Follow Sadah Twitter@Iamsadah
Mengadopsi istilah bung karno, ketika menyebut obrolan politik tim inti kenegaraan yang kerap dilakukan malam hari di waktu santai bersama secangkir kopi, “coffey night”. Obrolan santai yang justru banyak menelurkan rekomendasi-rekomendasi penting saat itu. Demikian pula, “Jabanah Sadah”, secara bahasa (harfiah) bisa diartikan ; “Kopi Doang” atau kopi tanpa campuran yang lain. Karena ternyata disudan, selain kopi susu (Jabanah bil halib) ada juga kopi mentol (Jabanah bi naknak), kopi jahe (Jabanah bi dawah) dan kopi lengkuas (Jabanah bi zanjabil). Pilihan jatuh ke kopi doang (Jabanah sadah), dengan dasar filosofi bahwa obrolan yang mengalir dengan segelas kopi disini, bersifat netral senetral jabanah sadah. Tapi, tetap terbuka luang bagi siapa pun yang menyukai mentol, susu, jahe bahkan karkade...
Jangan dicari di kamus! Kata Jabanah sadah tidak akan kita temukan, bahkan di kamus Lisanul Arabnya ibnu mandhur sekalipun. Karena kata ini tidak termasuk kedalam bahasa arab fushha (bahasa arab resmi). Kalau di indonesia ada bahasa gaul, dan di inggris ada bahasa slank, di mesir ada bahasa amiyyah.. maka di sudan ada bahasa dariji. Ya, jabanah sadah berasal dari bahasa dariji atau bahasa lokal masyarakat sudan.
Jangan dibayangkan menikmati jabanah di sudan seperti suasana di coffey been atau starbuck coffey. Bahkan dibandingkan dengan warkop-warkop yang menjamur di aceh pun sangat jauh berbeda. Nuansa tradisional sangat kental, kalu ingin pembanding, sebaiknya kita ke jogya menikmati kopi joss karena ada banyak kesamaan antara nuansa kopi joss jogya dan jabanah sadah sudan. Tradisional, klasik, penjual nya yang khas dan tentunya citarasa yang menawan lidah. Poin kemiripan yang lain antara kopi joss dan jabanah sadah adalah nuansa keakraban yang kental dan sedikit exotis..
Sebagai coffeyholix, kebiasaan nongkrong di warung kopi saat di aceh tentunya terbawa hingga ke sudan. Disini ada dua pendekatan rasional; pertama, kelompok yang memang tidak bisa lepas dari kopi (coffeyholix). Kedua, kelompok yang jenuh dengan suasana kehidupan disudan dan tidak ada tempat hiburan lain selain ikut nongrong ngopi. Tapi yang namanya mahasiswa, kalau udah nongrong di manapun itu, apalagi ditemani segelas kopi. Maka boleh diteliti, obrolan yang tercipta adalah obrolan ilmiah, paling tidak 60 % nya ilmiah. Selebihnya bisa ditebak..20 % tentang cewek, dan 20 % sisanya tentang akhwat..
Kalau kata orang kurang bijak, “Bila ada permasalahan apapun, ungkapkan di warung kopi”. Sebenarnya slogan yang sudah pasti menguntungkan penjaja kopi ini ada benarnya juga. Kandungan esmenen dalam segelas kopi di percaya dapat membawa effek ketenangan dalam hati bagi penikmatnya. Bila hati tenang, pikiranpun jadi jernih.. kata AA. Gim.
Ala kulli hal, jabanah sadah akan selalu setia mengemban tugasnya sebagai stimulan bagi bulir-bulir pemikiran yang beku, atau kajian-kajian intelektuil bahkan religious. Atau sekedar menemani kita dalam bincang-bincang ringan tentang siapa calon pendamping paling ideal untuk masa depan kita..
Saleum,..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar