Tampilkan postingan dengan label Jakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jakarta. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Januari 2012

Mis Meaning


FollowSadahTwit@FahrieSadah

 Setelah posting cerita ‘mis listening’ beberapa hari yang lalu, hari ini saya mau cerita tentang adiknya ‘mis listening’ yaitu ‘mis meaning’. Keduanya nyaris kembar tapi tak sama. Mis meaning tidak ada hubungan dengan alat pendengaran harus divacum karena banyak debu! Namun, ia lebih menjurus ke kajian ilmu makna atau dikenal dengan Ilmu Dilalah (Semantik). Jadi, mis meaning itu, salah paham dalam mengartikan satu kata dalam bahasa yang sama..^^


Banyak faktor penyebab mis meaning, Sob. salah satunya karena beda territorial. Kita ambil kata ‘motor’ sebagai contoh. Di Aceh, karena lebih kental budaya melayunya dan sering bersinggungan dengan Malaysia, ‘motor’ diartikan sebagai ‘mobil’ bukan 'sepeda motor'!. Sedangkan masyarakat Aceh sendiri menggunakan kata ‘kereta’ untuk menyebut ‘sepeda motor’, padahal di luar Aceh ‘kereta’ sebutan untuk ‘kereta api’. Bagaimana dengan di Jakarta dan daerah lain? Berbeda makna bukan? Berikut studi kasus mis meaning pada kata ‘motor’;
MOTOR
Prolog:
Terjadi percakapan antara Sadah, mahasiswa baru asal Aceh, baru pertama kali ke Jakarta (itu aku..hehe) dan Ical, anak betawi asli, ngakunya Betawi Arab keturunan habib. Setting ceritanya di parkiran salah satu kampus negeri di Jakarta. Sadah sedang melihat-lihat sepeda motor di parkiran, waktu Ical baru saja memarkirkan sepeda motornya. Sadah memang berencana mau beli sepeda motor untuk keperluan transportasinya selama di Jakarta. Lalu Ical menghampiri Sadah dan terjadilah percakapan berikut ;

Ical :: Hi, ente mahasiswa baru ya? Kenalin, Ane Ical!

Sadah :: Aku Sadah, aku memang masih baru di Jakarta. Wah, kereta kamu bagus kali, Cal!

Ical :: Bujug! Kereta yang mane? Bisa tekor ni kampus kalo kudu nyediain parkiran kereta! Hehe..

Sadah :: … … (Bengong, mis meaning)

Ical :: Udah, lupain! Di Jakarta jangan keseringan mangap begitu, emangnye ane alien ape? Eh, ente asalnya dari mane mang?

Sadah :: Aku dari Aceh, Cal.

Ical :: Oh.. wah.. Kapan nyampe ente, dari Aceh kesini naik pesawat ya?

Sadah :: Aku sampai dua hari yang lalu, pesawat mahal Cal, aku naik motor ke Jakarta.

Ical :: Buset! Berapa hari pejalanan ente naik motor?

Sadah :: Jangan mangap begitu, aku sudah sering naik motor berhari-hari untuk perjalanan jauh. Dari Aceh ke Jakarta cuma tiga hari tiga malam kok.

Ical :: Waduh, tepos tuh pan***! Kok sanggup ente?

Sadah :: Naik motor itu enak, Cal! Kita bisa santai sambil lihat-lihat pemandangan. Lagian, motornya bagus kok bisa selonjoran kaki gitu, tiduran juga bisa. Apalagi motornya ada AC dan selimut..
Ical :: ... ... (Makin mangap.. Mis meaning)
 
Apakah sobat sadah sekalian ikutan mis meaning juga membaca cerita ini?



Fahrie Sadah berpartisipasi dalam ‘Saweran Kecebong 3 Warna’ yang didalangi oleh Jeng Soes-Jeng Dewi-Jeng Nia”. Disponsori oleh : “Jeng Anggie, Desa Boneka, Kios108

Senin, 19 September 2011

Dunia ‘LOBBY’


Kata pungli memang sudah tidak asing lagi bagi kita. Segala jenis ijra’at (kepengurusan), katakanlah KTP, SIM, Pasport, Visa selalu beraroma pungli. Dengan alasan kepepet waktu, mudah saja kita menyodorkan ‘durian’ agar semuanya serba ekspress.



Saya salut dengan Kantor Imigrasi Kota Banda Aceh. Saat mengurus pasport, saya melihat di setiap sudut kantor pemerintah itu terpampang tulisan besar bertinta merah; TOLONG TEGUR PEGAWAI KAMI YANG MEMINTA ATAU MENERIMA UANG SOGOKAN ANDA!  Apakah kenyataan di lapangan sesuai slogan, semoga..
Slogan maupun poster anti pungli seringkali berakhir sebagai hiasan dinding belaka. Di dunia LOBBY ini, transaksi bisa terjadi tepat di bawah slogan peringatan, di bawah rambu lalu lintas yang baru saja dilanggar, di ruang pengadilan saat sidang berlangsung, di kantor polisi kala interogasi, di sekolah waktu penerimaan murid baru, di KUA saat nikah sirri, bahkan di Mahkamah Konstitusi, saat... !!
Indonesia memang lekat dengan budaya ‘terimakasih’. Dan acapkali -terutama di Aceh-, terimakasih kita ungkapkan dalam bentuk uang (peuregam peng). Budaya ini terbawa hingga ke dunia kerja yang menawarkan jasa.  Setiap pegawai di instansi manapun sebenarnya sudah memperoleh hak (gaji) dari jasa yang mereka berikan. Jadi, tidak perlu lagi ada uang ‘terimakasih’.
Hari ini, saya terpaksa mengeluarkan segenap kemampuan Lobby saya, untuk membantu teman yang terkendala dalam mendapatkan surat kesehatan dari dokter. Karena hari ini juga, dia harus applay visa yang harus melampirkan surat kesehatan itu. Kalau visa tidak selesai maka tiket pesawat yang sudah ‘tikketing’ dan ‘lobbiing’ akan terancam hangus.
Saat menghadap, dengan polosnya sang dokter berkata; “Beberapa penyakit memang bisa di lobby. Kamu beruntung penyakit temanmu ini termasuk penyakit Lobby!”
Hebat! Saat ini apapun bisa dilobby di dunia lobby. Penyakit saja bisa dilobby, maka, jangan tanya apa visa bisa selesai dalam sehari!? Apa yang tidak bisa, di dunia ‘lobby’?!

Jumat, 10 Juni 2011

Pulkam dapat hadiah Award


Cuma bisa senyum haru ketika membaca komentar Mas Aulia di postingan saya,  

“Selamat datang Mas Fahri, atas kedatanganmu itu saya berikan award kecil - kecilan.. selamat datang ya.”

Ini Award nya!




Maaf telat direspon, agenda silaturrahmi tour di Jakarta memang agak tumpang tindih. Alhasil, jadwal ngeblog juga jadi sedikit terganggu.. Namun demikian, terimakasi banyak Mas Aulia, see you in Sigli..

Saya juga mau share award ini untuk kawan-kawan yang sedang berada di Jakarta berikut ini, berhubung saya masih di Ibukota, he. 


Bagi-bagi ke 5 sahabat bloggermu yah, seperti amanah Mas Aulia

 Happy Nge-blog & Nge-bloof !!


Minggu, 29 Mei 2011

Ke Jakarta aku, kan kembali ...

FollowtwitSadah@FahrieSadah 

Aroma itu, Jakarta akan menyambutku dengan guyuran hujan. Pasti saat itu rasanya indah bukan kepalang. Bak kejutan saat ultah, aku akan meresapi basah demi basah yang nyaris setahun tidak kurasakan sampil senyum-senyum sendiri. 

Logat-logat cablak itu, menarik-narik paksa, mental kuli terminal. Lama kutertegun, lalu menjerit setelah roda troli sukses menggilas ujung kakiku, ternyata ini semua hampir nyata. Tidak lama lagi aku akan memeluk bandara soeta.

Traffic jam, kebayang! Sejak detik pertama di taxi pasti sudah macet. Aku semakin yakin halusinasi ini memang Jakarta. Debu jalanan, asap knalpot, dan asap rokok berebut tempat di udara, ada juga yang nyasar ke leher supir taxi menjelma menjadi semacam daki. 

Jangan ditanya macetnya! Panjang seperti kereta api. Apa enaknya punya mobil kalau jalanan macet? Suara klakson sahut-sahutan dalam irama mesin kendaraan yang tidak pernah putus. Teriakan kondektur memanggil mangsa. Caci maki jalanan saat seorang pengendara mio menggores body avanza. Suara merdu hingga paling cempreng para pengamen jalanan juga terdengar. Ada juga seniman yang pentas drama atau puisi di atas biskota, dan tidak ketinggalan ustaz dadakan yang fasih mengajak do'a bersama sambil menenteng kotak amal untuk bantuan pembangunan mesjid..

Menurut berita di tivi, manusia di Jakarta tambah membludak, tumpang tindih.. Malah sebagiannya sudah tumpah-ruah di mana-mana. Lihat saja di trotoar, terminal, taman kota, kolong jembatan, tanah kuburan, pelataran toko, area parkir, halaman mesjid, pinggir kali.. ah Jakartaku..

Wajah Jakarta masih sangar seperti dulu gak ya? Sesangar gerombolan preman yang suka memeras penumpang dengan pisau silet. Atau tetap nakal? Seperti kedipan polantas saat seorang pemuda kedapatan menerobos jalur busway. Genit? Seperti goyangan lelaki setengah wanita yang sering beraksi di depan  warteg.

Ah, semoga Jakarta makin cantik dan sholehah.. 

Aroma itu, suara itu, wajah itu, apapun itu .. aku rindu. 

Artikel Ke Jakarta aku, kan kembali ... ini diikutsertakan dalam acara My Second Giveaway: Ingin Ke Mana? di Blognya Una.



Photobucket




Posted By: http://jabanahsadah.blogspot.com/


Kamis, 19 Mei 2011

Khaurtoum - Jakarta

You know what? Malam ini saya akan meninggalkan Khartoum menuju Jakarta! Segala persiapan sudah matang, tinggal menuju Bandara dan siap-siap jet lag karena perjalanan memakan waktu hingga 15 jam. Liburan musim panas ini lumayan panjang, sekitar 4 bulan. Sebenarnya, ingin merasakan puncak musim panas di Sudan. Tetapi, kerinduan akan kampung halaman lebih besar, apalagi keluarga besar mengharapkan kepulangan saya .. ^^

Saya memilih terbang bersama Yemeniaair, apalagi kalau bukan karena menjunjung prinsip ekonomi, hehe. Tiket return hanya berkisar 600 USD, sangat murah dibanding maskapai lain. Sepadanlah dengan resiko yang harus dihadapi saat transit di Yaman selama dua hari, sementara Yaman saat ini sedang rusuh-rusuhnya! Keputusanku pulang dengan Yamenea memang banyak disesali teman-teman di sini. Tapi, setelah mengalami sendiri jegolak reformasi yang terjadi di Mesir beberapa bulan yang lau.. Kok sepertinya seru bisa menyaksikan langsung kerusuhan di Yaman. Hehe.. 

‘Ala Kulli Hal, saya mohon do’anya dari teman-teman agar bisa landing di Indonesia tanpa kurang satu apapun. Insyaallah, untuk bloofer yang di Jakarta, kalau ada waktu nanti bisa kita atur mau kopdar di mana (penasaran karena selama ini cuma kenal lewat Bloffers dan Blog saja).

Dan jangan khawatir, dalam perjalanan ini saya akan mendo’akan semua orang-orang yang saya cintai, keluarga, saudara, guru, sahabat dan juga sahabat bloofers di manapun kalian berada. Karena Rasulullah pernah bersabda, 

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.(HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)

Dengan demikian, hak kita sesama manusia (saling mendo’akan) bisa terpenuhi .. ^^