Rabu, 10 Oktober 2012

Adikku sayang tak boleh malang :)


Waktu menunjukkan pukul 20.00  WIB.

Harusnya adikku sudah tertidur di jam-jam seperti ini, sore ini ku lihat raut wajahnya masih segar dan belum ada tanda-tanda mengantuk. Mungkin dia rindu denganku yang hampir dua bulan ini tidak pulang ke rumah alias tinggal terpisah demi mencari sesuap nasi.

Aku dan adik kini sedang bersantai di atas kasur favorit kami. Aku asyik dengan hobiku membaca novel karangan mbak Asma Nadia, sementara adik bermain boneka kesayangannya. Selang beberaapa menit, rasanya mataku lelah membaca novel, ku palingkan tubuhku ke arah samping sambil ku lihat adik bersama boneka-bonekanya. Dalam benakku, rasa rindu kepada sang adik muncul, lantas ku ajak adikku bermain bersama... 

tapi kira-kira main apa ya??
Detik menit berlalu akhirnya Ide cemerlang pun datang.  

“Dek Icha sayang, kita nyanyi yuk ? mau gak?” kata ku seraya mencubit dan mencium pipinya yang tembem.

“Ayuk ka, asyik mau nyanyi sama kakak.” Sahut adikku yang berusia 7,5 tahun. Dari sahutannya terlihat jelas kalau adikku memang rindu denganku. Hehehehe pipiku mendadak merah merona.

“Dek Icha tepuk tangan sambil ikutan nyanyi yaa..”

“Iyaaa kakak..” jawab adikku sambil tertawa lucu membuat aku semakin gemas dengannya.

Garuda pancasila (prok prok prok)
 Akulah pendukungmu (prok prok prok)
Patriot proklamasi (prok prok prok)
Sedia berkorban untukmu (prok prok prok)
Pancasila dasar negara (prok prok prok)
Rakyat adil mak...

Tiba-tiba mulutku ditutup dengan tangan kecil dek Icha,

“Iih, kakak lagunya gak seru . . . mending goyang gangnam aja yuk atau nyanyi lagu d'masiv-natural aja.” Kata adik ku di iringi dengan gaya khas gangnam sembari menjulurkan lidahnya.

Deg. Entah kenapa aku merasa tidak senang dengan perkataan dek Icha. Lagipula, anak seusia itu harusnya lebih semangat ketika menyanyikan lagu anak-anak atau lagu perjuangan, nah ini kok gaul sekali sampai-sampai tertariknya dengan “goyang gangnam” yang akhir-akhir ini sedang populer di televisi. Sedih rasanya melihat perbedaan antara masa kecil dek Icha dengan masa kecilku dulu. 
Ya, dulu aku jagonya menyanyikan lagu perjuangan, apapun judulnya pasti aku hafal. 
Sedangkan dek Icha ?
 
“Dek Icha cantik, kok sukanya goyang gangnam sih? Dedek kan anak pintar, harus senang dan bisa menyanyikan lagu perjuangan juga.... Jangan hafal goyang gangnam saja.” Sambung ku sambil mengelus-elus rambut kriwilnya.

Kami akhirnya kembali menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dan lagu perjuangan lainnya. Ku akui, adikku kurang semangat dan terbata-bata saat menyanyikannya. Maklum, dia kurang hafal lagu-lagu tersebut, tapi kalau disuruh menyanyikan lagu yang seharusnya untuk usiaku, dia malah lebih hafal. Tragis memang. Tapi inilah kenyataan sekarang, aku iba melihat dek Icha dan kebanyakan anak di zaman ini yang tidak hidup dalam usianya. 

Untungnya, dek Icha masih punya aku dan keluarga. Yang “masih” menyimpan koleksi lagu anak-anak dan lagu perjuangan pada dokumen komputer. Walau aku jarang di rumah, aku tahu pasti Ibu sudah sering menyetelnya hampir setiap hari untuk dek Icha seperti yang dulu rutin Ibu lakukan terhadapku.  Aku pun bingung, entah darimana adikku bisa hafal lagu cinta bahkan goyang gangnam itu. 

Lantas, bagaimana dengan bibit-bibit bangsa lainnya? Aku yakin, masih ada keluarga (khususnya orang tua) yang sadar dan membatasi dunia putra-putri kecilnya, meskipun hanya hal sepele seperti yang terdapat pada cerita pendek ini :)

Cerpen ini di buat khusus untuk memperingati bulan Oktober, di mana banyak hari-hari bersejarah seperti Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Sumpah Pemuda. 
Cerpen ini juga penulis tunjukkan sebagai bukti peduli kita terhadap Indonesia :)
(Diambil dari kisah nyata yang nama tokohnya disamarkan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar