Tidak hanya di Indonesia, westernisasi (taghrib) juga melanda negara-negara Arab. Menjajah mulai dari bahasa hingga peradaban mereka. Dalam majlis-majlis ilmu sering kita temui orang yang berbicara Bahasa Arab dengan menyelipkan istilah-istilah Bahasa Inggris. Pada titik ini, Bahasa Inggris menjadi ‘ikon’ intelektualitas, bahkan di dunia Arab sendiri. Karena sering digunakan, istilah dari barat ini banyak yang ber-metamorfosis menjadi Bahasa Arab, ini yang disebut sebagai (ta’rib).
Salah satu istilah Bahasa Arab yang berasal dari Bahasa Inggris adalah ‘Take a Way’ (تيك أوي). Take a way digunakan untuk menyebut makanan siap saji yang dibungkus untuk dibawa pulang. Jadi, kalau kita ingin makanan yang kita pesan itu dibungkus, maka katakan saja TKW.
Apa hubungannya dengan TKW (Tenaga Kerja Wanita) ?
Diakui atau tidak, TKW asal Asia terutama Indonesia dan Filipina sangat buruk citranya di Arab.. Yang sangat disayangkan, ada juga segelintir TKW kita yang berprofesi ganda sebagai PSK, dan biasanya mereka adalah korban traffiking (perdagangan perempuan).
Teman-teman mahasiswi dan TKW di Arab Saudi sering disapa dengan panggilan ‘Siti Rahmah’ oleh lelaki iseng. Bagi yang tidak paham akan senyum-senyum saja disapa begitu. Tapi, bagi yang paham tentu akan bermasam muka dan langsung beranjak pergi. Konon, beberapa tahun yang lalu,ada seorang PSK asal Indonesia yang sangat populer di Arab Saudi bernama Siti Rahmah. Sangking populernya, hingga saat ini nama Siti Rahmah masih membekas di benak para lelaki hidung belang di sana. Meskipun, tidak ada yang tahu dimana keberadaan Siti Rahmah sebenarnya.
Pemberitaan media massa di tanah air tentang penyiksaan dan pemerkosaan yang dialami para TKW sungguh sangat memilukan. Dalam kasus ini, kita perlu melihat dari dua sudut pandang yang berbeda.
Pertama, karakter sebagian besar TKW kita yang ramah, bahasa yang lemah lembut, permisif, suka meladeni pembicaraan, sikap malu-malu kucing, mudah gugup, murah senyum, pembawaan ceria, juga bahasa tubuh yang gemulai, bagi kita sesama Bangsa Indonesia mungkin biasa saja. Namun, sikap ramah, bahkan kadang ‘terlalu ramah’ yang ditunjukkan sebagian TKW kita menjadi bumerang bagi mereka sendiri. Karena, bagi Bangsa Arab, karakter demikian terlihat ‘sangat menggemaskan dan menggoda’.
Bangsa Arab tidak menemukan sifat seperti itu pada perempuan-perempuan mereka. Perempuan Arab memiliki karakter yang berbanding terbalik dengan perempuan Indonesia. Meskipun pada umumnya mereka cantik-cantik, tapi kebanyakan mereka itu bermimik kaku, galak, gampang menghardik atau berkata kasar, tidak welcome terhadap orang asing, berani dan tidak segan-segan menampar atau memukul bila diusik. Itulah sebabnya, ketika melihat perempuan Asia pada umumnya, mereka seperti harimau lapar yang menemukan mangsa.
Dengan karakter seperti itu, jarang terjadi Perempuan Arab diperkosa atau dilecehkan, kecuali di negara yang mengalami konflik seperti Palestina dan Bosnia (ini lain ceritanya). Dan nyaris tidak pernah terlihat, Perempuan Arab yang digoda oleh segerombolan laki-laki di pinggir jalan seperti yang sering kita saksikan di Indonesia. Teman-teman di Mesir juga sering cerita saat mereka didamprat atau ditampar oleh Perempuan Mesir hanya karena kesenggol tidak sengaja. Bahkan, untuk sekedar diajak foto bareng, mereka menolak jika belum saling kenal.
Bila dilihat dari sudut pandang ini, maka TKW kita perlu dibekali ilmu mawas diri. Jangan terlalu ramah dengan orang Arab, bersikap wajar, berbicara seperlunya dan harus berani mengambil tindakan bila dilecehkan. Ingatlah, kita masih punya keluarga di KBRI sebagai tempat mengadu saat ada masalah.
Kedua, persepsi kuno Bangsa Arab yang menyamakan pembantu dengan budak. Hal ini sungguh tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai-nilai Agama maupun sosial, karena sistim perbudakan sudah tidak ada lagi di muka bumi. Persepsi primitif ini masih dianut oleh sebagian kecil masyarakat Arab. Mereka beranggapan bahwa pembantu bisa diperlakukan semaunya layaknya budak. Bisa melihat dari sudut pandang ini, jelas solusinya adalah menghentikan pengiriman TKW berprofesi pembantu ke Arab.
Mana kaitannya dengan Take a Way?
Suatu sore, saat berada di salah satu toko buku di Cairo, Mesir, saya bertemu dengan pengusaha asal Indonesia. Setelah berbincang beberapa saat, si pengusaha ini bertanya dengan setengah berbisik, “Dik, tahu di mana biasanya TKW yang bisa di’pake’ mangkal?”
Sungguh pertanyaan yang tidak terduga keluar dari bibir lelaki perlente ini. “Bapak masuk aja ke restoran kabab di sebelah sana, lalu Bapak pesan Kabab dan bila penjualnya nanya, TKW (Take a Way)? Langsung aja Bapak jawab, yes!” Jawab saya ngasal sambil menunjuk restoran yang dimaksud.
Bapak itu mengikuti petunjuk saya. Beberapa saat setelah memesan kabab, terlihat ia menerima sebuah bungkusan dari penjual kabab. Meski telah menerima kabab, si pengusaha hidung belang itu belum beranjak pergi dari sana, seperti masih menunggu pesanan yang lain.
Mungkin karena heran melihat tingkahnya, si penjual akhirnya nanya, “Masih ada yang perlu dibantu, Pak?”
“TKW?” Tanya si pengusaha pelan.
“Nah, itu yang ditangan Bapak apa?” Sipenjual balik nanya.
Dengan wajah kesal bercampur heran dan malu, si pengusaha itu beranjak pergi dari restoran tersebut.
Untuk Indonesia-ku yang terus berbenah***(Selamat Hari Kartini)***