Jumat, 15 Juni 2012

Catatan Kecil dari Malam Malam Panjang



Mar, ini Sri. Mau minta bantuan doa dari kamu buat seorang anak yang sedang koma dengan tempurung kepala pecah, usia 2.5 tahun, karena jatuh dari tangga . Mohon doa khusus, semoga Tuhan memberikan yang terbaik, serta kesembuhan dan keselamatan anak ini,  trims.

Pesan singkat itu diteruskan Mami pada tanggal 30 Agustus lalu. Teman-teman Mami memang sering meminta tolong Mami berdoa. Dan seperti biasa Mami akan menyampaikan permintaan itu kepada seluruh anaknya.

Dan sekalipun saya tidak tahu apakah saya termasuk orang baik di mata-Nya,  biasanya dengan serius saya akan memasukkan nama mereka yang sakit satu persatu kedalam doa saya, agar Allah memberikan kesembuhan yang tanpa meninggalkan bekas.


Saya merasa harus mewajibkan diri saya untuk itu, karena saya ingat masa-masa dimana saya membutuhkan begitu banyak doa. Ketika anak-anak sakit misalnya, dan meminta ke siapa saja untuk membantu dengan doa. Dan ketika anak-anak sembuh, saya bersyukur kepada Allah sebagai Sang Penyembuh, disamping merasa berhutang doa dari mereka yang telah mengangkat tangan ke hadirat Allah dengan tulus, untuk kesembuhan anak-anak.

Seiring berjalannya waktu, nama-nama yang biasa saya sebutkan dalam doa usai solat akan berganti dari waktu ke waktu. Ada kalanya saya bahagia karena mendapatkan kabar bahwa salah satu dari mereka yang masuk ‘list’ ternyata sudah sembuh, dan karenanya namanya tidak lagi saya sebut secara khusus.

Tetapi tidak jarang kesedihan menyergap saya, saat telepon bordering dan suara isak di seberang sana mengabarkan bahwa seseorang yang saya doakan selama ini ternyata telah berpulang.

Saya sedih karena tidak bisa lagi mendoakan kesembuhan baginya. Sedih karena satu nama lagi harus saya keluarkan dari list doa untuk yang sakit. Meskipun saya tahu, bisa jadi mereka yang berpulang telah meraih kebahagiaan yang sejati.

Belakangan sebuah hadits yang saya temukan membuat saya lebih terpanggil dalam mencari nama-nama untuk didoakan. Dari sms yang diforward Mami, dari kejadian yang saya dengar. Seorang bayi yang terjatuh dari lantai atas di sebuah Mal, yang pernah terjadi misalanya.

Saya ajak anak-anak untuk mendoakan. Kadang-kadang saya tidak mengetahui identitas mereka, hingga kami mendoakannya tanpa menyebut nama. Mungkin hal ini agak membingungkan buat Adam sampai-sampai suatu hari dia bertanya kepada ayahnya.

“Ayah, adik bayi yang jatuh di Mal dan kita doakan itu, Allah tahu namanya?”

Rupanya Adam hanya memastikan Allah mengerti kepada siapa doanya ditujukan.

Mendoakan sebenarnya tidak hanya untuk mereka yang sakit. Tapi siapa saja. Mereka yang dililit masalah, mereka yang dalam kondisi berperang, mereka yang diuji dengan kemiskinan, mereka yang sakit tapi tidak punya uang untuk berobat . . . . begitu banyak doa yang harus diucapkan setiap waktu.

Dan dengan informasi di depan mata, kita semakin sering menemukan orang-orang yang harus kita doakan. Bahkan lewat email yang terkirim, atau postingan di milis yang kita ikuti, atau blog yang rajin kita isi.
Setiap hari selalu ada yang membutuhkan doa-doa kita. Dan saya percaya kebaikan lain telah menanti kita yang senang mendoakan orang lain,

“ . . . . di atas orang yang berdoa ada malaikat yang mewakili, setiap seorang muslim mendoakan saudaranya pada kebaikan, maka malaikat yang mewakili itu berkata : ‘juga untukmu seumpamanya,’” (HR. Muslim)

Subhanallah.

Ketika kita merasa ‘tak cukup baik’ dan karenanya sering diselipi keraguan akan terkabulnya doa.
Ketika kita tak henti-hentinya meminta keluarga, sanak famili, dan banyak orang untuk mengucapkan doa bagi peliknya permasalahan hidup yang dihadapi; anak yang sakit, suami yang terpikat perempuan lain, hutang-hutang yang membelit, penyakit yang tidak kurun sembuh, kesedihan karena belum punya momongan.

Maka saatnya bukan hanya meminta doa dari orang lain, tetapi mencari saudara-saudara seiman yang sedang mendapatkan ujian serupa, lalu mulai menyusun doa-doa panjang dan khusyu untuknya.
Agar malaikat, yang tak pernah lepas bertasbih dan menyembah-Nya, yang senantiasa suci dari salah dan maksiat, mengucapkan doa :

Juga untukmu, seumpamanya  . . . .  :)

(Asma Nadia-Catatan Hati di Setiap Doaku)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar