Menanggapi rasa penasaran salah satu sobiblogger kita wisrenia, kali ini saya akan tuliskan beberapa poin penting yang termaktub dalam kitab ‘RUH’ karya Ibnu Qayyim al-Jauziah;
Apakah jenazah dalam kubur dapat merasakan keberadaan kita saat ziarah kubur?
Jawabannya, Iya! Ahli kubur dapat merasakan kehadiran kita. Rasulullah saw bersabda ;
عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت قال رسول الله ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عنده إلا استأنس ورد عليه حتى يقوم (رواه ابن حجر في لسان الميزان)
Dari Aisyah r.a. Rasulullah saw bersabda; “Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan mendoakannya, kecuali dia (ruh dalam kubur) itu merasa bahagia dan menemaninya hingga dia meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Hajar dalam Lisan al-Mizan).
Pertanyaan berikutnya adalah, Apakah ruh-ruh dalam kubur bisa bertemu?
Ibnu Qayyim al-Jauziah membagi ruh kepada dua macam, Ruh Mu’azzabah (ruh yang mendapat siksa kubur), dan Ruh Muna’amah (ruh yang memperoleh nikmat kubur). Ruh Mu’azzabah selalu disibukkan dengan azab kubur yang dideranya sehingga tidak ada waktu untuk saling bertemu. Sedangkan Ruh Muna’amah dapat saling bertemu, bahkan saling membicarakan persoalan mereka di dunia.
Lalu, apakah Ruh Mereka yang sudah meninggal dapat bertemu dengan ruh manusia yang masih hidup?
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa ruh orang meninggal dan ruh orang yang masih hidup dapat bertemu di alam mimpi. Banyak riwayat para shahabat nabi yang menceritakan hal ini, salah satunya kisah antara Auf bin Malik dan sahabatnya Sha’ab bin Jusamah. Keduanya bersahabat sudah seperti kakak beradik, mereka berjanji siapapun di antara mereka yang meninggal duluan akan mengunjungi temannya dalam mimpi.
Ternyata Sha’ab meninggal lebih dahulu. Dan suatu malam ia menepati janji dan menemui Auf dalam mimpinya. Terjadilah dialog antara keduanya;
Auf : “Apa kabarmu, Sha’ab?”
Sha’ab : “Alhamdulillah, Allah mengampuni dosa-dosaku”.
Lalu Auf melihat ada bercak hitam di leher Sha’ab, dan bertanya, “Bercak hitam apa di lehermu itu?”
Sha’ab : “Ini adalah 10 dinar hutang yang belum sempat aku bayar kepada seorang Yahudi, padahal uang tu telah aku siapkan dan kusimpan di suatu tempat di rumahku.
Auf : “Insyaallah, hutangmu akan aku selesaikan.”
Sha’ab : “Terimakasih, Auf. Asal kamu tahu, apasaja yang terjadi dengan orang-orang terdekatku di luar sana, tidak ada yang luput dari pengamatanku. Bahkan, kucing keluarga kami yang baru saja mati akupun tahu!”
Tidak lama Auf terbangun. Saat matahari keluar, Auf segera pergi kerumah almarhum Sha’ab. Setelah minta izin, Auf ke kamar Sha’ab dan memeriksa tempat penyimpanan uang sesuai petunjuk dari Sha’ab. Dan Auf menemukan uang sebesar 10 dinar untuk dibayarkan ke seorang Yahudi. Sebelum meninggalkan rumah almarhum, Auf sempat bertanya kepada keluarga almarhum, “Apa ada peristiwa penting yang terjadi di rumah ini beberapa hari yang lalu?” Mereka menjawab, “Tidak ada kejadian apa-apa, kecuali kucing keluarga kami mati..”
Apakah kita bisa menghadiahkan pahala amal shaleh kepada ruh orang yang sudah meninggal?
Segala amal shaleh, ibadah apapun seperti shalat, puasa, haji, umrah, membaca alqur’an, sedekah dan lain sebagainya bisa kita hadiahkan pahalanya kepada ruh orang yang sudah meninggal, kecuali ibadah yang sifatnya fardhu. Bila kita peduli kepada orang-orang terdekat kita yang sudah meninggal, seperti orangtua, keluarga, kerabat dan kaum muslimin pada umumnya. Maka, insyaallah kelak ketika kita meninggal dunia, orang-orang akan ramai mendo’akan kita.
Ruh, Ibnu Qayyim al Jauziah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar