Kamis, 27 September 2012

Nutrisi Cinta


Cinta yang melibatkan jiwa dan fisik bila tidak dipersatukan bisa menyebabkan penyakit akut yang bisa merenggut nyawa. Maka jangan heran bila ada tragedi memilukan seperti kisah Qais dan Laila dalam Laila Majnun, ataupun Romeo dan Juliet. Di era modern seperti sekarang justru lebih tragis lagi, cinta yang tidak kesampaian ini banyak berakhir di tali gantungan, tepi jurang, rel kereta api, atau di atas dipan dengan mulut berbusa selepas menenggak baygon! Miris, perih memang.


Seperti rasa lapar yang melanda, bila tidak makan raga bisa mati lemas. Maka nutrisi yang tepat bagi cinta jiwa dan fisik ini adalah sebuah ikatan suci yang bernama pernikahan. Cinta yang tidak direstui, cinta yang tidak berujung, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan harus secepatnya dihilangkan dari jiwa. Molekul-molekul cinta yang meletup-letup tanpa kendali bisa memutuskan akal dan pikiran sehat, jadi secepatnya harus diobati secara arif dan bijaksana. 

Iman di dalam dada adalah navigator akurat yang mampu mengelola dan mengendalikan perasaan cinta. Saat cinta diterima dan direstui, Iman akan memberi sinyal akan batasan-batasan-nya hingga tidak melebihi cinta kepada pemilik cinta hakiki, yaitu Allah Swt. Dan bila cinta tidak berbalas atau tidak direstui, Iman pula yang memberi penguatan dan penyadaran agar cinta itu bisa terkikis habis, dan siap menerima atau diterima oleh cinta berikutnya.

Ya, yang kita bicarakan adalah cinta jiwa dan fisik. Bukan cinta yang hanya melibatkan jiwa, seperti cinta pada orang tua atau cinta pada anak. Bukan pula cinta yang hanya melibatkan fisik, seperti hasrat dan libido saat melihat lawan jenis yang berpenampilan sexy. Ini adalah cinta jiwa dan fisik, cinta yang direstui oleh Rasulullah Saw dengan jalan pernikahan, Rasulullah bersabda; “Tidak ada yang lebih baik bagi mereka yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan.”

Ini pula, cinta yang dimanfaatkan oleh syaitan untuk menuai dosa demi dosa bila tanpa ikatan nikah. Syaitan sangat benci pada pasangan yang akan menikah, syaitan akan senantiasa menghembuskan ke-ragu-raguan pada jiwa-jiwa pasangan yang ingin menikah, menebar ketakutan-ketakutan yang kemudian disebut sebagai sindrom pranikah oleh kalangan psikolog.

So… Jangan ragu untuk menikah ya.., Jangan kalah oleh Syaitan ya.., Sob! Hehe ^^



Fahrie Sadah
http://jabanahsadah.blogspot.com

Rabu, 26 September 2012

KEIKHLASAN DI BALAS KEINDAHAN

Cuaca hari ini sangat sangat panas. Mbah Sarno terus mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung hidup. Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling. Jika orang lain mungkin berfikir “Mau nonton apa saya malam ini?”, Mbah Sarno cuma bisa berfikir “saya bisa makan atau nggak malam ini?”

Di tengah cuaca panas seperti ini pun terasa sangat sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan. Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.


Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.


Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Wah cepat sekali. Berapa pak?”

“5000 rupiah mas”

Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.

“Wah mas gak ada uang pas ya?”

“Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”

“Maaf Mas, saya nggak punya uang kembalian”

“Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”

“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”

“Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”

Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno. Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”

Waktu menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.

“Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha, selebihnya adalah kehendakMu.”

Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.

“Wah kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”

Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi 5 lembar.

“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?”


“Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak”


“Tapi ini terlalu banyak mas”


“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”

Tuhan punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.


Keikhlasan akan dibalas dengan keindahan,,
Kesuksesan akan menyertai keikhlasan dan rasa syukur.

Sumber : Artikel dari milis Indonesia Business Forum 

Selasa, 25 September 2012

Miskin, Cerita Gagal Sebuah Empati


Alkisah di sebuah sekolah dasar, tercatatlah seorang siswa kelas satu. Sebut namanya Bakar. Ia anak konglomerat ternama.

