Masih nglanjutin yang kemarin, masalah tabung gas LPG tentang faktor produksi secara massal. Kebanyakan semua barang yang diproduksi secara massal itu asal digarap saja. Di Indonesia, selain LPG, kita bisa lihat industri perfilman misalnya.
Perkembangan munculnya film-film baru Indonesia berjalan dengan sangat cepat, tapi dengan genre yang tidak jauh berbeda. Alhasil isinya tak begitu bermakna. Yang lebih memprihatinkan kebanyakan film-film baru Indonesia mengandung unsur sensualitas.
Dengan cerita yang kurang berbobot, membuat produsen film tidak mengemas film dengan benar-benar serius. Satu selesai, bikin lagi baru, asal selesai aja, tidak begitu memperhatikan kualitas. Kita tengok film-film yang berasal dari luar negeri, the Bourne, 2012, twilight, From paris with love, inception yang baru-baru keluar ini dan lain-lain, kalo kita lihat previewnya aja, itu sudah menggambarkan bahwa film ini memang benar-benar “niat” dibuat dengan memperhatikan kualitas.
Tidak hanya mengejar untung, tapi juga memperhatikan hak-hak penonton. Berbeda dengan di Indonesia yang terlihat bersemangat membuat film-film baru tapi dengan kualitas biasa. Ini sudah menjadi tanda bahwa target utamanya adalah money.
Begitu juga terjadi di produk Indonesia lainnya, misalnya perumahan (sederhana), bandingkan temboknya dengan tembok rumah Anda (yang tidak di perumahan), pasti jauh berbeda. Batu bata dipasang dengan kurang rapi, asal garap dan lain-lain. Tapi itu juga tidak semua, masih ada pengusaha yang mengdepankan kualitas, dan harapan kita sih, semua bisa dikerjakan secara maksimal.
Nah, sekarang balik lagi ke tabung gas LPG. Karena tabung gas LPG ini dibuat dengan skala besar untuk memenuhi kegiatan konversi, maka nasibnya kualitasnya tidak jauh berbeda dengan yang kita bahas tadi, kurang maksimal. Lihat saja, banyak tabung-tabung yang sudah berkarat, rusak, pegangannya lepas dari badan tabung karena karat, bocor dan lain-lain.
Ini yang saya sebut kemarin, bukan karena human error, tapi juga karena faktor produksi secara massal yang menyebabkan adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan LPG. Dan juga tak lepas dari produsen-produsen tabung ilegal yang tidak memperhatikan SNI.
Kalo kita mau ”niat” sedikit, kenapa tabung gas LPG tidak dibuat dari stainless stell aja. Itu kan Anti karat, jadi kemungkinan rusak dan berkarat sangat kecil. Memang biaya lebih besar, tapi demi pelayanan konsumen, kualitas nomor wahid. Trus karetnya bikin yang bagus sekalian, demi keamanan dan kenyamanan konsumen. Kenapa tidak?
- iya loe, ngoceh aja gampang, prakteknya ini yang susah
Setidaknya kita sudah berpikiran baik daripada berkelakuan buruk. Hayooo... Tapi alangkah lebih baik jika pikiran dan tindakan kita sama-sama baik.. :) Itu sekarang mulai ditunjukkan oleh pihak Pertamina dengan jalan mengadakan sosialisasi rutin dan lebih seleksi dalam memasarkan tabung gas LPG beserta komponennya.
Eit, belum selesai di sini, masih ada masalah yang perlu kita bahas berkaitan dengan LPG (Elpiji).. Kita jumpa lagi besok. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar