleh. Ku tak peduli bila supir angkot terheran-heran padaku. Yang penting keharuanku ini tidak mengganggu orng lain. Ku perhatikan makna yang beliau tulis.

Seorang tidak akan terampil mengemudi mobil hanya dengan keinginan semata. Juru masak tidak akan mahir hanya dengan menghayalkan hidangan lezat. Mereka perlu waktu utnuk belajar dan juga perlu berkorban

            Subhanallah, ku resapi kalimat-kalimat yang tertuang didalamnya. Menghantarkanku pada cermin diri.
Ya Rabb, ampuni hamba karena selalu merasa kurang dan kurang. Padahal pada hakikatnya proses belajar adalah proses yang tiada henti. Begitupun dalam rumah tangga. Bagaimana seorang istri pandai mengurus suami, memasak makanan kesukaannya, menyiapkan pakaian taqwa, pandai mengatur rumah tangga, mendukung tarbiyah dan dakwah suaminya. Itu semua memerlukan proses panjang. Hingga buah hati yang akan menjadi ruh baru dalam umat lahir pun, bukan berarti proses belajar itu terhenti.
Lalu lamunanku menghantarkanku pada orang tuaku. Berkelebat sosok papa dan mama. Mama yang sedang terguncang hatinya akan kepercayaan Papa. Dan Papa yang masih belum bisa meyakinkan Mama bahwa ia akan setia selamanya. Begitu rumit ujian yang sedang mereka hadapi. Apakah jika aku menerima permintaan ta’aruf , berarti aku telah menambah beban pada orangtuaku? Astaghfirullahl’adziim.
Tak terasa angkutan yang ku tumpangi telah sampai di depan komplek. Lekas ku turun dan ku bayar dengan uang pas. Saat hendak masuk komplek, ku melihat pasangan muda yang sedang menggendong anaknya. Terlihat ada binar-binar bahagia di matanya. Kemudian.... Astagfirullahal’adziim
Lekas ku palingkan pandanganku. Aku hawatir jika kemudian aku berhayal hingga hatiku berdesir, dan tumbuh bunga-bunga yang bermekaran bukan pada musimnya.

            Bersabarlah hati, adukanlah segalanya pada Sang Pemilik hati manusia. Adukanlah dalam simpuh istikhorohmu. Hingga keresahanmu terobati dengan kemantapan hati.

            Tepat ku sampai di rumah saat adzan magrib berkumandang. Segera ku berwudhu dan menunaikan sholat magrib. Aku merasa sholat magrib kali ini adalah sholat yang terasa sangat syahdu. Hingga meneteslah bulir-bulir mata.
”Ya Rabb, ku tak pernah menyangka Kau kabulkan do’aku secepat ini. Do’a sederhana tiga tahun lalu yang ku panjatkan, kau kabulkan kini.
Ya Rabb, tunjukilah aku jalan cinta-Mu agar aku tak sesat dalam mengambil keputusan. Aamiin Ya Robbal’alamiin”
Kulipat mukenaku. Ku tarik nafas panjang. Bismillahirrohmaanirrohiim. Saatnya ku mantapkan kembali keputusan mama. Apakah berubah atau tidak.
Ku beranjak keluar kamar. Ku lihat mama sedang serius menonton berita. Ku dekati ia perlahan dan menyandarkanku pada kakinya, layaknya seorang anak kecil yang sedang bermanja-manja pada mamanya. Tanpa sadar bibirku mengucap pilu
”Ma, apa benar keputusan mama kemarin adalah keputusan terakhir?”
            ”Nak..” Gumam mama tanpa ekspresi.
            ”Rasanya, mama belum bisa merestui bila kau menikah tahun ini. Bukan karena yang melamarmu ataupun pilihanmu. Tapi, karena kau belum mempunyai pekerjaan nak..
Mama tidak ingin kau menderita seperti mama. Kehidupan rumah tangga menjadi lebih sulit bila seorang istri tak mempunyai penghasilan. Lagipula, bukankah kau ingin merampungkan ilmu di Timur Tengah dahulu?”
            Ku kembali ke kamar dengan gontai. Entah mengapa ada sesuatu yang menyesakkan dada. Semua rasa bercampur aduk.
            Astagfirullahal’adziim...
            Astagfirullahal’adziim...
Lagi-lagi ku coba pasrahkan apada Illahi saat sholat Isya. Berharap menemukan ketenangan dalam setiap pertanyaan yang tak berkesudahan
            Ya Rabb, maengapa harus sekarang?Disaat ku seharusnya membantu merekatkan kembali rumah tangga mama dan papa. Disaat seharusnya aku lebih banyak berkorban untuk mereka...
Selepas sholat Isya, aku sempurnakan doaku dalam sholat istikhoroh lagi.
Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihan yg tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedang aku tidak kuasa Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini lebih baik dalam agamaku dan akibatnya terhadap diriku di dunia dan akhirat sukseskanlah untukku mudahkan jalannya kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama dan dan akibatnya terhadap diriku di dunia dan akhirat kepada diriku maka singkirkan persoalan tersebut dan jauhkan aku daripadanya takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada kemudian berilah kerelaan-Mu kepadaku 
            Ku sudahi dengan kemantapan hati. Kian waktu berjalan aku semakin mengerti doa yang terkabul juga merupakan ujian dari-Nya. Ujian yang pasti aku dapat melewatinya.
Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha...lahaa ma kasabat wa’alaiha maktasabat...
           
Ku pandangi buku hijau dihadapanku kini. Ada kalimat yang menggugahku.
Berani mengambil keputusan tidak takut gagal. Takut gagal, jangan mengambil keputusan. Takut mengambil keputusan gagal saja!
            Kalimat ini membuat ku terhenyak. Mbak Evi memang berani mengambil keputusan untuk menikah dini, dan akupun tak berbeda. Aku berani mengambil keputusan dengan..
Bismillahirrohmaanirrohiim...dengan mengaharap ridho Allah. Saya memutuskan untuk tidak melanjutkan proses tersebut. Karena Ibu belum merestui dan segala kondisi tentang kuliah dan lainnya. Afwan jiddan. Syukron karena telah memberikan kesempatan pada saya.
Semoga Allah memudahkan segala ikhtiar dan memberikan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat
            Ada kelegaan yang ku rasa setelah ku kirimkan sms tersebut pada murobbinya. Betapa Allah telah membuka tabir rahasianya, memberikan nikmat akal, hati, ruh, jasad yang harus digunakan sebaik-baiknya.
            Ya Rabb, berikanlah hamba berkah umur, umur dimana hamba dapat memilih yang terpilih yang Engkau pilihkan dan berikanlah hamba keikhlasan selamanya....
Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html
Nama-nama yang ada disini telah disamarkan

Again, penyemangat ku...

Duuhh Kak Oki ini cantik sekali.......
aku benar-benar kagum sama Kak Oki.....
Kak Oki penyemangat ku tuk menjadi muslimah sejati. Aamiin

thanks to Alloh....

alhamdulillah blog ke duaa ku akhir'y jadii jg,
sempett sediih sii waktuu tauu blog yang prtama udh gak bs dii buka.........
huhuhu ;(
tapii biariin dehh "yangg laluu biarlah berlaluu"hehehe :)

Minggu, 05 Desember 2010

جبران خليل جبران (Kahlil Gibran)

Download versi PDF nya, klik: http://www.4shared.com/get/ctlGDjnx/___online.html

SEBUAH NOVEL
الأجنحة المتكسرة  
(Sayap Sayap Patah) 


1

توطئة



(Pendahuluan)

كنت في الثامنة عشرة من عمري عندما فتح الحب عينيَّ بأشعته السحرية، ولمس نفسي لأول مرة بأصابعه النارية. وكانت سلمى كرامة المرأة الأولى التي أيقظت روحي لمحاسنها، ومشت أمامي إلى جنة العواطف العلوية حيث تمر الأيام كالأحلام وتنقضي الليالي كالأعراس.





سلمى كرامة هي التي علمتني عبادة الجمال بجمالها، وأرتني خفايا الحب بانعطافها، وهي التي أنشدت على مسمعي أول بيت من قصيدة الحياة المعنوية.

أي فتى لا يذكر الصبية الأولى التي أبدلت غفلة شبيبته بيقظة هائلة بلطفها، جارحة بعذوبتها، فتاكة بحلاوتها؟ من منا لا يذوب حنيناً إلى تلك الساعة الغريبة التي إذا انتبه فيها فجأة رأى كليته قد انقلبت وتحولت، وأعماقه قد اتسعت وانبسطت وتبطنت بانفعالات لذيذة بطل ما فيها من مرارة الكتمان، مستحبة بكل ما يكتنفها من الدموع والشوق والسهاد.
 
لكل فتى سلمى تظهر على حين غفلة في ربيع حياته. وتجعل لانفراده معنى شعرياً وتبدل وحشة أيامه بالأنس، وسكينة لياليه بالأنغام.
 
كنت حائراً بين تأثيرات الطبيعة وموحيات الكتب والأسفار عندما سمعت الحب يهمس بشفتي سلمى في آذان نفسي، وكانت حياتي خالية مقفرة باردة شبيهة بسبات آدم في الفردوس عندما رأيت سلمى منتصبة أمامي كعمود النور، فسلمى كرامة هي حواء هذا القلب المملوء بالأسرار والعجائب، هي التي أفهمته كنه هذا الوجود وأوقفته كالمرآة أمام هذه الأشباح. حواء الأولى أخرجت آدم من الفردوس بإرادتها وانقياده، أما سلمى فأدخلتني إلى جنة الحب والطهر بحلاوتها واستعدادي، ولكن ما أصاب الإنسان الأول قد أصابني، والسيف الناري الذي طرده من الفردوس هو كالسيف الذي أخافني بلمعان حده، وأبعدني كرهاً عن جنة المحبة قبل أن أخالف وصية، وقبل أن أذوق طعم ثمار الخير والشر.
واليوم، وقد مرت الأعوام المظلمة طامسة بأقدامها رسوم تلك الأيام، لم يبقى لي من ذلك الحلم الجميل سوى ذكريات موجعة ترفرف كالأجنحة غير المنظرة حول رأسي، مثيرة تنهدات الأسى في أعماق صدري، مستقطرة دموع اليأس والأسف من أجفاني.. وسلمى ــ سلمى الجميلة العذبة قد ذهبت إلى ما وراء الشفق الأزرق ولم يبق من آثارها في هذا العالم سوى غصات أليمة في قلبي، وقبر رخام منتصب في ظلال أشجار السرو. فذلك القبر وهذا القلب هما كل ما بقي ليحدث الوجود عن سلمى كرامة. غير أن السكينة التي تخفر القبور لا تفشي 1لك السر المصون الذي أخفته الآلهة في ظلمات التابوت، والأغصان التي امتصت عناصر الجسد لا تبيح بحفيفها مكنونات الحفرة، أما غصات وأوجاع هذا القلب فهي التي تتكلم وهي التي تنسكب الآن مع قطرات الحبر السوداء معلنة للنور أشباح تلك المأساة التي مثلها الحب والجمال والموت..

فيا أصدقاء شبيبتي المنتشرين في بيروت، إذا مررتم بتلك المقبرة القريبة من غابة الصنوبر ادخلوها صامتين، وسيروا ببطء كيلا تزعج أقدامكم رفات الراقدين تحت أطباق الثرى، وقفوا متهيبين بجانب قبر سلمى وحيوا التراب الذي ضم جثمانها. ثم اذكروني بتنهدة قائلين في نفوسكم: ههنا دفنت آمال ذلك الفتى الذي نفته صروف الدهر إلى ما وراء البحار، وههنا توارت أمانيه وانزوت أفراحه وغادرت دموعه واضمحلت ابتساماته، وبين هذه المدافن الخرساء تنمو كآبته مع أشجار السرو والصفصاف. وفوق هذا القبر ترفرف روحه كل ليلة مستأنسة بالذكرى، مرددة مع أشباح الوحشة ندابات الحزن والأسى، نائحة مع الغصون على صبية كانت بالأمس نغمة شجية بين شفتي الحياة فأصبحت اليوم سراً صامتاً في صدر الأرض.  

أستحلفكم يا رفاق الصبا بالنساء اللواتي أحبتهن قلوبكم أن تضعوا أكاليل الأزهار على قبر المرأة التي أحبها قلبي ـ فرب زهرة تلقونها على ضريح منسي تكون كقطرة الندى التي تسكبها أجفان الصباح بين أوراق الورود الذابلة.