Tampilkan postingan dengan label Yaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yaman. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 September 2011

Stranded in Yemen; Gara-gara Presiden !


 Setelah bermalam di Coral Hotel, Aden-Yemen, jetlag yang sangat mengganggu sejak kemarin malam agak berkurang. Berita pagi di Stasiun Televisi Yaman memberitakan kepulangan Presiden Yaman,  Ali Abdullah Shaleh setelah menjalani pengobatan di Saudi akibat luka-luka karena percobaan pembunuhan. Hari itu juga Bandara International Sana’a-Yaman ditutup demi keamanan sang presiden. Baca : Presiden Yaman Pulang Kampung.

Gara-gara presiden pulang! Kami seluruh penumpang yemenea air tujuan Sana’a terpaksa didaratkan di Aden, Yaman. Dan bayangkan akibat yang ditanggung para penumpang transit tujuan Sudan, Eritria, juga Asmara! Kami terpaksa luntang-lantung ke Bandara lain yang ada penerbangan ke tujuan masing-masing.

Sejatinya, seorang pemimpin itu pulang membawa kasih, kedamaian dan kesejahteraan. Bukan sebaliknya, justru korban berjatuhan karena berita kepulangan seorang presiden. Baca : Presiden Yaman Kembali dari Saudi, Korban Berjatuhan .

Kenapa sindrome kekuasaan justru membuat seorang pemimpin merasa tidak aman. Kesana kesini harus dikawal paspampres. Untuk menemui seorang pemimpin, kita harus melewati protokoler yang berlapis. Pemimpin kita juga tidak akan bepergian kecuali menggunakan mobil anti peluru, dan di kawal iring-iringan mobil pengaman, hingga membuat jalanan macet. Jadi ingat antrian sangat panjang calon penumbang Busway di halte Dukuh Atas beberapa hari yang lalu. Hanya gara-gara SBY dan rombongannya lewat!

Kalau sudah begini, lebih baik presiden tidak pulang..

Kamis, 22 September 2011

Stranded in Yemen

 Yaman memang indah dan unik, terutama di Sana’a, ibukota Yaman yang disebut-sebut tempat menetapnya Kaum Saba. Kalau ingin tahu lebih jelasnya, kisah tentang Kaum Saba terdapat di Perjanjian Lama dan juga dalam Al-Qur’an.

Tahun lalu saya pernah transit di Yaman selama dua hari. Mengitari perbukitan Sana’a yang sejuk dan indah, seperti suasana di Puncak, Bogor, hanya saja di Sana’a lebih berkesan klasik dengan rumah-rumah batu yang tersusun rapi. Di perbukitan, kita juga bisa menikmati berbagai jenis buah-buahan yang tidak ada di Indonesia, seperti Mis-Mis, Kum dan kukh. 

Pusat belanja di kawasan Sana’a Qadimah (kota tua), juga meninggalkan kesan tersendiri. Semua souvenir yang banyak diburu di Yaman dengan mudah bisa kita temukan di daerah tertua di Yaman ini, termasuk madu Yaman yang terkenal nomor wahid dalam hal meningkatkan vitalitas pasutri! He he..

Orang-orang Yaman juga punya keunikan tersendiri. Kaum perempuan di sini sekitas 80 persen bercadar. Kalau laki-lakinya selalu mengenakan kain sarung yang terselip Jambiya di pinggang (senjata khas Yaman berupa pisau yang selalu dibawa kemana saja). Dan yang paling unik, orang-orang Yaman selalu mengunyah semacam daun rempah yang disebut Gad, hingga pipi mereka membengkak seperti orang yang sedang sakit gigi.

Jadi, kalau anda tiba-tiba berada di daerah yang banyak berseliweran laki-laki yang mengenakan kain sarung, berselip pisau besar (Jambiya) di pinggang dan pipi bengkak, berarti anda sedang terdampar di Yaman.

Hari ini, saya terkurung di Hotel Coral, Kota Aden, Yaman, bersama semua penumpang Yemenea Air yang lain. Kami mendarat darurat di Aden karena bandara San’a tiba-tiba ditutup, ada isu kerusuhan. Entah sampai kapan? Tapi, bagi saya, asal bisa jalan-jalan lagi, ya gak papa...