Tampilkan postingan dengan label cerita nyata negriku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita nyata negriku. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Mei 2012

Cerita di warung Pecel lele


Akhirnya setelah sekian lama saya mengembara di belantara kehidupan di dunia nyata..sekarang kesampaian juga tuk menuliskan sedikit cerita di blog yg sudah berdebu dan penuh dgn sawang laba2. Kangen rasanya ingin menyapa kembali sobat2 blogger yang mungkin sdh tidak mengenali lagi sosok al kahfi ini ,smoga kehadiran saya di terima kembali ya sobat2.
Ingin sedikit cerita tentang kehidupan,,begini ceritanya beberapa waktu yang lalu ketika sepulang dari luar kota ,waktu itu saya baru turun dari bis di terminal antar kota"saat itu sudah menjelang magrib di sertai dengan cuaca yang gerimis plus perut keroncongan yang tidak bisa di ajak kompromi lagi.sebelum melanjutkan naik ojek untuk sampai kerumah, akhirnya saya putuskan dulu  mampir di warung pecel lele  dipinggir jalan..
warung pecel lele
 Tidak lama berselang saya sedang menikmati hidangan di meja, masuklah seorang bapak, dengan  istri dan seorang anak lelaki skitar umur 7 tahunan.
Yg membuat saya menoleh dan menarik perhatian saya karena kendaraan mereka adalah gerobak sorong.. 

Lalu si bapak memesan 2 piring nasi dan ayam goreng utk istri dan anaknya.
 Saya sambil memperhatikan, yang membuat saya tersentuh..Ternyata, yg menikmati makanan itu hanya istri dan anaknya. Sedangkan si bapak hanya melihat istri dan anak lelakinya menikmati makanan itu.
Sesekali saya melihat anak lelakinya itu tertawa senang sekali,dan sangat menikmati ayam goreng yg dipesan oleh bapaknya..
Saya perhatikan, wajah si bapak, walau tampak kelelahan terlihat senyum bahagia di wajahnya..

Lalu saya mendengar dia berkata..
" makan yg puas Nak, toh..hari ini tanggal kelahiranmu.."
Saya terharu mendengarnya..Langsung terenyuh hati ini.
seorang bapak, dgn keterbatasannya, dalam pemikiran saya dari gerobak yang di bawanya ia hanyalah seorang pemulung.. memberi ayam goreng warung tenda dipinggir jalan , untuk hadiah anaknya yang sedang berulang tahun..
Hampir mau menitikkan air mata rasanya saya diwarung itu..

Segera sebelum air mata ini merembes, saya berdiri,dan membayar makanan saya,dan juga dengan pelan pelan saya bilang sama yang punya warung...
"mas, tagihan bapak itu, saya yg bayar..dan tolong tambahin satu porsi lagi  ayam goreng untuk bapak itu plus di bungkuskan juga 3 porsi ayam goreng untuk di bawa pulang oleh mereka" setelah saya membayar ,sambil menoleh sebentar Lalu saya pun beranjak dari warung itu.

cerita ini saya tulis, untuk bahan perenungan bagi saya pribadi. Bahwa Tuhan sudah memberikan yg terbaik untuk saya saat ini..., terkadang kita kita biasa makan di Kfc, Mcd, Fizza Hut ,di cafe2 dan tempat makan restoran terbaik.
Tetapi bagi sebagian orang disekitar kita yang tidak mampu, warung pecel lele dipinggir jalan, adalah makanan mewah buat dia....

Sungguh tak pantas bagi  kita untuk mengeluh ...
Rasa syukur akan mengantarkan rasa bahagia ..."

Jumat, 20 Januari 2012

( CS ) : Lelaki tua itu sudah tiada

Andai saya tahu, mungkin saja esok matahari tak kembali lagi dan saya cuma punya waktu hari ini. mungkin, itu juga alasan mengapa saya selalu merindunya. Saya selalu  merasa khawatir ditinggalkan waktu,belum banyak yang kuperbuat tuk kebaikan di kehidupan ini.

Juga yang namanya cinta ,kemana cintaku yang dulu yang pernah ada ,apakah cinta yang dulu itu sudah lama pergi,,ntahlah saya tidak ingin hanya merasakan sayang ,yang kubutuhkan juga rasa cinta hanya untuknya. seperti yang  kurasakan saat ini hanya hal sederhana, tetapi entah mengapa  tak habis-habisnya ia menyesaki sudut-sudut yang namanya hati.terkadang, memang selalu ada saat saat seperti saat ini, hmmm,,merindu tak beralasan.

Sudah tidak sepantasnya saya bermelow2,,lihatlah diluaran sana ,betapa banyaknya kehidupan nyata yang penuh penderitaan,,seperti kejadian sore kemarin.

Sudah beberapa bulan ini saya melihat seorang lelaki tua hidup sebatang kara di pasar itu, tinggal di pojokan selasar ruko kosong di samping trotoar, dijalan yang sering kulalui kalau kekantor. Tubuhnya dekil, perutnya selalu kempis, matanya cekung seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Dia tak pernah sekalipun kudengar bicara. Hanya matanya yang seolah ingin mengatakan sesuatu,

Entah oleh sebab apa, sore kemarin ia ditemukan mati. Ketika sepulang dari kantor, kulihat kerumunan para pedagang pasar itu yang hanya Cuma bisa melihat,jasad tua renta tak ada siapa siapa sebatang kara. Di sampingnya kulihat sekotak kardus berisi lembaran ribuan, Saya hanya menerka, uang itu dari siapa dan kemudian untuk apa. Di kesehariannya, belum pernah sekalipun kulihat ia menengadahkan tangan, mencoba mengharapkan sedekah. Mungkin saja untuk ongkos orang yang rela mengeluarkan keringat karena akan mengangkat jasadnya kelak, atau mungkin saja untuk tukang gali kubur nantinya, ntahlah saya hanya menerka2.

Beberapa hari yang lalu, sebelum mati, kulihat nasi bungkus itu tak di sentuhnya masih utuh beserta kantung kreseknya, ya selama ini setiap sepulang kerja kusempatkan hanya sekedar meletakkan sebungkus nasi disampingnya,karena ia memang tak pernah berbicara ,Sudah tiga hari juga kulihat dia berdiam ,bergerak dari tempatnya pun tidak. Lelaki tua itu hanya tidur melingkar, menghadap ke jalanan. Dan itu jadi pertanda pertemuan terakhir saya dengannya.


Hikmahnya yang saya temui dari nasib si lelaki tua.

  • jangan terlalu berlarut dalam kesedihan tentang cinta dan tentang rejeki yang selalu dianggap kurang, karena ada orang yang lebih sedih alias "miskin papa"..seperti pengemis yang tidur di pinggir jalan setelah bangun ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia itu tidak bisa apa-apa.. saya sangat beruntung karena saya bukanlah salah satu dari mereka.
  • cintailah orang tua kita selama hidupnya, Jangan tunggu menyesal nanti.. Karena hidup itu ga ada yang akan abadi....
  • selagi masih ada kesempatan hidup,saling berbagi dan berbuat baiklah kepada sesama..


sumber dari sini 

Al Kahfi berpartisipasi dalam 'Saweran Kecebong 3 Warna'  yang didalangi oleh Jeng Soes - Jeng Dewi - Jeng Nia, disponsori oleh Jeng Anggi, Desa Boneka dan Kios 108.

Selasa, 25 Oktober 2011

Cerita sore yang mendung

Masih belum punya inspirasi tuk menulis tentang alam, baiklah kali ini tentang kehidupan nyata saja ya sobat,,begini ceritanya,,sepulang kerja beberapa waktu yg lalu,di saat sore yg mulai mendung ,saya singgah dulu cari makan ,, kali ini saya coba iseng2 cari makan di depan terminal ,,sambil menunggu pesanan di warung pecel lele ini ,saya memperhatikan org2 di sekitar warung.., saya mendengarkan keluhan seorang supir angkot dan temannya.

Mereka begitu bersemangat membicarakan hidupnya. Banyak kejadian memilukan yang terjadi pada hidup mereka. Teman mereka, seorang supir  angkutan kota telah tewas mengenaskan karena kecelakaan di lindas truck. Ironisnya, mereka tertawa ketika membicarakan temannya yang telah tewas itu. Mereka sepertinya sudah mengingatkan temannya. Tapi setelah itu pembicaraan makin dalam, mereka mengeluh hidup semakin susah. Hidup semakin melarat. Bensin naik, cabe naik, semua naik… Bisa gila, katanya sambil menyengir ke arahku,, saya sih sedari tadi yg memperhatikan Cuma senyum kecil saja,,:).
gambar dari google
 Salah seorang dari mereka pun mengeluh tidak mendapat sewa seharian ini, bahkan bisa bisa dia nombok. Sambil menyeruput minuman kopi hitam di sore mendung itu,dia pun meminta sebatang rokok pada temannya. Lalu temannya keluhkan bahwa sudah beberapa hari ini tidak lagi merokok, bahkan kadang dia tidak mengisi perutnya seharian,herannya lagi ada yg nyeletuk begini ‘’lebih baik gak makan dari pada gak ngerokok,(saya terpikir sejenak,,busyet dah rokok benar2 sudah meracuni hidup masyarakat di negri tercinta ini),. Lagi lagi mereka tertawa terbahak-bahak, ketika aku coba melihat wajah mereka. Tawa mereka seperti tangisan yang keras mengiang ke langit-langit di negeriku ini.

hai orang2 yang di atas,,Sudahkan kalian mendengarkan cerita ku‘sore ini, karena sungguh mereka seperti sudah lupa cara mengekspresikan diri. Sakitkah hatinya karena hidup begitu kejam??? Tapi mengapa mereka diam saja??? Apa inikah yang disebut budaya ‘nerimo’??? saya saja geram mendengarnya, apalagi mereka yang mulai menghibur diri dengan airmata mereka. Perut kosong mereka dijadikan lawakan hidup ini, setidaknya itu bisa membuat mereka memaknai hidup dengan selalu tertawa.

Sudah skitar hampir satu jam saya di warung ini sambil menikmati pecel lele ,hari pun semakin mendung setelah saya membayar makanan buru2  meluncur balik pulang karena mendung sudah semakin gelap,segelap hati ku,,hehehe sok lebay lagi dech tapi iya kok…. Benar-benar sore yang mendung, mendung di langit indonesia… Mendung di hati rakyatnya pula… Mau dibawa kemana negeriku tercinta ini ,,,sambil tancap gas,, sambil juga aku tarik napas dalam2,, ahhhhh...