Bukan cuma bapaknya yang pedagang besar. Kakek moyangnya pun demikian. Mereka adalah rezim saudagar terkenal sejak era abad pertengahan. Ketika Pires berkata, ''Tuhan menciptakan Timor untuk pala, Banda untuk lada, dan Maluku untuk cengkih,'' di sanalah kakek moyang Bakar berperan.

Bakar masih menikmati warisan kebesaran itu. Ia bersekolah di SD unggulan berstandar internasional dan bilingual, sekitar 2 kilometer dari rumah (mobil senilai Rp 1 miliar yang ia pakai hanya mencatatkan perjalanan 4 kilometer setiap hari). Seorang sopir dan ''baby sitter'' mengantar dan menungguinya setiap hari saat ia belajar.

Laiknya sekolah mahal dan unggulan lainnya, mengarang adalah pelajaran yang diposisikan amat penting di SD tersebut. Anak-anak didik, sejak kelas satu, sudah dilatih untuk mengekspresikan isi kepala mereka dengan kata-kata yang tertata baik, namun dengan isi yang mencerminkan kebebasan pikiran.

Sampailah, suatu ketika, sang guru meminta siswa kelas I membuat karangan tentang kehidupan keluarga yang sangat miskin di seberang benteng sekolah. Sang guru, yang berasal dari keluarga menengah, berharap dapat menumbuhkan empati anak-anak didiknya yang serba berada terhadap nasib kelompok lain yang tak berpunya. Bakar masih kelas satu SD. Tapi, ia penulis yang andal. Ia sefasih bapaknya saat harus melontarkan kata-kata. Ia pun secerdas ibunya saat harus membuat hitung-hitungan dan perbandingan.

Ia menulis, seperti saran gurunya, dengan penuh perasaan. "Menulislah dengan hati," begitu kata-kata sang guru yang selalu ia ingat. Lalu, dengan sesekali menerawang dan membayangkan kehidupan keluarga miskin, Bakar menggoreskan pinsilnya dengan huruf-huruf yang belum sempurna benar. Ia menamai tokoh dalam karangannya sebagai Pak Abu.

"Pak Abu," tulisnya, "adalah orang yang sangat miskin. Benar-benar miskin, sampai-sampai pembantunya juga miskin, sopirnya miskin, dan tukang kebunnya pun miskin. Karena sering tak punya uang, Pak Abu jarang membersihkan kolam renang di rumahnya. Ia juga hanya bisa memelihara ikan-ikan kecil di akuarium seperti lou han yang makannya sedikit, tidak seperti arwana dan koi di rumahku. Kucing siam punya Pak Abu juga kurus, soalnya kurang makan. Ayam yang ia pelihara juga yang kecil-kecil, jenis kate."

Bakar yang berpikir bebas menulis karangannya itu dengan penuh haru. Ia sesekali mengernyitkan dahi. Ia berpikir dirinya tak mungkin bisa menanggungkan kemiskinan seperti yang terjadi pada keluarga Pak Abu. Alangkah malangnya keluarga Pak Abu, pikirnya. Jangan-jangan anak-anaknya harus berebut saat bermain PS3, karena alat permainan itu hanya ada satu di ruang keluarga. Lain dengan di rumahnya, setiap kamar ada. Di kamar Bakar, di kamar kakak-kakaknya, bahkan di kamar ibu-bapaknya .

Sopir dan pembantu Pak Abu pun, pikirnya, pasti sedih karena tidak seperti pembantu dan sopir dirinya. Bakar membandingkan handphone yang dipegang sopir dan pembantu Pak Abu mungkin jenis monophonic yang ketinggalan zaman, lain dengan handphone pembantu dan sopirnya yang polyphonic dan bisa kirim MMS bahkan ber-video-call.

Ia membayangkan kepala urusan dapur di rumah Pak Abu mungkin hanya bisa belanja di pasar yang becek atau supermarket kecil di perempatan jalan. Padahal, pembantu di rumahnya sangat biasa berbelanja ke hypermarket Prancis dan mal-mal. "Anak-anak Pak Abu," tulisnya dengan empati penuh, "kalau liburan tidak bisa ke Eropa atau Amerika seperti aku. Mereka hanya bisa berlibur ke Bali. Itu pun pakai pesawat yang murah, low cost carrier."

Terserahlah, Pembaca, Anda mau bekomentar apa tentang cerita itu. Saya hanya mau menyampaikan sebuah kegagalan empati. Bukan karena orangnya tidak tulus, tapi ia memang tidak memiliki pengalaman yang memadai tentang dunia di luar dirinya. Bakar adalah wakil dari kegagalan itu. Saya kembalikan kepada Anda kisah-kisah di luar. Saat seorang menteri berkata, "Kalau tidak mampu membeli pertamax, ya jangan gunakan bensin," apa komentar Anda?

Bagi saya, itu adalah kegagalan empati. Mungkin karena sekadar kurangnya wawasan dia tentang penderitaan, mungkin juga karena kemalasan melihat dunia luar. Bayangkan setelah si menteri berkata seperti itu, harga minyak tanah melambung tiga kali lipat. Kita tentu tak berharap pejabat itu akan berkata, "Kalau tidak mampu beli bbm pertamax, jangan gunakan bbm." Lalu, ketika harga beras melonjak sekian kali lipat, ia pun berpidato lagi, "Kalau tidak mampu beli beras, jangan makan nasi."

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Di dalamnya tercakup kecerdasan emosional dan sosial. Nah, jika Anda berempati kepada orang miskin, maka Anda akan memerankan diri sepenuh perasaan sebagai orang miskin. Persoalannya, apa fantasme Anda tentang kemiskinan?

Penguasa kolonial mendefiniskan kemiskinan sebagai buah kemalasan. Saat mendengar kata "miskin", mereka teringat pada kerbau yang hanya bergerak kalau dipacu dan lebih suka berkubang di lumpur hitam. Pemerintah kita mendefinisikan kemiskinan sebagai hasil perhitungan dari sebuah nilai subsidi. Maka, ditemukanlah angka penghasilan Rp 175 ribu sebagai batas kemiskinan. Kurang dari angka itu berarti miskin dan berhak mendapat santunan BLT Rp 100 ribu. Persoalannya, orang yang berpenghasilan diantara Rp 175 ribu dan Rp 275 ribu masuk kategori apa?

Tidak jelas, kecuali satu hal: Mereka kini menjadi penduduk termiskin di negeri ini.

Senin, 24 September 2012

MISTERI ILLAHI

♥♥ Langkah kaki ini serasa berat tapaki kehidupan.....
Lewati lembah-lembah curam
lalui jalan terjal mendaki.....

Teringat masa kecil kala pipiku
masih lembut memerah....
Kala rambut serupa cahaya
kuning matahari.....

Ku bernyanyi saingi kicauan
burung di pagi hari...

Kaki kecilku di atas pematang
sawah dan berlari.....
Mengejar illusi.....
Mengejar matahari....
Mengejar mimpi-mimpi tertinggi...

Lewati belantara misteri Ilahi....


misteri ilahi

** MISTERI ILLAHI **
Oleh Yunie Teddy Dezz

Sabtu, 22 September 2012

CATATAN USANG


♥♥ Ketika langit gelap mulai terang.....
Ketika bintang bergandengan
lalu berpencar....
Ketika cahayanya menerobos
cakrawala malam......

Ketika bulan duduk manis
dan tersenyum....
Dan sinarnya menerangi
jalan-jalan sunyi.....
Menapaki malam-malam sepi.....

Seraut wajah terbayang dalam
ingatan.....
Senyumnya yang khas menari
di lubuk hati.....
Menghiasi taman hati.....

Hari-hari yang berlalu
seakan duduk termangu....
Tatkala usia tak lagi muda.....
Dan kenangan tinggal lah
catatan usang....

Tertimbun di kedalaman hati....
Di langit-langit sanubari.....

Duhai manis ku....
Ucapkanlah selamat tinggal
kepadaku...
Tatkala kita berpisah.....

Duhai manis ku....
Tetaplah tersenyum kepadaku
walam dalam mimpi....

Tatkala jiwa akan mati,,,
Cinta itu,,,
tetap hidup di dalam hati......

puisi, kumpulan puisi, puisi cinta

** CATATAN USANG **
Oleh : Yunie Teddy

CONFUSE


Sometimes, I’m getting confuse about my life my love story etc. u know, though we are not actress, there must be paparazzi who always be anywhere n everywhere commenting on us, though they aren’t payed for that. U know such of that feeling right?


clothes: heath, skirt: metro


When I was near with a boy, then it would be a drama. Some people gossip me with him though I just being a friend with him. I dunno, how come they could know? If a girl walking together with boy, there isn’t any drama. But if I walk together with boy, how could that be a drama? It’s world unfair thing. –_–“


But then, the good thing is, I’m an easy going person. If I fall in love, I take a look for a while. N if  I’m not impressed or I’m getting mad or he made big mistake, I will forget him at all. Maybe, some girls, can’t do this things, but I can do it perfectly. Cz, WHY SHOULD WE THINK MORE ABOUT SOMEONE IF HE/SHE IS NEVER EVER THINKS ABOUT US?

Kamis, 20 September 2012

Ingin Jadi Orang Asing

Hidup melawan arus itu lelah. Yah, arus hidup saat ini yang cenderung bebas, sekuler, dan hedonis mengharuskan kita (umat muslim) untuk berlelah-lelah melawannya. Mau ikut arusnya saja ah, biar ngga cape. *bisikan-bisikan setan dari koridor hati menggema. "Yo wis sakarepmu. Tapi tahu kan akibatnya apa?" *ini bisikan malaikat mungkin, yang mengingatkan kita bahwa setelah kehidupan ini, akan ada kehidupan lagi. Pertemuan dengan Sang Khalik dan penghisaban.


Sebagai seorang muslim, jelas kita punya style hidup yang beda dari umat lainnya. Semuanya terperinci mulai dari hal kecil sampai hal besar. Mulai dari masuk wc sampai pengaturan sebuah negara. Kesemuanya sudah ada dalam pedoman hidup kita, Alqur'an dan hadits. Yang jadi masalahnya, mau ngga kita melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari? Jawabannya ada dalam hati kecil kita masing-masing.

Sebagai seorang muslimah yang diberi kesempatan oleh Allah untuk tahu dan mengerti sedikit tsaqofah islam, saya merasakan sebuah kelelahan ketika bersentuhan dengan lingkungan sekitar yang pastinya berbeda jauh keadaannya dengan pemahaman saya. Apalagi saat ini saya tinggal di daerah kontrakan yang notabene mengumpulkan para pendatang dari berbagai daerah. Dari jawa, sunda, betawi, semuanya kumpul. Corak orang yang berbeda dengan gaya hidup yang sama. Sekuler. Aduh biuuung, sering-sering ngelus dada lihat cara berpakaian, bicara dan hidup mereka.

jangan mau tahu, rumah saya yang mana


Sebaliknya, semenjak tinggal di sini kurang lebih 1 bulan, saya sukses menyedot perhatian mereka. Gamis, kaos kaki dan saya yang jarang keluar rumah kerap jadi buah bibir. Diperhatikan dari atas sampai bawah pun tak jarang. Waspada teroris mungkin :) *eh suudzon

Guru ngaji saya malah dengan engtengnya bilang jika keadaan ini justru menjadi ladang pahala. Kewajiban kita untuk mengingatkan mereka, begitu katanya. Jadilah orang yang mewarnai bukan terwarnai.

“Akan tiba suatu masa pada manusia, dimana orang yang bersabar di antara mereka dalam memegang agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (Hr. at-Tirmidzi)

Sudah melawan arus, menggenggam bara api pula, itulah gambaran seorang muslim yang perpegang teguh pada agamanya. ya, memang seperti itu keadaannya. Bukan sesuatu yang mudah. tapi jika kita ikhlas dan sabar, kabar gembira sudah menanti kita, yaitu Jannah-Nya.

 
Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; "Islam mulai berkembang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglahorang-orang yang asing."
(HR. Muslim)

AYO MENJADI ORANG ASING ^^


Aisyah Al Farisi

Menantang Ikhwan Datang Melamar

ikhwan akwat
Ilustrasi (kawanimut)
Rasa-rasanya, kehidupan ini kurang kompleks jika tidak ada perempuan yang berpikir mengejar karir, baru kemudian berpikir untuk menikah. Banyak malah, bukan hanya satu atau dua. Dalam tulisan fiksi pun tak jarang diangkat oleh penulis. Penulis fiksi Best Seller seperti Kang Abik pun mengangkat cerita tentang seorang gadis yang mengejar karir dalam novel Cinta Suci Zahrana. Seorang penulis tak akan menuliskan dalam sebuah cerita tanpa melihat fenomena sekitar. Fenomena yang tak berlaku secara global, namun tumbuh kemudian mengakar.

Tentu bagi Anda yang merasa perempuan hal itu wajar-wajar saja. Apalagi, bila Anda salah seorang yang termasuk menomorsatukan karir. Jadi teringat dengan perbincangan salah seorang sahabat, sebutlah ia, Dea.

Dua bulan lalu, Dea terlibat percakapan dengan teman-temannya tentang kehidupan di masa yang akan datang. Biasa, usia 20 tahun ke atas merupakan hal wajar bila sudah memiliki keinginan untuk mengakhiri kesendirian atau dengan kata lain berpikir untuk menikah. Namun, perbincangan Dea bersama tiga rekannya sepertinya sudah di ambang penantian. Dea sudah berusia dua puluh tujuh tahun, dan tiga orang temannya yang lain berusia dua puluh enam dan dua puluh lima tahun. Pantas, umur-umur demikian memang sudah sangat matang, pikirku.

Dea, gadis itu seorang dosen muda di perguruan tinggi negeri, di kota gading. Akhlaknya terjaga, pandangannya pun selalu dijaga. Makanya, tak seorang lelaki pun yang berani bermain-main dengannya. Dea, gadis itu sudah cukup matang untuk menjalani bahtera rumah tangga. Ia bukannya tak laku-laku seperti lagu band ‘Wali’, ia gadis shalihah. Wajarlah jikalau sang pencipta menjaganya dari keinginan lelaki yang tak sekufu.

Dari perbincangan itu, kedengarannya Dea bukan lagi dalam kondisi siap, melainkan amat siap menuju jalan suci itu. Jalan untuk menyempurnakan agama ini. Tiba-tiba, salah seorang temannya berkata, “De, mau tidak aku jodohkan dengan temanku?”. “Ah, tidak, ah” jawabnya singkat.  Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Seorang teman ingin berniat mencarikan jodoh, namun ia tetap kekeh menolak. Meskipun sesekali ia berkata, “asalkan mampu menjadi imam bagi keluargaku kelak”. Sungguh, Dea bukan gadis yang muluk-muluk. Mau ini dan itu, namun entahlah dengan keluarganya.

Dalam percakapan itu, tiba-tiba Dea menimpali temannya, “kamu sendiri, kapan berniat ingin menikah?” “Saya, sih, masih lama. Masih ingin mengejar cita-cita, dulu!” Perbincangan di antara mereka pun makin seru. Dea dengan segala kecerewetannya mulai berceramah tentang pentingnya berpikir ke arah bahtera rumah tangga. Di penghujung perbincangan itu, Dea berharap jodoh itu akan segera mengetuk pintu rumahnya. Begitu pula dengan teman yang terlibat dalam percakapan, kecuali Vita yang masih ingin mengejar karir dan cita-citanya.

***

Sungguh perbincangan mereka amat wajar. Perempuan, bila sudah melewati usia 25 tahun, maka rasanya sudah patut diberikan tanda warning. Namun, kita pun tahu bahwa jodoh adalah salah satu rahasia yang maha kuasa. Tak patut kita mendahului-Nya dengan menerka-nerka dan berkata, “mungkin dia, dia, atau dia-lah jodohku kelak.”

Lantas bagaimana dengan kodrat ‘perempuan’ yang notabene sangat riskan dengan gunjingan bila ia menyebut-nyebut soal jodoh. Apalagi sampai sempat berpikir menantang ikhwan ‘laki-laki’ untuk datang melamar. Pasti, sudah menjadi bahan cerita. Teringat dengan kisah Rasulullah yang dilamar secara tidak langsung oleh seorang janda kaya yang baik akhlaknya, Khadijah binti Khuwailid. Bukankah, Khadijah telah memberikan contoh yang baik bila seorang ‘perempuan’ ingin melabuhkan hatinya pada ‘lelaki’ yang tepat? Kita tahu bahwa pada diri Khadijah terkumpul perangai mulia, wajarlah bila Rasulullah menerima pinangannya.

Dulu dan sekarang adalah dua kondisi yang amat berbeda. Pasti pikiran demikian kerap muncul dalam lintasan pikiran. Mana mungkin, perempuan menawarkan diri untuk dilamar? Fitrahnya, kan, perempuan yang dilamar. Mungkin demikianlah yang terbersir dalam hati ‘perempuan’ bila dihadapkan pada kondisi demikian. Kondisi di mana sudah sangat ingin menjaga diri dengan penjagaan seorang yang dapat dijadikan imam.

Sehubungan dengan hal demikian, sepertinya penting penulis berikan kutipan tentang persoalan lamar-melamar ini. Direktur Sekolah Kepribadian Muslim Glows, Kingkin Anida, mengatakan, sebaiknya perempuan tidak melamar lelaki secara langsung sebab Allah memuliakannya sebagai pihak yang dilamar. Namun, jangan juga melewatkan peluang bagus, maksudnya, kesempatan untuk menjadi istri lelaki shalih, (dikutip dari majalah UMMI edisi Mei 2012). Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits terkait dengan perbincangan ini, Kutipan di atas benar adanya, perempuan diistimewakan dengan lamaran. Perempuan shalihah pun berhak mendapatkan lelaki shalih. Tidak ada salahnya bila perempuan mendahului lelaki. “Dari Tsabit Al Bunani, dia berkata, ‘Aku pernah berada di dekat Anas bin Malik, dan di sampingnya ada anak perempuannya. Datang seorang perempuan dan ia berkata, ‘Ya, Rasulullah, apakah engkau mau kepadaku?’ Mendengar hal ini putrid Anas berkata, ‘Alangkah sedikit rasa malunya, sungguh memalukan.’ Anas berkata, ia lebih baik dari kamu. Ia senang pada Rasulullah lalu menawarkan dirinya untuk beliau.”

Namun, satu hal yang harus diingat, jika keputusan demikian sudah terpatri, maka amat penting bagi ‘perempuan’ untuk membekali diri dengan berbagai keunggulan sebagai nilai plus bagi dirinya. Entah itu prestasi cemerlang dalam akademik, keterampilan dasar yang mesti dimiliki oleh seorang perempuan (menjahit, memasak, merawat anak), dan soft skill, seperti pandai menulis, berbicara, dan bergaul, dll. Dan yang pasti akhlaknya terjaga.  Ibaratnya ‘perempuan’ menantang ikhwan ‘laki-laki’ untuk datang melamar. Sesuatu yang ‘menantang’ sudah barang tentu membutuhkan perjuangan untuk menggapainya. Bila demikian, tak sia-sia perempuan shalihah menyatakan niat baiknya kepada laki-laki shalih sebab pihak yang didahului pun akan merasa tertantang dengan keunggulan yang dimiliki oleh si perempuan. *** Wallahu’alam bissawaab.

Sumber : dakwatuna.com | http://www.dakwatuna.com/

Doaku untukmu Sayang ..


Satu lagu untuknya...



Kau mau aku apa, pasti kan ku beri
Kau minta apa, akan ku turuti
Walau harus aku terlelap dan letih
Ini demi kamu sayang
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Reff:
Aku tak akan berhenti
Menemani dan menyayangimu
Hingga matahari tak terbit lagi
Bahkan bila aku mati
Ku kan berdoa pada Ilahi
Tuk satukan kami di surga nanti

Tahukah kamu apa yang ku pinta
Di setiap doa sepanjang hariku
Tuhan tolong aku, tolong jaga dia
Tuhan aku sayang dia

Repeat reff
(Tuhan tolong aku, jaga jaga dia
Tuhan ku pun sayang dia)

Repeat reff


Mello sesion,
http://jabanahsadah.blogspot.com/
 

Senin, 17 September 2012

Syariah Vs Style

Menyimak cara teman-teman muslimah berkerudung saat ini, dari hari ke hari pasti ada saja gaya yang baru. Lipat sana lipat sini. Belit sana belit sini. Ribet. *menurut saya.
Anehnya, meskipun ribet, para muslimah justru sangat senang mengikuti setiap mode berkerudung yang baru. Alasan yang kerap saya dengar adalah Meskipun pakai jilbab, tetap bisa cantik.

Sebenarnya saya sedikit terganggu dengan fenomena tren hijab saat ini. Meski di satu sisi saya bersyukur karena semakin banyak muslimah yang tergerak untuk menutup auratnya.
Oke, sebelum saya mengungkapkan alasan kenapa saya terganggu, saya ingin meluruskan dulu apa itu jilbab dan seperti apa style seorang muslimah sesungguhnya.


 Perintah berjilbab, ada dalam al qur'an di surat al ahzab ayat 59

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab:59)
   
Definisi jilbab yang berkembang di masyarakat secara umum adalah kerudung, namun pada faktanya, jilbab bukanlah kerudung, 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata jilbab (pada nash tersebut): baju luar yang berfungsi menutupi tubuh dari atas sampai bawah (tanah). Dalam kamus arab Al-Muhith, jilbab bermakna: Pakaian yang lebar bagi wanita, yang menutupi tsiyab/mihnah (pakaian harian yang biasa dipakai ketika berada di dalam rumah), bentuknya seperti malhafah (kain penutup dari atas kepala sampai ke bawah).  

Pengertian ini dapat ditemukan juga dalam Tafsir Jalalain (lihat Tafsir Jalalain, jld. III, hal. 1803) yang diartikan sebagai kain yang dipakai seorang wanita untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Dari pengertian di atas, kita bisa simpulkan bahwa jilbab adalah pakaian muslimah yang terjulur dari atas sampai bahwa yang menutupi seluruh tubuh muslimah.
Sedangkan kerudung adalah khimar, perintahnya ada dalam surat An Nur ayat 31

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).

oke, berarti kita sudah sepakat mengenai pengertian jilbab dan kerudung. Sekarang saya ingin merunut kenapa saya terganggu dengan tren kerudung saat ini,

pertama, tak sedikit muslimah  yang berkerudung hanya untuk mengikuti tren yang sedang booming saat ini saja. Ini terlihat menyepelekan perrintah Allah. Perintah Allah dilaksanakan sebagai bukti ketaqwaan kita, bukan untuk mengikuti tren dan ingin tampil modis
kedua, banyak banget model kerudung yang tak memenuhi syarat seperti dalam surat An Nur ayat 31. Tak jarang, modelnya malah terkesan menonjolkan dada perempuan dan mencetak leher. Hal ini jelas saja bertentangan dengan perintah Allah agar perempuan menutupkan kain kerudung sampai ke dadanya.
ketiga, dengan boomingnya tren kerudung, kok muslimah jadi terkesan narsis ya sekarang. Apa karena merasa cantik? Kerudung, selain untuk menutupi aurat, pada dasarnya juga sebagai penjaga kehormatan seorang perempuan. Boleh sih narsis, tapi alangkah lebih baiknya kalau kecantikan kita, kita persembahkan untuk suami saja kan?


Tampil modis boleh saja, tapi tetep jangan sampai lupa pada syariah yaaa.
Style kita sebagai seorang muslimah nggak berubah dari dulu sampai sekarang, yaitu jilbab dan kerudung

Finnaly, anak saya mulai rewel, * hehhhe ^^
Tidak setuju dengan tulisan saya di atas, boleh saja, kita diskusi yuuu


Aisyah Al Farisi

Minggu, 16 September 2012

Kau dan Doa-ku, Diaminkan Malaikat


Hadiah paling berharga adalah doa yang dipanjatkan kepada kita, tanpa sepengetahuan kita

Kadang kita tidak sadar, bahwa dibalik kesuksesan kita ada doa orang-orang di sekeliling kita. Bisa orang tua kita, suami atau istri, saudara, guru, teman, bahkan saudara se-iman yang tidak kita kenal. Parahnya, kita dengan bangganya merasa jika setiap inci dari kesuksesan yang kita raih adalah hasil kerja keras kita semata.. sombong, angkuh, merasa paling pintar, dan sikap arogan lainnya. 

Buntutnya sering kali berwujud sikap merendahkan orang lain. Padahal, bukan tidak mungkin.. orang yang kita rendahkan itu adalah salah satu dari orang yang selalu mendoakan kita..

Sob, kadang seorang teman dalam kondisi tertentu meminta kita untuk mendo’akannya; “Do’akan aku ya..”, “Do’anya donk..”, “Do’ain lah..” Sayangnya, bagi sebagian orang.. permintaan seperti ini terkesan dan dianggap seperti basa-basi saja. Padahal, ini adalah tradisi para sahabat Rasulullah yang patut kita pelihara eksistensi dan esensinya, mereka senantiasa saling mendoakan satu sama lain, bahkan dengan menyebut nama sahabatnya dalam doa khusus untuk-nya. 

Dan satu hal yang belum banyak diketahui, berdasarkan sabda Rasulullah Saw.. doa seperti ini akan diaminkan oleh Para Malaikat! Bayangkan, makhluk Allah yang suci, tidak memiliki hawa nafsu dan senantiasa selalu bertasbih memuji Allah ini akan mendoakan kita disetiap penghujung doa kita untuk orang lain, dengan mengatakan; 

آمين... وإياك!
(Aamiin, dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan)


Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata `aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’” (Shahih Muslim no. 2733)


Doaku malam ini.. Untukmu Ayah Bundaku, Kakek-Nenekku, Kakak Adikku, karib kerabatku, guru-guruku, sahabat-sahabatku, dan seluruh kaum muslimin, terutama ‘kau’ yang telah mengisi hatiku… 

“Ya Allah, terimalah taubat kami, ampunilah dosa-dosa kami yang lalu, sekarang maupun yang akan datang..  Anugrahkan kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak… Aaamiin ya rabbal ‘aalamiin..”


Syahdu,

Jumat, 14 September 2012

Sabtu Ceria, mari menulis apapun itu :)


Sabtu ceria nih, pengennya nulis sesuatu tapi apa ya??
oke, aku tampilin karya ku untuk tugas kreatif Masa Pengenalan Akademik (MPA) jurusan aja ya...
iyap jadi pas ospek UNJ (Jurusan) sebutannya MPA kan ada tugas kreatif di suruh bikin suatu karya kreatifitas yang diwujudkan dalam bentuk karya original. Misalnya dalam bentuk komik, video, animasi, lukisan, puisi, pidato, speech english, dll yang bertemakan “Pesona TP” karena aku jurusan Teknologi Pendidikan tema yang lagi di usung waktu itu ya Pesona TP.

Sempet bingung mau bikin apa, waktu yang dikasih emang longgar banget sih.. tapi tugas MPA yang dikasih ya ampuuuunnnnn banyaakkk banget jadi selonggar apapun waktunya tetep aja rasanya masih kurang. Tugasnya gak hanya untuk MPA jurusan, MPA fakultas juga banyak bangettt jadi gak bisa di sebutin satu persatu karena yang nulis aja udah mual meriang kalo inget lagi sama tuh tugas. hahaha :D
Tapiii syukur Alhamdulillah aku berhasil melewatinya yak sebut saja ini bagian dari proses pendewasaan :) yuuhuuu senang tingkat tinggi :)

Jadi karena masalah "waktu" dan kondisi fisik yang kian lelah saat itu. Ku putuskan saja untuk membuat puisi, yaaa emang gak menang sih dalam tugas kreatif. Eittss walau gak menang, puisi ku yang dibaca ditengah acara yel-yel jurusan TP, juara 2 loh lomba yel-yel antar jurusannya hihihi :D seneng aja setidaknya puisi ku yang di pilih, padahal kan teman-teman yang lain juga banyak yang bikin puisi dan gak kalah bagus juga^^
Mau tau puisinya?? Nih nih nih, baca yaaa awas kalo enggak hahahha mau banget ya dibaca :D

SEMANGAT BARU
Lihatlah hiruk pikuk mahasiswa baru
Memberi secercah harapan bagi negeri tercinta
Bersatu padu jurusan teknologi pendidikan
Berjuang penuh semangat tuk Indonesia

Selangkah demi selangkah membangun bangsa
Maba TP tak akan lelah berkarya
Berkarya dengan segudang kreatifitas
Mempesona dengan beraneka ragam inovasi

Teknologi bekal pemuda-pemudi
Pelengkap ilmu dan budi pekerti
Mari semua kita mengabdi
Tuk kemajuan bangsa yang kian pasti
     
(Hasana Annas) 

note : "maba = mahasiswa baru" :)
Yak, itulah puisiku.. sekedar dokumentasi supaya bisa dibaca anak cucuku nanti :)
Gimana komentarnya??? 
Terimakasih sudah berkunjung ke Annhasana Blog ^^