Selasa, 03 Mei 2011

TENTANG CINTA ITU ..


Siapa yang tidak mengenal kata ajaib ini? Allah Sang Maha Pencinta telah mengenalkan cinta pada detik pertama jasad ini berkenalan dengan ruh. Cinta bersifat universal, jujur dan tulus namun memiliki landasan pijak yang jelas yaitu Agama. Cinta pada Allah, cinta pada Rasulullahcinta pada orang tua, cinta pada keluarga, cinta pada teman dan cinta pada sesama umat manusia adalah cakupan cinta universal meskipun dengan kadar berbeda.
 

Namun kini, makna cinta yang universal sering kali dinilai sempit, seakan cinta hanya pantas disematkan pada perasaan spesial antara dua anak manusia. Akibatnya, cinta semakin berkurang nilainya, dan sering lari dari landasan pijak yang benar. Hingga muncullah istilah “cinta buta”, misalnya ‘cinta’ antara laki-laki dan perempuan diluar ikatan yang sah, atau ‘cinta’ terlarang antara kakak dan adik, atau ‘cinta’ antara sesama jenis. Cinta suci ini akan hilang makna-nya bila sudah ada campur tangan nafsu didalamnya. Seharusnya ada kata lain yang mewakili ‘cinta’ dalam tanda kutip ini, agar tidak mencemari makna cinta sesungguhnya.

Pengertian cinta yang sempit membuat seorang anak segan mengucapkan kata cinta secara lisan pada orang tuanya, seorang suami enggan mengucapkan cinta secara lisan pada istrinya, dan kita akan berpikir dua kali untuk mengucapkan ‘aku cinta kamu’ pada sahabat kita sendiri. Takutnya, dia akan berpikir cinta yang lain dalam tanda kutip .. ^^.

Solusinya, kita menggantikan kata cinta dengan kata sayang. Karena ada ungkapan, ‘Sayang tidak selalu berarti cinta, namun cinta sudah pasti sayang’. Ungkapan ini semakin memperparah konotasi sempit pada arti cinta. Kenapa kita harus ragu untuk mengucapkan cinta pada sesama? Rasulullah dalam hadist-hadistnya lebih banyak menggunakan kata cinta (al-hub) dalam anjuran bermu’amalah antara sesama, lihat saja hadist berikut :

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه ( رواه البخاري ومسلم)
“Tidak sempurna iman seseorang, hingga ia mencintai sesama sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”  (HR. Bukhari Muslim)

Jadi, bila tidak terbersit rasa cinta pada hati kita saat menyaksikan sahabat kita didhalimi seperti di Palestina contohnya, iman kita patut dipertanyakan.

Persoalan budaya dan pola pikir juga mempengaruhi kita menyikapi cinta. Kita terlalu banyak dijejali tontonan, lagu maupun cerita yang mengangkat tema cinta yang bermakna sempit. Jarang sekali film, lagu atau cerita yang bertemakan cinta secara universal. Kalau budaya di Arab, menyapa teman dengan panggilah cinta (habib) adalah hal yang biasa. Bahkan, berpelukan dan cipika-cipiki antara sesama jenis bukan hal yang aneh (tentunya gak pake nafsu). Beda dengan di Indonesia, pernah saya menyapa seorang teman dengan panggilan “Cinta..”, Langsung disahuti oleh siulan teman-teman yang lain, “cuit, cuiiiiiiiiiiiiiiiiiit..!

Pada masa Rasulullah ada seorang sahabat yang curhat pada Rasulullah bahwa ia mencintai seseorang (sahabat yang lain) karena akhlak dan perilakunya yang mulia.
Lalu Rasul bertanya, “Apa sudah kamu ucapkan padanya?

“Belum wahai Rasul” Jawabnya. 

 “Temui ia segera dan katakan, ‘aku mencintaimu karena Allah’”. Perintah Rasulullah.

Keesokan harinya sahabat ini bertemu dengan teman yang ia cintai itu, dan langsung mengucapkan kata cinta itu.
إنِّي أُحِبُّكَ فِي الله ..
“Aku mencintaimu karena Allah”

Senyumpun mengembang pada wajah kedua lelaki yang saling bersahabat itu, sambil mengusap kepala sahabatnya ia menjawab,
أَحَبَّكَ الله الذِي أحْبَبْنا فِيه ..
“Semoga Allah mencintaimu, karena kita saling mencintai karena-Nya”

Pada masa itu cinta memang masih suci, murni kasih sayang dan tidak ada kaitannya dengan nafsu, hingga tidak mengandung konotasi negatif yang dapat memicu fitnah. Bagaimana dengan zaman sekarang? 

Untuk Sahabat Bloofers di manapun berada, Aku mencintai kalian karena Allah .. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar